Tuesday 27 March 2012

Tadabur Dong...! ^^

0 comments

Lagi-lagi hati saya terketuk oleh pelajaran Prof. Sholahuddin. Gimana enggak, beliau selalu membuat saya merasa malu. Pasalnya saya yang setiap hari berjibaku dengan Al-Qur’an, dari bangun tidur sampai tidur lagi, belum terlalu bisa mentadaburi AL-Qur’an. Padahal banyak sekali ayat-ayat yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari, lingkungan, sosial, dan sains, serta masalah-masalah yang sepele pun telah Allah jelaskan dalam Al-Qur’an. Hanya saja banyak orang yang belum bisa mentadaburinya, hanya sekedar membaca, atau menghafalnya, dan saya termasuk salah satu di dalamnya. Hal ini membuat saya semakin ingin mempelajari Al-Qur’an, menghapalnya, juga bisa mentadaburinya. Saya ingin sekali menjadi Al-Qur’an berjalan, berakhlaq dengan Al-Qur’an, bermuamalah juga dengan Al-Qur’an.

Prof. Sholahuddin membagi pengalaman beliau ketika menghadiri sebuah seminar tentang penafisiran ilmiah Al-Qur’an berhubungan dengan tumbuhan, air, dan hari kiamat. Karena beliau orang pertanian, beliau menceritakan penafsiran ilmiah Al-Qur’an berhubungan dengan tumbuhan. Pembicara menjelaskan tafsir ayat-ayat tentang tumbuhan yang ada di dalam Al-Qur’an. Prof. Sholahuddin, yang juga gurubesar Universitas Sebelas Maret, menyayangkan karena metode penafsiran yang dipakai bukan mengikuti penafsiran yang dicontohkan ulama. Tetapi menggunakan metode penafsiran Antropologi dan Sosiologi, seperti metode penelitian pada umumnya. Bukan hanya itu, sumber yang dipakai kebanyakan diambil dari internet, bukan kitab-kitab tafsir rujukan seperti tafsir Ibnu Katsir, tafsir Ath-Thobari, dan lainnya. Kebetulan pembicara hanya memaparkan tumbuhan-tumbuhan yang tidak ada di Indonesia, seperti kurma, zaitun, habbatus sauda’.

Prof. Sholahuddin menanggapi, alangkah lebih baik apabila yang dibahas adalah yang berhubungan dengan lingkungan Indonesia sekarang. Maksudnya, yang bisa diterapkan di Indonesia. Misalnya saja surat Al-Baqarah ayat 261 :

مَثَلُ الذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ أَمْوَالَهُمْ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ كَمَثَلِ حَبَّتٍ أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِيْ كُلِّ سُنْبُلَةٍمِّائَةُ حَبَّةٍ وَاللهُ يُضَاعِفُ لِمَنْ يَشَآءُ وَاللهُ وَاسِعٌ عَلِيْمٌ

“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.”

Dari ayat di atas, beliau berpendapat alangkah lebih baik apabila ayat ini ditelaah. Allah telah menjelaskan “sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji”. Jika konsep ini dipakai dalam pertanian di Indonesia, dan bisa dibuktikan oleh para peneliti pertanian di Indonesia, maka Indonesia akan menjadi Negara kaya, dan tidak perlu lagi mengimport beras. Bagaimana tidak, sebutir benih padi, menumbuhkan tujuh bulir, dan di tiap bulirnya terdapat seratus biji. Berarti satu tanaman padi bisa menghasilkan 700 butir padi. Prof. Sholahuddin mengatakan bahwa sampai saat ini belum ada tumbuhan padi di Indonesia yang bisa menghasilkan 700 biji pada satu tumbuhan padi, paling banyak hanya 450 biji.

Beliau menggugah kita, harusnya kami lebih kritis dalam berpikir. Maksudnya, jangan hanya sekedar menghapal Al-Qur’an atau membacanya saja. Tapi mencoba untuk sedikit mentadaburinya, wa bil khusus bagi orang-orang yang berjibaku dan memang menekuni bidang tafsir Al-Qur’an. Beliau juga mengatakan : ”Anda (saya dan teman-teman saya) tidak perlu pusing-pusing dan sibuk-sibuk meneliti tanaman padi, karena itu bukan bidang Anda. Justru Anda seharunya menelaah tafsirnya dan menuntut –maksudnya meminta- para pakar pertanian untuk bisa membuktikan tanaman padi dengan 700 biji itu. Sehingga para ahli pertanian tertarik dan termotivasi untuk bisa menelitinya.

Dan saya jadi semakin kagum dan malu dengan beliau. Kagum dengan pemikiran beliau yang mengaitkan sains dengan Al-Qur’an. Karena tidak sedikit ilmuwan yang melakukan dikotomi ilmu pengetahuan, dan memisahkan ilmu-ilmu sains yang ada dengan Al-Qur’an. Saya juga malu dengan beliau, yang memiliki semangat luar biasa untuk bisa menghapal dan mentadaburi Al-Qur’an di usianya yang sudah tidak muda lagi. Sedangkan saya yang masih muda, terkadang kehilangan semangat dan motivasi untuk terus mempelari dan mentadaburi Al-Qur’an.

Makanya, jangan cuma dibaca dan dihapal saja Al-Qur’annya, tapi ditadaburi juga!!!^^

Thursday 15 March 2012

Orang Pertengahan…

0 comments

Kenapa selalu seperti ini, selalu mencoba menjadi orang pertengahan tapi tidak bisa berbuat apa-apa. Bukan cuma satu atau dua kali. Dan akhirnya pun menyalahkan diri sendiri karena tidak bisa berbuat apa-apa dan merasa jadi orang yang paling bersalah di dunia. –.-“

Seringkali saya berada di antara dua orang atau dua kelompok yang bertikai. Misal Si A menceritakan kepada saya masalahnya dengan Si B. Cerita yang saya dapat dari perspektif A, B bersalah. Lalu beberapa saat kemudian Si B bercerita kepada saya masalahnya dengan si A. Dan cerita yang saya dapat berbeda lagi. Menurut cerita yang saya dapat dari si B, si A lah yang bersalah dalam masalah ini. Mendengar itu semua saya hanya bisa garuk-garuk kepala yang sebenarnya tidak gatal, kutuan, atawa ketombean. Dan akhirnya lebih memilih tenggelam ke dalam pemikiran mencoba untuk menjadi mediator. Namun agaknya pemikiran itu belum matang, dan akhirnya masalah membesar dan saya tidak bisa berbuat apa-apa. :(

Why it’s happen to me? Saya bukanlah seorang malaikat yang selalu terlihat baik di setiap orang. Dan saya pun tidak bermaksud untuk mencari muka dan tebar pesona, supaya mendapat imej ‘baik’. Saya hanya ingin meminimalisir pertikaian yang ada di sekitar saya. Mungkin terdengar naif, tapi memang saya hanya ingin sebuah kedamaian dan kenyamanan yang nampaknya makin mahal harganya. Saya rasa semua orang menyukai perdamaian, bukan hanya saya. Namun, sepertinya penyakit ‘panik’ saya selalu kambuh di saat saya bingung. Dan saya selalu mencoba dan berusaha untuk menjadi gerakan Non-Blok. Kan ummat Islam adalah ummat pertengahan.

Saya juga heran kenapa saya selalu menjadi ‘orang pertengahan’ di antara dua orang yang bertikai. Berniat mendamaikan tapi, tidak bisa. Dan akhirnya memilih diam, dan memilih mundur dari jabatan mediasi. Berusaha cuek ketika pihak-pihak yang berseteru menghampiri dan saling menceritakan kelus kesahnya. Tragisnya lagi, kalau misalkan saya mencoba menjadi mediator, tapi ucapan yang keluar dari lidah tak bertulang ini justru menambah runyam masalah yang ada. Haduuuuuuuh….rasanya ingin sekali memplester mulut ini biar nggak ngomong yang aneh-aneh.

Saya berusaha ber-husbuzhon mungkin inilah cobaan yang Allah berikan kepada saya, untuk menguji sejauh mana ketaqwaan saya. Sebenarnya saya senang bisa menjadi ‘orang pertengahan’, apabila saya bisa membantu pihak-pihak yang berseteru berdamai. Tapi sangat menyiksa diri apabila ternyata saya tidak bisa bertindak apa-apa untuk membantu mereka. Atau bahkan masalah justru menjadi makin besar karena saya. Sepertinya saya memang belum bisa menjadi orang yang bijak, tapi baru sebatas orang yang mencoba bersikap bijak.

Hal ini sering mengusik saya. Apakah ini ada sangkut pautnya dengan ‘kepolosan’ saya yang berlebihan. Kalau kata temen-temen saya sih, bukan polos, tapi bego. Memang saya akui, saya tipe orang yang polosnya kebablasan dan paling sering ketinggalan info. Ketika temen-temen saya tau ada ‘info baru’ di sekitar asrama, sekolah, atawa kampus pasti saya tau paling belakang. Terus dengan polosnya saya menceritakan hal yang baru saya tau itu ke teman-teman. Pasti temen-temen langsung bilang : “Ke mana aje lu baru tahu info” atau “makanya jangan jadi alien depan komputer mulu” or “jjiiiiiaaaah pasti dah ketinggalan berita” de el el.

Terus pernah suatu hari saya membeli makanan ringan yang dijual di bis. Sebenarnya saya tidak tertarik dan berminat dengan makanan ringan yang dijual di bis itu. Tapi karena saya tidak tega melihat remaja penjual makanan ringan itu dengan bajunya yang lusuh, dan tidak ada satu orang pun penumpang yang berniat membeli dagangannya, akhirnya saya beli. Ternyata setelah saya cicipi, makanan itu sudah umes, dan rasanya aneh. Teman sebangku saya bilang :”Iiiiih rahma kenapa dibeli. Haduuuh penyakit nggak ilang-ilang!”

Atau barangkali penyebabnya adalah sikap saya yang belum bisa bersikap dewasa. Mungkin itu penyebabnya. Terkadang saya masih bingung, sebenarnya orang yang dewasa itu seperti apa? Setahu saya kalau dalam pandangan Islam yang namanya dewasa itu yang sudah balig dan tamyiz. Maksudnya sudah masuk usia balig dan bisa membedakan mana yang hak dan mana yang bathil, mana yang salah dan mana yang benar. Wallahu a’lam. Ada orang yang umurnya sudah tua tapi masih bersifat kekanak-kanakan. Atau sebaliknya ada remaja yang bersifat dewasa. Jujur terkadang (sering kali ya…hueheuheuheuhe:D) si childish masih suka muncul. Muncul satu pertanyaan lagi dalam benak saya, apakah orang yang bersikap dewasa tidak lagi memiliki sisi childish?

Alhamdulillah Allah masih mengizinkan saya untuk menjadi orang pertengahan. Yaah walaupun saya masih belum bisa maksimal menjadi orang pertengahan, saya menganggap itu sebagai latihan dan proses pendewasaan diri. (daleeem euy…mencoba bijak biar dikira taat bayar pajak…hehe:D) Lagipula ummat Islam adalah ummatan washathon alias ummat pertengahan (hehehe…beda konteks sih). Eniwei saya hanya mencoba mengintrospeksi diri saya melalui tulisan ini dan mengeluarkan kegalauan saya…hehehe. Daripada stress memendam semua masalah dan kegalauan yang ada, lebih baik saya mencoba menuliskannya sebagai latihan…:DD Kalau ada yang berminat memberi wejangan atau masukkan monggo…akan sangat membantu. Apalagi kalau ada yang mau ngirimin bajul kismis roti wonder dua kardus, pempek kapal selam satu porsi, steak moon-moon satu paket, jus buah naga, mie ayam kangkung,  sama tablet PC…waaah lebih baik lagi itu. :P
(sindromngantukdimalamharitralalalatrililili mulai keluar)

_sebuah catatan kecil seorang hamba kecil yang bermimpi besar_

ANTARA DERADIKALISASI DAN DEKORUPSISASI

0 comments
danbo3 Pada hari Ahad 21 November 2010 diadakan sebuah pertemuan bertema “Peran Ulama Dalam Mewujudkan Pemahaman Keagamaan Yang Benar” di hotel Novotel, Solo. Acara ini diadakan oleh MUI pusat bekerja sama dengan FKPMN (Forum Komunikasi Praktisi Media Nasional). Pertemuan itu diadakan tidak lain sebagai upaya gerakan deradikalisasi Islam di Indonesia. Bukan hanya itu, pemerintah Republik Indonesia melalui BNPT-nya (Badan Nasional Penanggulangan Terorisme) juga ikut mengupayakan gerakan “Deradikalisasi“ ini dua tahun terakhir hingga saat ini. Inti dari berbagai macam pertemuan dan upaya gerakan deradikalisasi itu tidak lain adalah untuk menyampaikan berbagai penafsiran-penafsiran dalam ajaran agama Islam ke dalam satu penafsiran. Adapun penafsiran itu adalah menjadikan Islam sebagai agama yang lunak bukan agama fundamental dan menerima toleransi beragama baik itu pluralis, moderat, maupun liberal.

Belanja “Plus-Plus”

0 comments
Belanja, bukan sebuah kata yang asing bagi kaum Hawa. Belanja atau shopping sudah menjadi bagian dari kehidupan seorang wanita dan tidak dapat dipisahkan. kegiatan berbelanja in isudah menjadi suatu kelaziman bagi perempuan, baik itu kalangan anak-anak sekolahan, mahasiswa, wanita karir, ataupun ibu rumah tangga –dan kita termasuk di dalamnya-. Jarang ada perempuan yang bisa berkata tidak ketika diajak berbelanja, apalagi jika kebutuhan bulanan sudah habis dan perlu di refill.
Sasaran mereka biasanya adalah supermarket, mall, atau pasar tradisional. Tak jarang para perempuan rela membuang berjam-jam waktu mereka hanya untuk kegiatan berbelanja ini, terlebih di awal bulan. Ketika dompet-dompet mulai mengembang isinya. Sebenarnya apa sih, yang membuat mereka begitu nyaman dan senang berbelanja, bahkan bisa dibilang ketagihan??

Saturday 10 March 2012

Curahan Hati Galaunya Seorang Ukhti…:D

0 comments
Ada seorang perempuan bercerita kepada saya, dia menyukai seorang laki-laki. Karena dia tahu bahwa dalam Islam tidak ada istilah pacaran dia mencoba memendam perasaannya, sambil terus mengagumi pria yang disukainya dalam diam. Dia mencoba untuk memendam perasaan ‘aneh’ di hatinya setiap dia bertemu dengan lelaki yang ia sukai, tapi tetap saja tidak bisa. Setiap bertemu dengan laki-laki itu, disengaja atau tidak dia langsung salah tingkah. Akhirnya dia mencoba untuk menghindarinya. Maklum mereka sama-sama menuntut ilmu di satu sekolahan. Dia terus berusaha untuk memendam perasaannya dengan laki-laki itu (sebut saja namanya Bagas).
Perempuan yang bercerita kepada saya tadi (sebut saja Vika) terus memendam perasaannya hingga ia lulus SMA dan melanjutkan kuliah. Vika dan Bagas kuliah di universitas yang berbeda. Bagas kuliah di Propinsi Jawa Barat dan Vika kuliah di Jawa Tengah. Vika aktif mengikuti organisasi mahasiswa di kampusnya, terutama LDK. Dia juga aktif ikut ta’lim sana-sini. Vika merubah penampilannya, lebih menutup aurat. Dulu dia biasa menggunakan celana dan anti dengan rok, saat ini dia selalu menggunakan jubah. Waktu terus berlalu, namun Vika tetap menyimpan perasaan kepada Bagas. Sempat terbersit dalam pikirannya untuk mengungkapkan perasaannya kepada Bagas. Namun ia berpikir “untuk apa saya mengungkapkannya? Toh tidak akan ada kelanjutannya.” Maksud dia, biasanya orang-orang yang mengungkapkan perasaannya tujuannya untuk pacaran, sedangkan dia mencoba untuk menjaga dirinya dari pacaran. Sempat terbersit pikiran untuk berpacaran seperti teman-temannya, namun ia ingat larangan Allah untuk tidak mendekati perbuatan zina.

Umi Koq Belum Sholat?

0 comments
“Kak Ahmad bangun sudah adzan Shubuh. Ayo segera ambil wudhu pergi ke masjid sama Abi. Sholat Shubuh berjamaah pahalanya besar lho!”, ucap Ummu Ahmad membangunkan anak sulungnya yang baru menginjak usia baligh.
Ahmad mulet sebentar lalu bergegas membasuh muka dan berwudhu. Sambil berlari-lari kecil dia menyusul Abinya yang sudah keluar pagar menuju masjid. Sementara itu Umminya sibuk menggoreng nasi untuk sarapan. Sampai Ahmad dan Abinya pulang dari masjid, Ummi Ahmad masih belum beranjak dari dapur mungil kesayangannya.
“Mi...Ummi sudah sholat?“ tanya Ahmad.
“Belum Nak”, jawab Ummu Ahmad.
“Koq Ummi menyuruh Ahmad ke masjid untuk sholat shubuh berjamaah tapi Ummi belum sholat?“, selidik Ahmad.
“Kaum perempuan kan tidak diwajibkan untuk sholat berjamaah di masjid seperti laki-laki. Lagipula Ummi sedang menggoreng nasi untuk sarapan kita. Nanti kalau nasi gorengnya ditinggal terus gosong gimana?“

Agar Ilmu Barakah

0 comments
“Padahal saya rajin belajar. Otak saya juga encer. Orang bilang saya jenius. Tapi koq saya nggak pernah dapet peringkat pertama ya?”, ucap Fathin.
Fathin memang anak yang jenius. Dia juga rajin belajar. Berbagai perlombaan di bidang Fisika tingkat propinsi selalu dia menangkan. Bukan hanya itu, ia juga mahir dalam semua mata pelajaran. Tapi mengapa dia tidak pernah mendapat peringkat pertama?
Guru-guru Fathin pun mengakui kepandaian Fathin. Tapi setelah diteliti, ternyata Fathin belum bisa menghargai gurunya. Misalnya saja ketika guru Fisika mengajar, Fathin lebih senang belajar sendiri di tempat duduknya daripada memperhatikan gurunya yang bercuap-cuap di depan kelas. Fathin merasa bahwa gurunya belum terlalu paham dengan rumus-rumus Fisika. Setiap Fathin bertanya kepada guru itu, dia tidak bisa mendapatkan jawaban yang memuaskan.

A New Friend A New Experience…^^

0 comments
Masya Allah….ini pertama kalinya bertamu ke rumah orang Arab, perut langsung full. Sebelumnya pernah sih main ke tempat tinggal Ustadzah Ahlam, orang Saudi. Waktu main ke rumah beliau, semua makanan yang beliau punya dikluarin. Ada makanan yang nggak biasa dan belum pernah saya makan, ada juga makanan yang sering saya makan. Tapi waktu itu saya nggak sendirian. Saya datang bersama balatentara yang memang hobi makan…hehe.
Namun kali ini, saya bertamu ke rumah orang Mesir berdua dengan ustadzah saya. Dan ustadzah saya ini memang sering ke rumah orang Mesir ini, jadi sudah biasa. Sedangkan saya hanya seorang tamu tak diundang yang sok SKSD mau kenalan sama orang Mesir. Beliau adalah keluarga Syeikh Hisyam yang saya ceritakan di artikel saya terdahulu. Syeikh Hisyam adalah seorang doktor di bidang nahwu dari universitas Al-Azhar. Dan kebetulan beliau mengisi dauroh dan pelajaran nahwu di kampus saya. Beliau bersedia tinggal selama 6 bulan di Indonesia mengajarkan nahwu kepada orang Indonesia. Sebelumnya beliau datang ke Indonesia sendirian. Baru beberapa hari yang lalu keluarga beliau datang. Beliau memiliki tiga orang anak, dua perempuan dan satu laki-laki.

Friday 2 March 2012

Cantik Diri atau Cantik Hati?

1 comments
Setiap wanita yang terlahir ke dunia ini pasti cantik dan memiliki kecantikan diri masing-masing. Kata orang ukuran kecantikan seseorang itu relatif. Ukuran kecantikan juga berubah seiring perkembangan zaman. Dulu wanita yang dibilang cantik adalah perempuan yang berbudi pekerti luhur dan berkhlak mulia. Kecantikan wajah alaminya lebih terpancar dengan inner beauty atau kecantikan akhlaknya tanpa balutan make up. Namun sekarang standardisasi kecantikan seorang wanita telah berubah.
Dunia Barat telah berhasil mengubah opini publik terhadap hakikat cantik seorang wanita. Opini yang beredar saat ini adalah, kecantikan wanita terlukis pada putih mulusnya kulit, badan langsing, tinggi badan yang proporsional, dan bagian tubuh yang serba terbuka (sexy). Opini cantik ala Barat ini didukung dengan banyaknya iklan-iklan kosmetik yang dimodeli oleh perempuan-perempuan dengan kriteria fisik sebagaimana tersebut di atas. Tak heran kalau akhirnya mayoritas kaum Hawa ini termakan iklan dan akhirnya berlomba-lomba untuk mempermak tubuh mereka. Berbagai jenis produk pemutih kulit beredar di pasaran. Bermacam-macam solusi untuk melangsingkan tubuh ditawarkan. Begitu juga dengan alat-alat dan obat-obat peninggi badan. Semua itu dilakukan untuk mencapai standardisasi cantik ala Barat. Bahkan tak tanggung-tanggung ada yang sampai melakukan operasi plastik untuk mengubah dirinya terlihat cantik bak model Holywood.
 

Ich bin Muslime ^^ Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template