Terlalu asyik jari-jariku menari di atas keyboard yang ditempeli font Arab, dengan mata fokus ke arah layar 10 inchi. Sampai-sampai para cacing di dalam perut yang sudah berdemo minta diberi makan pun terabaikan. Kebiasaan yang selalu sama dan sulit dihilangkan. Tidak heran rasanya kalau pesan ibu selalu sama setiap menelponku :”Nak….jangan telat makan ya!”
Jangankan telat makan bu,,terkadang malah aku lupa dengan yang namanya makan. Bukan maksud tidak mensyukuri nikmat dan memilih-milih makanan. Tapi makan bukanlah hobiku. Walau bagaimanapun makan tetap tidak boleh ditinggalkan karena itu adalah urusan dhoruriyat yang harus diutamakan seperti kaidah ushul fiqih. Ya…makan juga perintah Allah kepada hamba-Nya untuk menjaga nafs atau kehidupan. Dan ini juga merupakan dhoruriy.
Jangankan telat makan bu,,terkadang malah aku lupa dengan yang namanya makan. Bukan maksud tidak mensyukuri nikmat dan memilih-milih makanan. Tapi makan bukanlah hobiku. Walau bagaimanapun makan tetap tidak boleh ditinggalkan karena itu adalah urusan dhoruriyat yang harus diutamakan seperti kaidah ushul fiqih. Ya…makan juga perintah Allah kepada hamba-Nya untuk menjaga nafs atau kehidupan. Dan ini juga merupakan dhoruriy.
Untungnya cacing-cacing di perutku mulai bertindak anarkis memukul-mukul dinding lambungku. Oke..aku menyerah dan memilih untuk makan. Lagipula aku sedang tidak ingin berteme dengan 'si maag’, mengingat banyaknya tugas dan deadline tulisan yang harus segera diselesaikan ditambah lagi setoran hapalan yang harus ditambah mengingat dalam hitungan hari UAT akan menyerang. Aku mencoba untuk bersahabat dengan lambungku. Dan sepertinya netbuk itemku sudah berteriak-teriak untuk diberi asupan listrik dan butuh istirahat. Baiklah…biarkan dia beristirahat sembari aku melayani lambungku.