Wednesday 31 October 2012
Menjadi Orang yang Dicintai
Sunday 21 October 2012
Berharap Menjadi Yang Sedikit
Wednesday 17 October 2012
#Save Suria !
Monday 15 October 2012
Perbedaan al-Qur'an dan Hadits Qudsi
Friday 12 October 2012
Ukhti, Kaos Kakinya Mana?
Thursday 11 October 2012
Wanita dengan Mahar Islam
Wednesday 10 October 2012
Me and My Dream
Sunday 7 October 2012
Campaign For KALAM
Pada mata kuliah Tafsir Klasik, dosen saya, Dr. Muhammad Abdul Kholiq Hasan el-Qudsy bertanya kepada mahasiswanya makna kalamullah. Pertanyaan yang terdengar mudah. Saya pun menjawab kalamullah adalah firman Allah. Beberapa teman saya pun menjawab hal yang sama, kalamullah adalah firman Allah. Kami pikir jawaban kami benar, ternyata beliau menyalahkan jawaban kami. Apa yang salah?, pikir saya.
Ustadz Hasan el-Qudsy menceritakan bahwa beliau pernah mendiskusikan masalah penggunaan kata ‘firman’ dalam penyebutan ayat al-Qur’an (contoh Allah berfirman dalam surat al-Baqarah ayat 5) dengan salah seorang mahasiswi pasca-nya seorang mantan biarawati. Mahasiswi itu pun menjelaskan bahwa kata ‘firman’ diambil dari kata four man, empat orang tokoh Kristiani (Markus, Lukas, Yohanes, dan Matius).
Apabila kita perhatikan para pendeta ketika menyampaikan khutbahnya dan mengutip ayat-ayat dari Injil, si pendeta akan berkata : “Tuhan Yesus berfirman….atau Firman Allah.” Dalam buku The Bible in the Modern World karya Prof. James Barr menerangkan bahwa istilah firman juga berarti bahwa Alkitab itu berasal dari Allah serta merupakan penyataan kehendakNya. Para ahli teologia beranggapan bahwa firman Allah adalah Yesus Kristus.
Sekarang udah tau kan kalau misalkan firman itu identik –dan memang milik- Kristen. Terus gimana dong? Nah, nggak ada salahnya kalau kita ganti kata firman dengan kalam. Kata kalam juga sudah diakui dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia. Seharusnya kita sebagai orang Muslim harus lebih bangga dengan kata ‘Kalam’ daripada ‘firman’. Karena Kalam diambil dari bahasa Arab yang artinya perkataan. Adapun kalamullah adalah perkataan Allah. Dan al-Qur’an diturunkan dalam bahasa arab. Nggak bakal ada yang nyalahin koq, kalau kamu bilang Allah berkalam dama surat al-Kahfi ayat 15. Kalau ada yang nyalahin lapor ke saya…hehe..:D
So…let’s change firman with Kalam in our daily life. Ajak serta saudara, kerabat, and all the people around us for using Kalam. Help us to do campaign for Kalam…:D
Friday 5 October 2012
Bersyukurlah dan Allah Akan Menambah...;D
Apakah Kita Mulai Ridho?
Orang tua dulu kalau anak remajanya pacaran, pasti si orang tua langsung mencak-mencak. Lain dulu lain sekarang. Sekarang kebanyakan orang tua, kalau anak remajanya belum punya pacar pasti bingung tujuh keliling dan nyuruh anaknya nyari pacar. Itu masih dalam komunitas keluarga. Masyarakat sosial juga udah mulai biasa sama remaja-remaji yang bukan mahram jalan berdua gandengan sambil peluk-pelukkan udah kaya suami-istri. Padahal dulu kalau ada remaja-remaji jalan berdua bahkan sampai pacaran masih dianggap tabu. Apakah ini pertanda kalau mulai banyak ummat Islam yang ridho sama kemaksiatan di sekitarnya? Wal iyadzu billah…
Dinda ditunjuk untuk mewakili sekolahnya dalam speech competition di Universitas X bersama Ilham. Mau nggak mau dia harus sering diskusi dan latihan bareng Ilham. Temen-temennya pun sering ngata-ngatain mereka berdua atau bahasa inggrisnya macok-macok i. What do we say it in bahasa? Maksudnya adalah, ketika Ilham dan Dinda sedang latihan bersama lantas teman-temannya menyoraki mereka…”cieeeee Dinda sama Ilham.” Sering kan denger temen-temen kita bersorak seperti ini kepada teman kita atau teman yang lain.
Sering juga saya temui hal serupa di wall temen-temen waktu lagi mantengin timeline mereka untuk melepas rindu. Temen saya (perempuan) update status terus dikomen sama temen saya yang laki-laki. Kebetulan temen saya yang laki-laki ‘ada rasa’ sama temen saya yang permpuan itu. Dua temen saya ini asyik saling berbalas komen. Kemudian muncul teman saya yang lainnya dengan komen “cieeeeee…” Disusul teman-teman saya yang lain komen dengan bahasa lain tapi maksudnya sama.
Jujur saya nggak suka sama hal-hal kaya gini. Menurut saya sorakan seperti itu kaya mak comblang dan berharap orang yang disorakkin punya hubungan lebih dari sekedar teman. Nggak masalah kalau hubungan yang dimaksud adalah hubungan halal (baca: nikah). Nah kalau hubungan yang diharapkan itu pacaran gimana coba? Berarti mereka ngedukung orang yang disorakkin untuk pacaran. Iyaa nggak?
Melihat fenomena makin banyaknya orang yang pro pacaran saya jadi mikir, apa sekarang banyak ummat Islam yang mulai ridho yah sama pacaran? Berarti kalau udah ridho sama pacaran ridho juga sama maksiat? Nadzubillah…mari kita sama-sama introspeksi diri apakah kita mulai terbiasa dengan maksiat yang ada di sekeliling kita. Kalau misalkan iya…berarti kita harus segera merubahnya dan ajak serta teman-teman serta keluarga di sekitar kita. Jangan mau ikut andil dalam gerakan ‘ridho dengan maksiat’ kawan…;D
Semangat Pagi…Jum’ah mubarakah…:D