Wednesday 31 October 2012

Menjadi Orang yang Dicintai

0 comments
I-Love-Allah Siapa sih yang nggak mau dicintai? Everyone wants to be loved. Tapi gimana caranya biar kita bisa jadi orang yang dicintai?
“Kamu teh kalau mau dicintai yah kudu mencintai orang lain dulu atuh.”
“Simpel aja sih sebenernya, kalau kamu pengen dicintai sama orang lain berbuat baik lah sama orang lain. Pasti dah orang lain bakalan cinta sama kamu.”
“Tersenyumlah ketika bertemu dengan siapapun, pasti dah orang yang lo senyumin bakalan jatuh cinta.”
Kira-kira dari komentar di atas mana yang paling tepat supaya kita bisa dicintai sama orang lain? Semua komentar di atas hanyalah wasilah (alat atau cara) supaya kita bisa dicintai orang lain. Sejatinya hanya ada satu kunci supaya kita bisa dicintai oleh orang lain, yaitu berusaha supaya kita dicintai Allah. Lho koq gitu?
Gini deh....rasa cinta itu munculnya dari dalam hati manusia. Nah hati manusia itu kan milik Allah. Kalau kita sudah dicintai sama Allah, Allah akan menanamkan rasa cinta di hati manusia untuk mencintai diri kita. Ada sebuah hadits Qudsi yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dan Muslim (lafazh milik al-Bukhari) dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu :
إِنَّ اللَّهَ إِذَا أَحَبَّ عَبْدًا قَالَ لِجِبْرِيلَ: إِنِّي أُحِبُّ عَبْدِي فُلَانًا فَأَحِبَّهُ، فَيُحِبُّهُ جِبْرِيلُ، وَيَقُولُ لِأَهْلِ السَّمَاءِ: إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ عَبْدَهُ فُلَانًا فَأَحِبُّوهُ، فَيُحِبُّهُ أَهْلُ السَّمَاءِ، وَيُوضَعُ لَهُ الْقَبُولُ فِي الْأَرْضِ
“Apabila Allah mencintai seorang hamba maka Dia menyeru Jibril: ’Sesungguhnya Allah mencintai fulan maka cintailah ia!’ Lalu Jibril mencintainya. Kemudian Jibril menyeru para penghuni langit: ‘Sesungguhnya Allah mencintai fulan maka cintailah ia!’ Lalu penghuni langit pun mencintainya. Kemudian diberikan padanya penerimaan di bumi.”

Sunday 21 October 2012

Berharap Menjadi Yang Sedikit

0 comments

CUS474Thankful Berharap menjadi golongan yang sedikit. Ya...saya hanya ingin menjadi orang yang termasuk ke dalam golongan yang sedikit. Ya Allah jadikanlah hamba bagian dari orang-orang yang sedikit. Aamiin.
اللَّهُمَّ اجْعَلنِي من الْقَلِيل
Dasar orang aneh, mana ada orang yang mau jadi golongan yang sedikit. Golongan sedikit berarti golongan minoritas. Dan kalau kamu jadi golongan minoritas kamu bakal tertindas!
Biarlah banyak orang berkata saya orang aneh. Saya hanya berharap bisa menjadi bagian golongan yang sedikit. Teringat dengan kisah Amirul Mu’minin Umar bin Khathab radhiyallahu ‘anhu ketika beliau mendengar seseorang berdo’a: Ya Allah jadikanlah aku bagian dari orang-orang yang sedikit. Umar heran dan berkata: Do’a apa ini? Orang tersebut pun menjawab: Saya mendengar Allah berkalam : Dan sedikit dari hamba-Ku yang bersyukur. Sayapun berdo’a pada Allah agar termasuk golongan yang sedikit itu. Umar pun berkata: Setiap orang lebih tahu dari Umar.
Dalam surat Saba’ ayat 13 Allah berkalam:
وَقَلِيلٌ مِنْ عِبَادِيَ الشَّكُورُ
..Dan sedikit dari hamba-Ku yang bersyukur

Wednesday 17 October 2012

#Save Suria !

0 comments
Save Syria (1)
A Syrian Muslimah said:
“Oh Followers of Muhammad if you are not able to arm us, then at least send us contraceptive pills”
Do you know why she said so? Lot of our sisters were raped! Syria burned and become a river of blood. Since 15th March 2011 until 17th September 2012, amount of more than 31,860 were killed of which 2874 women, 2956 children. More than 70,635 wounded, imprisoned more than 250,000, who fled to Lebanon, Turkey, Jordan, Saudi Arabia and other countries. And 2.5 million people displaced inside the Syrians who leave the city and move to a safer city.
More than 2.4 million houses, mosques and schools and madrasas were destroyed by bombs. More than 300 districts, sub-districts and villages were attacked by Bashar Asad (President Syrians) with tanks, rockets and their bombs. And the Muslims who pray in masjid were attacked. Who still alive were prisoned, massacred and some have also fled. The numbers above is only some of the detected victims. The fact is more than that. ( I take this data from http://hilalahmarsociety.org)
Exactly what is happening in Syria? Many person were injured. There were Many casualties and victims.
First I thought the conflict in Syria is the common conflict between the dictator government with the citizens. And I’m sure most of us have the same thoughts. But the reality isn’t like that. What is happening in Syria now is Aqeedah war. A war between Shia (Shiite) and Sunni (ahlus sunnah wal jamaah). Syria is on the borderlands between these two doctrines. Most of its people are Sunni Muslims but there are also Christians, Druze, and Alawites. Who are the Alawites? While arguably Alawites are not Muslims at all, they claim to be Shia Muslims. Syria’s government is also aligned with Iran and Hezbollah (Lebanon) — in other words, the Shia Muslim forces. And therein lies the danger. The ruling Alawites comprise only about 12 percent of Syria’s population but largely dominate the government. The bloody repression of the opposition, which is largely Sunni, is creating communal tensions. And this news was obscured by the mass media!

Monday 15 October 2012

Perbedaan al-Qur'an dan Hadits Qudsi

0 comments

Di setiap buku tentang Ilmu al-Qur’an atau Uluumul qur’an pasti dijelaskan tentang perbedaan antara al-Qur’an dan Hadits Qudsi. Kalau al-Qur’an pasti udah pada mafhum, (kalau belum sila cek Apa itu al-Qur’an? in my other blog ;D). Terus kalau hadits Qudsi mungkin masih terdengar asing bagi sebagian dari kita. Pada postingan kali ini mimin mencoba memaparkan apa itu hadits Qudsi dan perbedaannya dengan al-Qur’an.
Definisi Hadits
Hadits secara bahasa adalah ضِدُّ القَدِيْم (lawan dari lama). Sedangkan secara etimologi hadits adalah segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad shallahu ‘alaihi wa sallam baik berupa perkataan, perbuatan, penetapan, atau sifat. Misal dari perkataan beliau adalah :
مِنْ حُسْنِ إِسْلاَمْ المَرْءِ تَرْكُهُ مَا لَا يَعْنِيْهِ
Tanda baiknya Islam seseorang adalah meninggalkan sesuatu yang tidak beguna baginya.” (HR. Tirmidzi)
Adapun yang merupakan perbuatan adalah tata cara sholat. Beliau bersabda :
صَلُّوا كَمَا رَأَيْتُمُونِيْ أُصَلِّي
Sholatlah seperti kalian melihat aku sholat.” (HR. Bukhari)
Sedangkan yang merupakan taqrir atau penetapan misalnya ketika Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam mengutus orang dalam suatu peperangan. Orang itu selalu membaca suatu bacaan dalam shalat yang diakhiri dengan Qul huwallahu ahad. Setelah pulang, mereka menyampaikan hal itu kepada Nabi. Lalu Nabi berkata, “Tanyakan kepadanya mengapa dia berbuat demikian!” Mereka pun menanyakannya. Dan orang itu menjawab : “Kalimat itu adalah sifat Allah dan aku suka membacanya. Maka Nabi menjawab : ”Katakan padanya bahwa Allah pun menyukainya.” (HR Bukhari dan Muslim)
Adapun yang berbentuk sifat seperti yang diriwayatkan bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam selalu bermuka cerah, berperangai halus dan lembut, tidak keras, dan tidak pula kasar, tidak suka berteriak keras, tidak pula berbicara kotor, dan tidak juga suka mencela.

Friday 12 October 2012

Ukhti, Kaos Kakinya Mana?

0 comments
“Mbak, mau ke mana?”, tanya Nisa kepada kakaknya Nada.
“Mau ke warung Bu Arip beli garem”, jawab Nada.
“Koq nggak pake kaos kaki sih?”, tanya Nisa lagi.
“Kan rumah Bu Arip deket,” jawab Nada
“Terus kalau deket auratnya keliatan juga nggak papa yah?”, ucap Nisa retoris.
Pernah juga ada seorang akhwat yang baru selesai berwudhu dan belum menggunakan kaos kaki karena kakinya masih basah. Kebetulan ketika ia hendak masuk masjid, ia harus melewati kawasan ikhwan. Kemudia ada seorang ikhwan yang nyeletuk: “Ukhti, kaos kakinya mana?”
Jleeebbbb....Pernah ngalamin hal kayak gini? Lupa –atau sengaja- tidak memakai kaos kaki ketika ingin berpergian atau di depan orang yang bukan mahram.
Ada cerita lagi, suatu hari saya diajak ibu belanja sayur di rumah temannya. Kebanyakan penjual sayur di daerah saya tidak ada yang berpakaian rapi, hanya menggunakan daster atau baju-baju yang biasa dipakai di dalam rumah. Pikir saya, teman ibu yang penjual sayur ini tidak jauh berbeda dengan penjual sayur lainnya. Ternyata teman ibu adalah seorang ummahat bercadar. Baru kali ini saya menemukan seorang penjual sayur bercadar di daerah saya. Tapi ada satu hal yang mengusik pikiran saya. Bukan...bukan cadar yang beliau kenakan. Ketika saya melihat ke bawah ternyata punggung kaki beliau terbuka, tidak tertutupi apapun baik itu kaos kaki atau lainnya.
“Pakai cadar tapi koq nggak pakai kaos kaki sih Bu,” tanya saya kepada ibu dalam perjalanan pulang.
“Kan, itu di rumah (kebetulan warungnya jadi satu dengan rumah). Kalau keluar beliau pake kaos kaki koq,” jawab Ibu.
Masalah kaos kaki memang terdengar sepele. Tapi ini cukup untuk merepresentasikan pemahaman seorang Muslimah akan agamanya. Masalah sepele ini bisa memperlihatkan komitmen dan kekuatan ‘azzam seorang Muslimah dalam menjaga ‘izzah atau kehormatannya. Masih sering kita jumpai saudari-saudari kita yang berpakaian serba tertutup dari ujung kepala hingga ujung kaki ketika hendak bepergian, tapi ketika menyapu di halaman depan rumah kaki terbuka bebas. Atau ketika pergi ke warung, kakinya terlihat. Emang kaki juga bagian dari aurat ya?

Thursday 11 October 2012

Wanita dengan Mahar Islam

0 comments
Pada umumnya mahar yang diberikan kepada seorang wanita ketika menikah adalah emas maupun uang. Tapi tidak dengan wanita yang satu ini. Beliau adalah Ummu Sulaim radhiyallahu ‘anha, ibu dari pelayan Rasulullah, Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu. Para ahli sejarah berbeda pendapat tentang namanya. Ada yang mengatakan bahwa nama beliau adalah Ummu Sulaim al-Ghumaisha. Ada pula yang mengatakan namanya adalah Rumaisha, Sahlah, Unaifah atau Rumaitsa. Beliau adalah anak perempuan dari Milhan bin Kholid bin Zaid bin Haram bin Jundub bin ‘Amir bin Gonm bin ‘Adiy bin an-Najar al-Anshoriyyah al-Khazrajiyyah.
Beliau adalah seorang wanita penghuni surga. Tsabit meriwayatkan dari Anas bin Malik berkata: Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Ketika aku masuk Jannah aku mendengar suara di depanku, ternyata saat itu aku bersama dengan al-Ghumaisha’ binti Milhan.” (HR Bukhari 3679 berderajat shahih)
Beliau adalah salah satu dari orang-orang yang awal masuk Islam. Beliau adalah saudari dari Ummu Haram binti Milhan, istri dari Ubadah bin Shamat. Beliau menikah dengan Malik bin Nadhr, ayah dari Anas bin Malik. Ketika dakwah Islam terdengar oleh Ummu Sulaim, segeralah ia dan kaumnya menyatakan keislamannya. Ummu Sulaim menawarkan Islam kepada suaminya yang ketika itu masih musyrik. Namun diluar dugaan, Malik justru marah kepadanya dan meninggalkannya. Malik akhirnya pergi ke negeri Syam dan meninggal di sana.
Setelah Malik bin Nadhr meninggal, Ummu Sulaim dipinang oleh Abu Thalhah Zaid bin Sahl al-Anshory. Pada waktu itu Abu Thalhah belum Islam. Diriwayatkan oleh an-Nasa’i dalam kitab sunannya ketika Abu Thalhah meminang Ummu Sulaim, beliau berkata :”Demi Allah tak ada satupun alasan yang bisa membuatku menolak lamaranmu itu. Namun sangat disayangkan sekali, engkau adalah seorang kafir, sedang aku adalah seorang Muslim. Oleh karena itu, aku tak mungkin menikah denganmu. Seandainya engkau bersedia masuk Islam, itu akan aku anggap sebagai maharku, dan aku tak akan meminta selain dari itu.” Mendengar perkataan itu Abu Thalhah bersedia masuk Islam dan keislamannya dianggap sebagai mahar bagi Ummu Sulaim.

Wednesday 10 October 2012

Me and My Dream

0 comments
1310034489Ketika SMA aku seorang pemimpi. Banyak sekali mimpi dan cita-cita yang aku tuliskan dalam agenda pribadi. Aku juga menuliskannya di selembar kertas dan menempelkannya di lemariku. Kebiasaan menulis mimpi dan cita-cita itu aku mulai dari kelas 1 SMA. Alhamdulillah beberapa dari mimpi itu sudah terelisasi, biidznillah. Dari mulai mimpi yang teramat sederhana hingga mimpi yang luar biasa. Bahkan ingin masuk ke kelas IPA pun aku tuliskan dalam coretan mimpi itu. And it comes true.
Itu dulu. Lulus SMA aku takut untuk bermimpi. Sangat takut. Aku tidak mau kecewa dengan mimpi-mimpi yang tidak bisa terwujud. Pasalnya mimpi dan cita-cita yang sudah aku inginkan, rencanakan, dan aku tuliskan bertentangan dengan keinginan orang tuaku. Orang tuaku punya mimpi. Dan aku punya mimpi. Sebenarnya mimpi kami sama, orang tuaku ingin anaknya sukses dan aku juga ingin sukses. Yang berbeda adalah definisi sukses antara aku dan orang tua. Orang tua yang punya mimpi tapi kenapa harus mimpiku yang dikorbankan? Pikirku waktu itu. Orang tua ingin aku melanjutkan studi di bidang agama. Mereka ingin sekali ada salah satu anaknya yang menggeluti bidang agama. Syukur-syukur ada yang bisa hapal al-Qur’an. Merasa kurang berhasil dengan ketiga kakakku yang lebih memilih ilmu umum, aku pun ‘dikorbankan’. Untungnya aku lebih penurut darip ada ketiga kakak lelakiku. Aku memang batu, tapi tidak sebatu mereka.

Sunday 7 October 2012

Campaign For KALAM

0 comments

Pada mata kuliah Tafsir Klasik, dosen saya, Dr. Muhammad Abdul Kholiq Hasan el-Qudsy bertanya kepada mahasiswanya makna kalamullah. Pertanyaan yang terdengar mudah. Saya pun menjawab kalamullah adalah firman Allah. Beberapa teman saya pun menjawab hal yang sama, kalamullah adalah firman Allah. Kami pikir jawaban kami benar, ternyata beliau menyalahkan jawaban kami. Apa yang salah?, pikir saya.

Ustadz Hasan el-Qudsy menceritakan bahwa beliau pernah mendiskusikan masalah penggunaan kata ‘firman’ dalam penyebutan ayat al-Qur’an (contoh Allah berfirman dalam surat al-Baqarah ayat 5) dengan salah seorang mahasiswi pasca-nya seorang mantan biarawati. Mahasiswi itu pun menjelaskan bahwa kata ‘firman’ diambil dari kata four man, empat orang tokoh Kristiani (Markus, Lukas, Yohanes, dan Matius).

Apabila kita perhatikan para pendeta ketika menyampaikan khutbahnya dan mengutip ayat-ayat dari Injil, si pendeta akan berkata : “Tuhan Yesus berfirman….atau Firman Allah.” Dalam buku The Bible in the Modern World karya Prof. James Barr menerangkan bahwa istilah firman juga berarti bahwa Alkitab itu berasal dari Allah serta merupakan penyataan kehendakNya. Para ahli teologia beranggapan bahwa firman Allah adalah Yesus Kristus.

Sekarang udah tau kan kalau misalkan firman itu identik –dan memang milik- Kristen. Terus gimana dong? Nah, nggak ada salahnya kalau kita ganti kata firman dengan kalam. Kata kalam juga sudah diakui dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia. Seharusnya kita sebagai orang Muslim harus lebih bangga dengan kata ‘Kalam’ daripada ‘firman’. Karena Kalam diambil dari bahasa Arab yang artinya perkataan. Adapun kalamullah adalah perkataan Allah. Dan al-Qur’an diturunkan dalam bahasa arab. Nggak bakal ada yang nyalahin koq, kalau kamu bilang Allah berkalam dama surat al-Kahfi ayat 15. Kalau ada yang nyalahin lapor ke saya…hehe..:D

So…let’s change firman with Kalam in our daily life. Ajak serta saudara, kerabat, and all the people around us for using Kalam. Help us to do campaign for Kalam…:D

Friday 5 October 2012

Bersyukurlah dan Allah Akan Menambah...;D

0 comments
“Haduuuh aku makin gendut. Aku pengen diet biar kurus!”, ucap seorang perempuan dengan badan  lumayan big size.
“Huh...badanku kurus banget ya. Padahal aku udah makan banyak lho. Aku pengen deh punya badan gemuk”, ucap perempuan lain yang berbadan kurus.
“Iiih idungku pesek. Pasti kalau idungku mancung aku lebih cantik deh.”
“Pengen punya kulit putih kaya artis-artis. Iri deh sama mereka, kulitku kan hitam”, ungkap seorang perempuan yang sudah berkulit putih dan merasa masih belum putih.
“Aaaaarrrrrrgggggghhhh...wajahku jerawatan.”
“Nggak enak jadi orang pendek. Dikira anak kecil setiap jalan ke mana-mana. Aku pengen jadi orang tinggi.”
“Nasib jadi orang tinggi, nyari baju susah. Kalau nggak jahit sendiri pasti dapetnya cingkrang mulu.”
Inilah berbagai keluh kesah yang sering keluar dari mulut mayoritas kaum hawa. Padahal mereka masih bisa melihat dengan sepasang mata indah walaupun muka mereka berjerawat. Masih bisa makan enak walaupun badan mereka kurus. Dikarunia badan sehat walaupun gemuk. Masih punya tangan yang utuh walaupun bertubuh pendek. Tidak kekurangan satu jemari pun meski tinggi badan berlebih. Dan memiliki anggota badan lengkap tanpa kekurangan suatu apapun.  Yang terpenting, masih bisa bernapas menghirup udara segar ketika bangun di pagi hari !

Apakah Kita Mulai Ridho?

0 comments

Orang tua dulu kalau anak remajanya pacaran, pasti si orang tua langsung mencak-mencak. Lain dulu lain sekarang. Sekarang kebanyakan orang tua, kalau anak remajanya belum punya pacar pasti bingung tujuh keliling dan nyuruh anaknya nyari pacar. Itu masih dalam komunitas keluarga. Masyarakat sosial juga udah mulai biasa sama remaja-remaji yang bukan mahram jalan berdua gandengan sambil peluk-pelukkan udah kaya suami-istri. Padahal dulu kalau ada remaja-remaji jalan berdua bahkan sampai pacaran masih dianggap tabu. Apakah ini pertanda kalau mulai banyak ummat Islam yang ridho sama kemaksiatan di sekitarnya? Wal iyadzu billah

Dinda ditunjuk untuk mewakili sekolahnya dalam speech competition di Universitas X bersama Ilham. Mau nggak mau dia harus sering diskusi dan latihan bareng Ilham. Temen-temennya pun sering ngata-ngatain mereka berdua atau bahasa inggrisnya macok-macok i. What do we say it in bahasa? Maksudnya adalah, ketika Ilham dan Dinda sedang latihan bersama lantas teman-temannya menyoraki mereka…”cieeeee Dinda sama Ilham.” Sering kan denger temen-temen kita bersorak seperti ini kepada teman kita atau teman yang lain.

Sering juga saya temui hal serupa di wall temen-temen waktu lagi mantengin timeline mereka untuk melepas rindu. Temen saya (perempuan) update status terus dikomen sama temen saya yang laki-laki. Kebetulan temen saya yang laki-laki ‘ada rasa’ sama temen saya yang permpuan itu. Dua temen saya ini asyik saling berbalas komen. Kemudian muncul teman saya yang lainnya dengan komen “cieeeeee…” Disusul teman-teman saya yang lain komen dengan bahasa lain tapi maksudnya sama.

Jujur saya nggak suka sama hal-hal kaya gini. Menurut saya sorakan seperti itu kaya mak comblang dan berharap orang yang disorakkin punya hubungan lebih dari sekedar teman. Nggak masalah kalau hubungan yang dimaksud adalah hubungan halal (baca: nikah). Nah kalau hubungan yang diharapkan itu pacaran gimana coba? Berarti mereka ngedukung orang yang disorakkin untuk pacaran. Iyaa nggak?

Melihat fenomena makin banyaknya orang yang pro pacaran saya jadi mikir, apa sekarang banyak ummat Islam yang mulai ridho yah sama pacaran? Berarti kalau udah ridho sama pacaran ridho juga sama maksiat? Nadzubillah…mari kita sama-sama introspeksi diri apakah kita mulai terbiasa dengan maksiat yang ada di sekeliling kita. Kalau misalkan iya…berarti kita harus segera merubahnya dan ajak serta teman-teman serta keluarga di sekitar kita. Jangan mau ikut andil dalam gerakan ‘ridho dengan maksiat’ kawan…;D

Semangat Pagi…Jum’ah mubarakah…:D

Wednesday 3 October 2012

Hijabi Diri BUKAN Hijabi Interaksi…!

0 comments
“Kenapa ya orang-orang bercadar itu ansos (anti sosial).”
“Padahal kerudungnya gede, tapi koq nggak pernah nyapa yah kalau lewat.”
“Mendingan juga saya temenan sama orang-orang yang nggak berjilbab daripada orang-orang yang udah pada pake jilbab gede. Soalnya temen-temen saya yang nggak pake jilbab lebih ramah daripada temen saya yang pake jilbab gede.”
Pernahkah saudariku mendengar statement seperti ini? Atau bahkan Anda sering mendengar kalimat-kalimat seperti ini? Atau malah kalimat ini keluar dari orang-orang terdekat? Lalu apa rekasi Anda? Marahkah? Atau malah sedih?
Saudariku ada baiknya kita mengintrospeksi diri dan menanyakan kepada diri kita masing-masing. Sudahkah kita ramah kepada semua orang yang kita temui? Sudah bisakah kita ikut menjadi bagian dari masyarakat sosial? Sudahkah kita melengkapi hijab kita dengan akhlaqul karimah?
Tanpa kita sadari banyak kita temukan hal-hal seperti ini di sekitar kita. Orang-orang yang sudah ikut ta’lim (ngaji) hanya ingin bergaul dengan orang-orang yang belum ikut ta’lim. Akhwat-akhwat yang sudah berhijab menghijabi dirinya dari perempuan yang belum berhijab. Maka jangan heran apabila muncul cap ‘tidak ramah’ dari orang-orang awam untuk perempuan berjilbab besar. Orang-orang awwam menganggap sosialiasi mereka payah, terlalu berpikiran ekstrim dan tidak ramah. Belum lagi ditambah isu terorisme di Indonesia yang rata-rata berkostum seperti mereka.

Tuesday 2 October 2012

Kisah Pak SuTa

0 comments
Selalu ada hal menarik ketika mengendarai taksi. Naik taksi tapi sepi nggak ada obrolan selama perjalanan, berasa kaya naik mobil sendirian sepanjang jalan. Bedanya nggak ada orang yang nyetirin taksi  dan harus nyetir sendiri (emang bisa nyetir yak?). Setiap saya naik taksi selalu ada obrolan yang dibicarakan oleh supir taksi. Nggak heran kalau supir taksi lebih pandai berkomunikasi dengan penumpangnya dibanding dengan supir angkot atau tukang becak.
Berbagai macam obrolan dan kriteria supir taksi saya temui. Tapi supir taksi yang saya jumpai kali ini, menurut saya supir taksi terunik yang pernah saya temui. Beliau (saya lupa namanya) memiliki tiga orang anak perempuan. Kedua anaknya sudah bekerja dan sudah menamatkan studi sarjananya. Anak pertama beliau menyelesaikan studinya sebagai bidan, dan anak keduanya menyelesaikan studi di PGTK sebuah universitas swasta di kota Solo. Kabarnya anak kedua beliau adalah fresh graduate alias baru lulus. Anak ketiga pak supir taksi (selanjutnya saya sebut Pak SuTa ya biar gampang) awalnya ikut sang ibu yang bekerja sebagai penjual jamu gedong di ibukota. Tapi sekarang anak bontotnya tinggal bersama beliau di Solo.
Kebetulan kali ini saya naik taksi bersama dengan teman dan ustadz. Ceritanya kami baru pulang pelatihan Internet Business Inspiration yang diselenggarakan oleh Republika dan Telkom. Acara ini dibidani oleh sebuah community santri di dunia maya, Santri Indigo. Taksi mobil Xenia pun jadi pilihan kami. Selama perjalanan seorang ikhwan dan ustadz asyik ngobrol sama Pak SuTa. Dan saya menyimak dari belakang sambil merekam pembicaraan para kaum Adam. Bermula dari pertanyaan standar masalah dunia pertaksian dan tetek bengeknya. “Sistemnya setoran ya pak?” “Setoran seharinya berapa pak?” dan yang lebih menarik perhatian saya adalah ketika ustadz menanyakan suka duka menjadi seorang supir taksi. Yang membuat saya tertarik bak kutub utara bertemu selatan (nggak nyambung yak?) adalah jawaban Pak SuTa. Beliau menjawab hal-hal yang menjadi dukanya selama menjadi supir taksi. Pak SuTa bilang, jadi supir taksi itu serba kekurangan, kurang tidur, kurang sehat, kurang bersih, sampai kurang iman, pokoknya semuanya kurang. Beliau dalam satu hari harus menyetor 200 ribu rupiah kepada juragan taksinya.
 

Ich bin Muslime ^^ Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template