Tuesday 8 January 2013

Bingkisan Dari Gaza

0 comments

Salim Akhukum Fillah, siapa tidak kenal dengan penulis buku best seller “Nikmatnya Pacaran Setelah Pernikahan” ini. (aku punya bukunya lho... mau pinjem? *ga penting Rahma -.-“) Sebelumnya saya hanya berkenalan dengan beliau melalui untaian bahasa tulisannya dalam dekapan ukhuwah (aku juga punya buku yang ini, mau pinjem? ;p). Malam ini, pertama kalinya saya mengenal sosok Salim A. Fillah dalam untaian bahasa lisannya. Bahasa lisannya tak jauh berbeda dengan bahasa tulisannya. Tertata rapi bak puisi. Berorasi seperti berdeklamasi. Tutur katanya berhasil menyihir semua orang yang hadir ke masjid Bilal bin Rabah.

Beberapa hari yang lalu Ustadz Salim pergi ke Gaza bersama para relawan Sahabat Al-Aqsha (ada Kak Bimo, ustadz Syihab, . Langit Gaza selalu disemarakkan dengan al-Qur’an. Setiap ba’da shubuh setiap masjid selalu dipadati dengan halqah-halqah tahfizh. Kata ustadz Salim, kegiatan yang paling sering beliau lakukan di sana adalah ‘berpelukan’ (pake intonasi teletubies). Yah.. karena setiap beliau bertemu dengan siapapun, kenal ataupun tidak, warga Gaza selalu menyambutnya dengan pelukan hangat. Warga negara asing yang paling disegani oleh masyarakat Gaza adalah orang Indonesia. Mengapa? Mereka menganggap warga Indonesia sebagai saudara mereka mengingat Indonesia adalah negara dengan komunitas muslim terbesar. Banyak masyarakat Indonesia yang selalu memberikan dukungan baik moral maupun materiil. Hubungan bilateral antara Palestina dan Indonesia sudah terbentuk sejak dulu. Palestina adalah negara yang pertama kali mengakui kemerdekaan Indonesia.

Saturday 5 January 2013

Hujan, Petir dan Kanak-kanak

0 comments

Hujan deras mengguyur Desa Pakel dan sekitarnya di akhir sore menjelang Maghrib. Kemungkinan tasmi’ bersama teman besar. Harap-harap cemas menunggu hujan segera reda, was-was target minggu ini tak tercapai. Allah berkehendak lain. Musyrif kami izin dan itu berarti kami harus tasmi’ berpasang-pasangan. Tak mengapa, toh aku bisa melancarkan hafalan-hafalanku sebelumnya. Aku berniat untuk menyambangi kamar depan selepas Maghrib mencari pasangan tasmi’.

Rintik-rintik hujan masih terus bercucuran. Sepertinya mereka enggan berhenti membuat suasana menjadi semakin syahdu. Merayu setiap insan untuk menarik selimutnya dan menyambangi kasur empuk mereka. Virus menguap pun mulai bertebaran di seantero asrama. Penyebarannya mengalahkan virus brontok maupun trojan. Ini masih Mahgrib kawan!

Beruntung aku sudah mempunyai antivirus. Antivirus yang lebih jahat dari Kaspersky yang menganggap extension file maktabah Syamilah sebagai virus. Sebuah kertas mungil berwarna biru muda terpampang di halaman depan mushaf pink yang selalu menemani. Huruf-huruf tak beraturan dengan pena biru memenuhi kertas mungil biru muda tadi. “Bapak and Ibu”. Hanya kata tiga buah suku kata yang sangat sederhana tapi memiliki arti luar biasa. Dan ini mengingatkan akan targetku 301 halaman di semester ini. Aku tidak boleh kalah. Tiga ratus satu halaman terus memenuhi kepalaku. Ditambah dengan bayang-bayang Bapak dan Ibu tersenyum kepadaku. Bangkit Rahma.

The Amin al-Ummah

0 comments

Amir ibn Abdullah ibn al-Jarrah ibn Hilal al-Fahri al-Quraisy, known as Abu ‘Ubaidah ibn al-Jarrah. He was dubbed as the Amin al-Ummah and Amir al-‘Umara (the Custodian of Muhammad’s community). He was born in the year 583 C.E.  in the house of ‘Abdullah ibn al-Jarrah, a merchant by profession. Abu ‘Ubaidah belonged to the Quraishi clan of Banu al-Harith ibn Fihr. Even before his conversion to Islam, he was considered to be one of the nobles of Quraish and was famous among Quraish of Makkah for his modesty and bravery.

Abu ‘Ubaidah was one of the early converts to Islam who endured oppression at the hands of Quraish at Mecca. By 611 C.E.  Muhammad shalallahu ‘alihi wa sallam was preaching the oneness of Allah to the people of Makkah. He began by inviting his closest companions and relatives in secret to the way of Islam. He embraced Islam just a day after Abu Bakr radhiyallahu ‘anhu in the year 611.

Bahagia Itu Sederhana :)

0 comments

Bahagia itu sederhana kawan. Kita tidak perlu membelinya dengan harga semahal lamborgini galardo. Tak perlu menelitinya terlebih dulu, mengambil hipotesa awal kemudian menungkannya ke dalam rumus Ho dan Hi. Untuk mendapatkan kebahagiaan tak perlu menggali isi perut bumi, atau menyelam ke dasar laut. Tak perlu juga mencarinya dari kutub utara hingga kutub selatan. Karena bahagia berasal dari dalam hati. 
Hakikat sejati kebahagiaan hidup itu berasal dari hati kau sendiri. Kita tidak akan pernah merasakan kebahagian sejati dari kebahagiaan yang datang dari luar hati kita.
_Tere Liye, Ayahku Bukan Pembohong

Friday 4 January 2013

Menulislah Kawan

0 comments

Menulis, bagi saya adalah sebuah kegiatan magis yang bisa membuat otak tidak statis dan skeptis. Menulis adalah sesuatu yang manis semanis brownies. Karena hanya dengan menulis saya bisa sejenak melupakan berbagai problema kehidupan. Menulis adalah proses belajar seumur hidup. Menulis adalah suatu cara untuk bicara, suatu cara untuk berkata, suatu cara menyapa orang lain yang entah di mana.  Menulis adalah sebuah cara untuk berekspresi, dan meninggalkan jejak untuk masa yang tak terhingga. Dengan menulis kita bisa mencurahkan perasaan sehingga tekanan batin bisa berkurang sedikit demi sedikit.
Menurut penelitian James Pennebaker, Universitas Texas, bisa memperkuat sel-sel kekebalan tubuh yang dikenal dengan T-Lymphocytes. Pennebaker meyakini, menuliskan peristiwa-peristiwa yang penuh tekanan akan membantu kita memahaminya. Sehingga dapat mengurangi dampak penyebab strees. Menulis juga dapat mengasah otak kiri yang berkaitan dengan analisis dan rasional. Kegiatan magis ini juga bisa menyingkirkan hambatan mental dan memungkinkan kita untuk menggunakan semua daya otak untuk memahami diri kita, orang lain, serta dunia sekitar dengan lebih baik.

Thursday 3 January 2013

Cahaya Madani, Selalu di Hati :)

0 comments
Sudah banyak berubah dengan Cahaya Madani. Inget banget dulu gedungnya belum terlalu banyak. Prof. Yohanes Surya ketika berkunjung ke sini bilang "Ini sekolah apa hutan?" (kalau nggak salah beliau yang bilang. Saya lupa beliau atau Mendiknas..;p). Ketika saya masih di sana, ilalangnya tinggi-tinggi, pas banget buat syuting video klip (inget tugas akhir kesenian dari Mr. GunGun bikin video klip :D). Kini Cahaya Madani sudah berubah seperti ini. Foto ini diambil oleh al-akh Ahmad Anwar Sanusi (CM01) dengan kamera Canon PowerShot A 3400 IS (baru ceunah :P) dan diedit saturasi warna dan exposure-nya. Melihat gambar ini sedikit mengobati kerinduan dengan tempat ini. SDC nggak dateng ABTS pun nggak bisa dateng (pas ujian...T______T).

Basketball Field

Dulu kita nyebutnya 'Masjid Sangkuriang'

الحافظ ابن كثير

0 comments

نسبه وميلاده  :
 صاحب التفسير المشهور والمعروف بتفسير ابن كثير هو عماد الدين أبو الفداء إسماعيل بن عمر البصري ثم الدمشقي. ولد بقرية "مجدل" من أعمال بصرى وهي قرية أمه سنة 700 للهجرة أو بعدها بقليل.
نشأته :
نشأ الحافظ ابن كثير في بيت علم ودين، فأبوه عمر بن حفص بن كثير أخذ عن النواوي والفزاري وكان خطيب قريته، وتوفى أبوه وعمره ثلاث سنوات أو نحوها، وانتقلت الأسرة بعد موت والد ابن كثير إلى دمشق في سنة (707 هـ)، وخلف والده أخوه عبد الوهاب، فقد بذل جهدًا كبيرًا في رعاية هذه الأسرة بعد فقدها لوالدها، وعنه يقول الحافظ ابن كثير: "وقد كان لنا شقيقا، وبنا رفيقًا شفوقًا، وقد تأخرت وفاته إلى سنة (750 هـ) فاشتغلت على يديه في العلم فيسر الله منه ما تيسر وسهل منه ما تعسر"
 

Ich bin Muslime ^^ Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template