Monday 9 April 2012

Antara Baarakallah dan Jazaakallah

Bahagianya sebagai seorang Muslim adalah selalu bertaburan dengan do’a. Bagaimana tidak? Dalam Islam ada anjuran untuk saling mendo’akan sesama, karena do’a adalah senjata ummat Islam. Adalagi, apabila seorang Muslim mendo’akan saudaranya dari jauh, maka malaikat akan berkata: ”Dan bagimu seperti itu juga.” Salah satu kalimat do’a singkat yang sering kita dengar (apalagi dari Syeikh Hisyam..:D) adalah baarakallah.
Ketika disuruh meng-irab biasanya setelah selesai Syeikh Hisyam akan berucap baarakallahu laku atau baarakallahu laki atau baarakallahu lakum atau baarakallahu lakunna (biasanya ditambah pujian lainnya seperti zaadakallah dan lainnya yang bikin orang melambung..:D). Baarakallahu laka artinya adalah semoga Allah memberkahimu. Kebiasaan mengucap baarakallah ini juga sering kita lakukan untuk mendo’akan orang-orang di sekeliling kita. Ketika ada keluarga atau teman yang sedang berbahagia kita bilang baarakallah. Ketika menghadiri walimahan juga mengucapkan baarakallah. Begitu juga ketika ada sanak keluarga yang baru memiliki seorang bayi juga mengucapkan baarakallah. Seneng banget kan jadi ummat Islam banyak dapet do’a karena sering mendo’akan!
Tren mendo’akan orang dengan berbahasa Arab ini dapat menjadi habit (kebiasaan) dan memotivasi untuk bisa berbicara bahasa Arab. Yah..walaupun hanya sekedar baarakallah saja. Atau ketika ada orang yang menolong kita, kita ucapkan jazaakallah atau jazaakumullah. Setidaknya kita bisa membuat lingkungan kita lebih Islami, dengan menggunakan bahasa yang digunakan dalam Al-Qur’an. Biasanya habit berbahasa Arab ini banyak dilakukan oleh para aktivis dakwah maupun kalangan santri dan ustadz.

Tapi ada yang janggal dan perlu diperbaiki dari kebiasaan ini. Saat kita ditolong oleh seorang kawan kita akan mengucapkan jazaakallah (ketika berbicara kepada laki-laki) ataupun jazaakillah (ketika berbicara dengan perempuan) yang artinya semoga Allah memberi balasan atas apa yang telah dilakukan kepada kita. Tapi jazaakallah saja tidak cukup, harus lebih diperjelas yang hendak dibalas itu apa? Kebaikankah atau keburukan? Nah biasanya sering ditambahkan menjadi jazaakumullah khairan atau jazaakallah khairan atau jazaakillah khairan yang artinya semoga Allah membalasmu dengan kebaikan. Terkadang malah ditambahkan lagi menjadi jazaakallahu khairan katsiran, yang artinya semoga Allah membalasmu dengan banyak kebaikan.
Ada yang berbeda antara jazaakallah dan jazaakillah, yaitu berbeda dhomir atau kata pengganti berdasarkan subjek, yaitu “-ka“ (untuk laki-laki) dan “-ki“ (untuk perempuan). Seperti kata “-mu“ dalam bahasa Indonesia. Tapi bagaimana dengan baarakallah? Sering kita temukan tulisan baarakillah (ketika mengucapkannya kepada perempuan) atau baarakumullah (ketika mengucapkannya kepada banyak orang). Yang lebih lucu lagi adalah ketika menghadiri sebuah walimah dan hendak mendo’akan dengan mengucap yang seharusnya: baarakallahu laka wa baaraka ‘alayka wa jama’a baynakuma fii al-khoir, karena ingin diucapkan kepada pengantin wanita kalimatnya diubah menjadi baarakillahi laki wa baaraka ‘alayki wa jama’a baynakuma fii al-khoir. Nah lho...koq do’anya jadi ganti? Sekarang yang pertanyaan adalah samakah baarakallah dengan jazaakallah? Ternyata jawabannya adalah berbeda. Lho...koq gitu!
Jadi begini, lidah kita memang berbeda dengan orang Arab, dan kita memang ditakdirkan sebagai a’jamii atau orang non-Arab. Walau begitu kita tidak boleh berputus asa untuk belajar bahasa Arab. Tapi banyak orang yang ingin bercas-cis-cus bahasa Arab, tapi tanpa belajar bahasa Arab secara mendalam dan hanya membeo. Tidak heran kalau banyak orang yang mengira setiap “ka” dalam bahasa Arab itu bermakna “-mu” (untuk anta, subjek “kamu” -laki-laki-). Akhirnya banyak orang yang mengganti tiap ”-ka” dengan “-ki” (untuk anti, subjek “kamu” –perempuan-) ketika berbicara dengan perempuan. Untuk kalimat seperti jazaakallah, pergantian “ka” maupun “ki” sesuai, tapi ini tidak berlaku bagi kata baarakallah.
Mengapa? Karena jazaakallah terdiri dari 3 bagian, yaitu “jazaa“, “ka“, dan “Allah“. Jazaa adalah kata kerja lampau (fi’il madhi) yang artinya memberi balasan. “Ka” adalah maf’ulun bihi atau subjek. Dan “Allah” adalah fa’il atau pelaku. Jazaakallah sendiri memiliki arti semoga Allah membalasmu. Tapi kalimat jazaakallah saja tidak cukup, harus ditambah dengan subjek kedua atau maf’ul bihi ats-tsani. Terserah mau kata apa saja, seperti khairan yang disebutkan di atas.
Sedangkan baarakallah terdiri dari dua kata, yaitu “baaraka“ dan “Allah“. Baaraka sama seperti jazaa merupakan fi’il madhi yang artinya memberkahi. Jelas beda kan? Kata “ka“ yang ada pada kalimat jazaakallah itu dhomir yang bisa diubah-ubah. Tapi kalau “ka“ dalam baaraka itu bukan dhomir, melainkan kata kerja aslinya, dan tidak bisa diubah-ubah jadi “ki“ waktu dhomir-nya perempuan. So, jangan diubah jadi baarakillah waktu mengucapkannya kepada perempuan.
Terus kalau mau mendo’akan atau mengucapkannya untuk orang lain dan mengganti dhomir gimana? Ketika ingin mengkhususkan kalimat baarakallah ini untuk orang lain dan mengganti dhomir-nya, maka kalimatnya jadi begini : baarakallahu laka atau baarakallahu laki atau baarakallahu lakum atau baarakallahu fiiki atau baarakallahu fiikunna. Yang artinya mudah-mudahan Allah memberkatimu. Nah, kalau “ka“, “ki“ pada laka dan fiiki bisa diganti, karena “la“ dan “fi” huruf Jar, terserah mau digonta-ganti dhomir-nya bisa.
Sayangnya habit mengganti baarakallah dengan baarakillah ini tidak hanya terjadi di kalangan orang awwam yang memang tidak menyeriusi bahasa Arab, tetapi juga terjadi pada kalangan santri ataupun orang-orang yang mendapatkan pelajaran bahasa Arab di dalam kelas. Entah apa alasannya, lupa atau memang tidak tahu. Yang jelas, untuk alasan kedua kemungkinannya sangat kecil, karena mereka adalah orang-orang yang mendapat pelajaran bahasa Arab dan sudah familiar dengan kalimat baarakallah ini. Memang kedengarannya sepele hanya berubah konsonan saja dari ”ka“ menjadi ”ki“. Tapi jangan salah, perubahan ini bisa mengubah makna kata sesungguhnya lho! Bahasa Arab, berbeda harokat bisa mengubah makna.
So, mari kita sama-sama memperbaiki bahasa Arab kita dan semakin mengasah kemampuan berbahasa Arab kita. Karena sebagai orang Islam sudah menjadi kewajiban kita untuk bisa berbahasa Arab, karena Al-Qur’an diturunkan dalam bahasa Arab. Bacaan dalam sholat juga berbahasa Arab.
Wallahu a’lam bishowab
NB : Ide membuat tulisan ini dari seorang teman SMA, yang biasa saya panggil sista, namanya Dinni Nurhayani. Tapi sista Dinni membuat tulisan Antara Baarakallah dan Syafaakallah di note facebook. Habis baca tulisan itu, saya dapet kiriman sms yg isinya baarakillahu fiiki….Nah terus saya diskusi sama temen saya di asrama. Dan beliau bilang itu sama dengan jazaakillah. Makanya saya buatnya antara baarakallah dan jazaakallah..

0 comments:

Post a Comment

 

Ich bin Muslime ^^ Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template