“Eh...tahun baruan kita ke pantai yuuk?”
“Jangan ke pantai dong. Itu mah udah
biasa. Gimana kalau naik gunung ajah, tahun baruan sambil ngeliat sunset
and sunrise kan keren.”
“Ahh...musim hujan gini mana enak
tahun baruan di luar. Udah garden party aja sambil barbeque-an.”
Beraneka ragam planning atau
rencana hendak dilakukan untuk menyemarakana detik-detik pergantian tahun.
Kawan tak terasa sepertinya baru kemarin kita berada di awal tahun 2012 tapi
kurang dari 48 jam kita akan segera memasuki awal tahun 2013. Banyak orang mempersiapkan gegap
gempita perayaan malam tahun baru. Penjaja terompet bertebaran di pinggir-pinggir jalan. Toko-toko
dan pusat perbelanjaan saling bersaing dengan membandrol diskon besar-besaran
khusus tahun baru. Lalu, bagaimanakah Islam memandang perayaan tahun baru ini?
Bolehkah umat Islam ikut merayakan tahun baru?
Sejarah Tahun Baru
Tahun baru pertama kali dirayakan pada tanggal 1 Januari 45 SM. Tidak lama setelah Julius Caesar dinobatkan sebagai kaisar Roma, ia memutuskan untuk mengganti penanggalan tradisional Romawi yang telah diciptakan sejak abad ketujuh SM. Dalam mendesain kalender baru ini, Julius Caesar dibantu oleh Sosignes, seorang ahli astronomi dari Iskandariyah, yang menyarankan agar penanggalan baru itu dibuat dengan mengikuti revolusi matahari, sebagaimana yang dilakukan orang-orang Mesir.
Satu tahun dalam penanggalan baru itu dihitung sebanyak 365 seperempat hari dan Caesar menambahkan 67 hari pada tahun 45 SM sehingga tahun 46 SM dimulai pada 1 Januari. Caesar juga memerintahkan agar setiap empat tahun, satu hari ditambahkan kepada bulan Februari, yang secara teoritis bisa menghadiri penyimpangan dalam kalender baru ini. Tidak lama sebelum Caesar terbunuh di tahun 44 SM, dia mengubah nama bulan Quintilis dengan namanyan, yaitu Julius atau Juli. Kemudian nama bulan Sextilis diganti dengan nama pengganti Julius Caesar, Kaisar Agustus, menjadi bulan Agustus.
Saat ini, tahun baru 1 Januari telah dijadikan sebagai salah satu hari suci umat Kristiani. Namun, kenyataannya, tahun baru sudah lama menjadi tradisi sekuler yang menjadikannya sebagai hari libur umum nasional untuk semua warga dunia. Pada mulanya perayaan ini dirayakan oleh orang Yahudi yang dihitung sejak bulan baru pada akhir September. Selanjutnya menurut kalender Julianus, tahun Romawi dimulai pada tanggal 1 Januari. Paus Gregorius XIII mengubahnya menjadi 1 Januari pada tahun 1582 dan hingga kini seluruh dunia merayakannya pada tanggal tersebut. (Eramuslim)
Nah... jelaskan kalau tahun baru masehi bukan kebudayaan Islam. Bahkan kebudayaan ini berasal dari kebudayaan non muslim. Dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan kepada umatnya untuk meninggalkan dan menjauhi perayaan-perayaan, terutama yang berulang pada setiap tahunnya (’Ied) yang berasal dari non muslim. Dalam hadits shahih dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu dia berkata, saat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam datang ke Madinah, mereka memiliki dua hari besar untuk bermain-main. Lalu beliau bertanya, “Dua hari untuk apa ini ?” Mereka menjawab, “Dua hari di mana kami sering bermain-main di masa Jahiliyyah.” Lantas beliau bersabda: “Sesungguhnya Allah telah menggantikan bagi kalian untuk keduanya dua hari yang lebih baik dari keduanya: Iedul Adha dan Iedul Fithri.” (HR. Abu Dawud). Berarti, dalam Islam tidak ada perayaan untuk menyambut pergantian tahun.
Kemudian Allah juga mengisyaratkan hal yang sama. Allah Ta’ala
menjelaskan ciri-ciri ‘Ibadur Rahman (hamba-hamba Allah yang beriman):
وَالَّذِينَ لَا يَشْهَدُونَ الزُّورَ وَإِذَا مَرُّوا بِاللَّغْوِ مَرُّوا كِرَامًا (72)
Artinya:
"Dan orang-orang yang tidak memberikan persaksian palsu, dan apabila mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya.” (QS. Al-Furqan: 72)
"Dan orang-orang yang tidak memberikan persaksian palsu, dan apabila mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya.” (QS. Al-Furqan: 72)
Sebagian ulama seperti Rabi’ bin Annas rahimahullah
menafsirkan الزُّورَ (Az-Zuur) pada ayat di atas dengan “hari-hari besar kaum
musyrikin” (Lihat Mukhtashor Al Iqtidho‘). Oleh karena itu kita dilarang
untuk ikut merayakannya, seperti menghadiri, atau minimal hanya membeli
terompet saja untuk merayakannya, karena hal ini bertentangan dengan ayat
diatas. Orang yang merayakannya patut diragukan keimanannya.
Mengapa kita tidak diperbolehkan ikut
merayakan tahun baru ?
1.
Kita Dilarang Bertasyabuh Kepada Kaum
Kafir
Tasyabuh? Makanan apakah itu? At-Tasyabbuh
secara bahasa diambil dari kata al-Musyabahah yang berarti meniru atau
mencontoh, menjalin atau mengaitkan diri, dan mengikuti. At-Tasybih berarti
peniruan. Dan mutasyabihah berarti mutamatsilat (serupa).
Dikatakan tasyabbaha bihi artinya serupa dengannya, meniru dan
mengikutinya. Tasyabbuh yang dilarang dalam al-Qur’an dan as-Sunnah
secara syar’i adalah menyerupai orang-orang kafir dalam segala bentuk dan
sifatnya, baik dalam aqidah, peribadatan, kebudayaan, atau dalam pola tingkah
laku yang menunjukkan ciri khas mereka (kaum kafir). Oleh karena itu, segala
sesuatu yang tidak termasuk ciri khusus orang-orang kafir, baik aqidahnya,
adat-istiadatnya, peribadatannya, dan hal itu tidak bertentangan dengan
nash-nash serta prinsip-prinsip syari’at, atau tidak dikhawatirkan akan membawa
kepada kerusakan, maka tidak termasuk tasyabbuh. Inilah pengertian
secara global.
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
“Barangsiapa
yang menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk golongan mereka.” (HR.
Ahmad dan berderajat shahih)
Dan
di atas sudah diuraikan bahwa peringatan tahun baru bukan berasal dari Islam.
2.
Islam Melarang Tabdzir
Biasanya untuk menyambut malam pergantian tahun, orang-orang rela
merogoh koceknya lebih dalam. Tak tanggung-tanggung uang 1 sampai 2 milyar
dikeluarkan hanya untuk mengadakan acara peringatan pergantian tahun!?! Padahal
acara tersebut tidak memiliki manfaat yang begitu berarti, baik untuk kebutuhan
duniawi apalagi kebutuhan ukhrowi. Alangkah lebih baiknya apabila uang yang
dikeluarkan untuk merayakan tahun baru digunakan untuk menolong saudara-saudara
kita di Palestina. Oleh karena itu Islam menilai acara ini sebagai acara yang
sia-sia saja. Allah melarang perbuatan tersebut dan mengecam pelakunya yang
disebut mubadzir. Sebagaimana firman Allah Ta’ala :
“Sesungguhnya para mubadzir (pemboros)
itu adalah saudara-saudara dari setan. Dan setan itu adalah makhluk yang ingkar
terhadap Rabb-nya.” (Qs. Al Isra: 27)
3.
Islam Melarang Bergadang Tanpa Manfaat
Pada malam tahun baru, kebanyakan orang akan menunda jam tidur
mereka demi menunggu hingga pukul 12 malam, malam pergantian tahun masehi.
Mereka isi waktu tersebut dengan bersenang-senang, ngobrol, konvoi keliling kota,
dan banyak hal yang tidak bermanfaat.
Juga diriwayatkan dari ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak boleh
mengobrol (pada malam hari) kecuali dua orang; Orang yang akan shalat atau
musafir.” (HR. Ahmad).
Maka orang yang begadang, menghabiskan malamnya untuk
menunggu dan menikmati tahun baru, telah melanggar sabda Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam diatas. Dengan begadang, mereka melalaikan shalat malam,
berdzikir pada Allah Ta’ala, di pagi hari pun kesiangan dan telat
melaksanakan sholat shubuh. Sungguh, banyak sekali kerugian akibat dari
mengikuti perayaan tahun baru ini.
Sedikit uraian diatas semoga dapat dijadikan sebagai renungan bagi
kita untuk berpikir seribu kali sebelum mengikuti dan menghadiri acara perayaan
tahun baru. Karena selain terdapat larangan untuk mengikutinya, juga terdapat
kerugian yang besar akibat dari mengikutinya.
Nah... udah pada tau kan, kalau merayakan tahun baru hanya akan
mendatangkan banyak madaharat. So, daripada buang-buang waktu
dengan hal-hal yang tak bermanfaat, marilah kita berdoa semoga Allah
subhanahu wa ta’ala mengampuni doso-dosa kita tahun lalu dan menjadikan
tahun ini berkah bagi kita semua. Amiiin.
Wallahu a’alam bishowab
*Daripada hura-hura nggak jelas tahun baruan mending juga bantuin saya ngerjain segudang tugas...Insya Allah berpahala deh :) (absurd)
aggree
ReplyDelete