Tak terasa saat ini kita sudah berada
di pertengahan Ramadhan. Ummat islam di seluruh penjuru dunia
menyambutnya dengan suka cita. Setiap Muslim pasti menginginkan agar
setiap bulan dalam satu tahun adalah bulan Ramadhan. Karena bulan
Ramadhan adalah bulan yang sangat istimewa dibanding bulan lainnya. Di
antara keistimewaannya adalah bulan diturunkannya al-Qur’an, adanya
malam Lailatul Qadr (malam yang lebih baik dari seribu bulan), di
bulan ini setan-setan dibelenggu, pintu—pintu surga dibuka, dan
pintu-pintu neraka ditutup, do’a orang-orang yang melaksanakan shaum (puasa)
diijabah oleh Allah, serta perang Badar al-Kubro yang merupakan pemisah
antara kebenaran (Muslim) dan kebatilan (kafir) juga terjadi di bulan
Ramadhan.
Pintu ampunan Allah terbuka lebar pada
bulan Ramadhan. Semua ibadah dilipatgandakan pahalanya oleh Allah.
Istimewa bukan…? Banyak ummat Islam yang berlomba-lomba membasahi
tenggorokannya dengan lantunan tilawah al-Qur’an. Ada yang menargetkan
khatam 3 kali selama Ramadhan, ada yang menargetkan 2 kali, ataupun
khatam sekali selama Ramadhan. Atau bahkan ada yang bisa mengkhatamkan
sampai 5 kali selama Ramadhan.
Di sisi lain ada pula orang yang
justru menyia-nyiakan waktu Ramadhannya. Mereka menghabiskan Ramadhannya
dengan tidur…tidur…dan tidur. Ba’da shubuh tidur, kemudian bangun di
waktu zhuhur, lalu tidur lagi, bangun untuk sholat ashar, tidur lagi,
dan bangun ketika berbuka puasa. Bahkan ada yang meninggalkan sholatnya saking keasyikan tidur. Nah lho… padahal sholat dan shaum Ramadhansama-sama
wajibnya, kalau salah satu dari keduanya ditinggalkan maka berdosa.
Belum lagi kalau ini dilakukan oleh kaum laki-laki yang memiliki
kewajiban untuk sholat berjamaah di masjid.
Orang-orang yang ‘hobi’ menghabiskan waktu shaum-nya dengan tidur berdalih bahwa tidur ketika shaum adalah ibadah. Mereka biasanya berdalil menggunakan hadits :
نَوْمُ الصَّائِمِ عِبَادَةٌ ، وَصُمْتُهُ تَسْبِيْحٌ ، وَدُعَاؤُهُ مُسْتَجَابٌ ، وَعَمَلُهُ مُضَاعَفٌ
“Tidurnya orang yang berpuasa
adalah ibadah, diamnya adalah tasbih, do’anya dikabulkan dan amalannya
pun akan dilipatgandakan pahalanya.” (HR. al-Baihaqi, ad-Dailami, dan Ibnu Najjar)
Padahal hadits ini dihukumi dhaif (lemah) oleh Syeikh al-Albani dalam Silsilah al-Ahaadits adh-Dhaiifah wa al-Maudhuuat (4694). Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Muhammad bin Sho’id dalam Musnad Abii Aufa (2/120), ad-Dailami (93/4), al-Wahidii fii al-Wasiith (1/65/1) dari Sulaiman bin ‘Amr dari Abdul Malik bin Umair dari Ibnu Abi Aufa secara Marfu’ (disandarkan kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam). Syeikh al-Albani berkata bahwa hadits ini maudhu’ (palsu), karena ada salah seorang perawinya (Sulaiman bin ‘Amr) yang seorang pendusta.
Hadits ini juga diriwayatkan oleh al-Baihaqi dalam kitab Syu’abul al-Iman bab Shiyam no. 3653 (dalam maktabah Syamilah) dari Abdullah bin Abi Aufa al-Aslami. Setelah menyebutkan hadits ini, Baihaqi mengatakan : ”Ma’ruf bin Hasan itu dha’if, sementara Sulaiman bin ‘Amr lebih dha’if dari dia.” Nah… terbukti kan kalau tidur ketika shaum itu bukanlah ibadah. Dan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah menyontohkan itu.
Syeikh Shalih bin Fauzan al-Fauzan
pernah ditanya masalah hukum orang yang tidur sepanjang siang di bulan
Ramadhan dan ia tidak bangun kecuali saat berbuka. Beliau menjawab bahwa
orang yang tidur sepanjang siang hari di bulan Ramadhan, shaum-nya
tetap sah jika memang sebelum terbit fajar dia telah berniat puasa.
Akan tetapi haram atasnya meninggalkan shalat dan meninggalkan shalat
berjamaah jika dia termasuk golongan yang wajib shalat berjamaah di
masjid (laki-laki, pen), berarti dia telah meninggalkan dua
kewajiban (puasa dan shalat) dia sangat berdosa karena meninggalkan
keduanya. Kecuali apabila hal itu bukan merupakan kebiasaan dan orang
itu berniat bangun untuk menegakkan sholat (tapi tetap ketiduran, pen). Dan beliau sangat menyayangkan hal ini, menyia-nyiakan Ramadhan dengan hal-hal yang tidak bermanfaat.
So, dari pada kita menyia-nyiakan
Ramadhan yang super mahal ini -karena belum tentu tahun depan kita bisa
bertemu lagi dengan bulan Ramadhan- dengan banyak tidur, lebih baik kita
isi dengan memperbanyak tilawah al-Qur’an, berdzikir, shodaqoh, memperbanyak do’a, memberi makan orang yang berbuka puasa, í’tikaf
di masjid, dan amalan-amalan bermanfaat lainnya. Dan tau nggak,
ternyata semakin banyak tidur badan kita justru akan semakin lemas.
Dokter Ari Fahrial Syam dari FK-UI RSCM mengatakan bahwa pada saat puasa
tubuh dipersiapkan untuk beraktivitas dengan makan pada saat sahur dan
buka puasa. Jadi sebaiknya aktivitas tetap dilakukan.
Supaya tidak mudah ngantuk kita harus
menjaga pola makan kita di waktu sahur dengan mengurangi makanan manis
dan karbohidrat, memperbanyak makan sayur dan buah, serta mengontrol
pola tidur kita. Jangan menghabiskan waktu malam (begadang) di bulan
Ramadhan dengan hal sia-sia.
Wallahu a’lam bishowab
Sumber:
- Silsilah al-Ahaadits adh-Dhaiifah wa al-maudhuuat, Syeikh al-Albani
- Syu’abul al-Iman, al-Baihaqi
- Jangan Biarkan Puasa Anda Sia-sia, Syeikh Abdul Aziz As-Sadhan
0 comments:
Post a Comment