Friday 1 November 2013

Es Campur Low Quality

Bulan Ramadhan kemarin tak sengaja saat memindah chanel televisi, saya menemukan percakapan unik di salah satu serial tv. Kalau tak salah judulnya Para Pencari Tuhan, entah seri ke berapa. Dalam serial itu diceritakan ada seorang perempuan bernama Loli yang menjulurkan tangannya dengan niat shake hand (berjabat tangan) dengan seorang bapak bernama Pak Jalal.

Sayang seribu sayang, tangannya yang sudah terjulur tak diindahkan oleh Pak Jalal. Alih-alih membalas jabatan tangan itu Pak Jalal malah menolaknya seraya berkata, “Nggak usah salaman, kita bukan muhrim.”
Loli pun menjawab, “Lho koq gitu Pak. Di tivi aja banyak ustadz-ustadz yang salaman sama ibu-ibu.”

Pak Jalal dengan gayanya yang biasa tanpa menggurui menjawab, “Sekarang itu yang haq dan yang bathil udah campur aduk sampe nggak ketauan bedanya.”

Ya… benar adanya ucapan Pak Jalal ini. Terlebih di penghujung zaman yang makin sulit membedakan mana haq dan mana bathil. Dalam banyak hal, baik itu muamalah, ekonomi ataupun lainnya. Sesuatu yang sudah jelas bathil berubah menjadi haq, karena banyak yang melakukan. Begitu juga sebaliknya, sesuatu yang sudah jelas haq berubah menjadi bathil menurut pandangan kebanyakan orang. Semua campur aduk menjadi satu seperti es campur low quality. 

Pernah menemukan es campur low quality? Es campur itu disajikan dengan sangat indah. Mangkuk yang digunakan adalah mangkuk dengan kualitas baik. Sendoknya pun tak kalah indah. Hampir-hampir orang enggan menyentuhnya takut mengurangi esensi indahnya. Penyajiannya juga bersih dan rapi. Es campur itu terlihat menggoda selera dengan warna soft pink. Membuat lidah siapapun yang melihat tergoda untuk segera memakannya. Ekspektasi kelezatan rasanya yang sungguh luar biasa nampak dari cara penyajian dan tampilan es campur itu. Namun sayang seribu sayang, isi dari es campur itu tak seindah penampilannya. Es campur itu terdiri dari strawberry segar, alpukat busuk, melon yang belum terlalu masak, susu kadaluarsa, pepaya yang baru masak, cincau yang sudah mendekam 3 bulan di kulkas, irisan kelapa yang baru saja ranum, dan anggur merah yang berpenghuni ulat imut. Bahan-bahan yang baik bercampur dengan bahan-bahan yang sudah tidak baik lagi.

Pernah suatu hari saya berdiskusi dengan seorang kawan mengenai pacaran. Ia menanyakan bagaimana hukum pacaran dalam Islam. Saya utarakan tak masalah jika ingin pacaran, Islam membolehkannya. Tapi ada syaratnya. Si laki-laki harus gentle datang ke wali perempuan, sebelum mengutarakan cintanya pada perempuan. Cara penembakannya harus dengan akad antara wali perempuan dengan lelaki yang hendak dijadikan pacar.  Dan disitu juga harus ada dua saksi yang menyaksikan proses ‘penembakan’ itu. Ditambah mahar yang dijadikan tebusan untuk ‘memacari’ si perempuan.

“Aaah… ribet banget sih bahasa lu. Bilang aja, boleh pacaran tapi setelah nikah,” ucapnya.

“Tapi kalau pacarannya justru mendekatkan kita kepada kebaikan gimana? Si pacar suka ngingetin untuk sholat. Malah ada perempuan yang tadinya nggak pake jilbab jadi pake jilbab gara-gara pacarnya. Belum lagi kalau pacaran bisa memotivasi kita dan membuat prestasi kita semakin melejit.”

Aah… selalu ada alasan untuk bisa membenarkan sesuatu yang belum tentu benar. Itulah yang membuat haq dan bathil bercampur aduk jadi satu hingga sulit dibedakan. Tak jarang pacaran dijadikan sebagai salah satu alasan untuk berdakwah. Istilahnya mungkin diubah bukan pacaran, tapi teman dekat, adik angkat, atau apalah. Yang jelas indikasinya hampir ke arah pacaran. Okelah kegiatannya tak seperti pacaran yang biasa jalan berdua, bergandengan tangan atau pelukan mesra. Bukan pacaran, hanya sms pengingat sholat yang kemudian berujung menjadi pengingat hajat. Awalnya sudah sholat belum menjalar menjadi sudah makan belum.      

Yang agak lucu, ada yang mengatakan kalau mutusin pacar berarti mutusin tali silaturahim. Bukankah memutus tali silaturahim dilaknat Allah? Kawan.... menjaga tali silaturahim ada banyak cara. Tidak harus dengan pacaran. Salah besar rasanya kalau amaliyah mulia ini harus dicampur adukkan dengan amaliyah yang justru menambah timbangan amalan buruk di akhirat kelak. Setan sungguh pandai membuat tipu daya. Terlebih ia sangat membeci anak cucu Adam. Tak heran rasanya ia mengerahkan segala daya upaya agar Adam bisa keluar dari surga.

Juga masalah shake hand atau jabat tangan. Demi alasan sopan santun dan budi luhur, jabat tangan antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahram dilakukan. Bukankah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam insan termulia di dunia ini? Bukankah beliau shalallahu ‘alaihi wa sallam lah yang berpredikat sebagai insan paling santun dan berbudi luhur sepanjang masa? Lantas mengapa kita tidak meniru beliau saja?

Beliau shallahu ‘alaihi wa sallam yang termulia saja tidak pernah melakukan itu. Ibunda ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha menggaransinya. Beliau mengatakan, “Demi Allah tidak pernah sama sekali tangan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menyentuh tangan wanita dalam berbai’at, beliau hanya membai’at mereka dengan ucapan.” Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bahkan mengatakan lebih baik kepala ditusuk dengan jarum besi daripada harus menyentuh seorang wanita yang tidak halal baginya. Lantas demi alasan sopan santun dan takut dikatakan tidak berbudi pekerti luhur syariat Allah pun dilanggar. Hal yang sudah jelas hukumnya dalam syariat terkalahkan dengan predikat tak santun dari manusia yang tak lain ciptaan Sang Kholiq.

Bukankah lebih indah menjadi insan santun dan luhur di mata Allah daripada di mata manusia?

Semoga Allah senantiasa memberi hidayah kepada kita untuk tetap berpegang teguh dan istiqomah di jalan-Nya hinggak akhir hayat. Semoga Allah memilih kita menjadi mereka orang terasing yang tetap berpegang teguh dengan diien-Nya. Aamiin. Semoga bermanfaat. Semangat pagi, Jum’at pertama di bulan November dan postingan pertama di bulan November :D


Wallahu a’lam bishowab

0 comments:

Post a Comment

 

Ich bin Muslime ^^ Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template