Sunday 23 October 2011

Beware sama virus TP...!!!

Suatu hari ada seorang teman bernama Sari Fitriani bertanya kepada saya, mengapa orang non-Islam lebih baik daripada orang Islam? Pertanyaan ini juga terlintas di benak saya jauh-jauh hari sebelum Sari bertanya kepada saya. Sayangnya ketika Sari bertanya kepada saya, saya masih belum memiliki jawaban yang tsiqoh. Di penghujung tahun 2010, saya menemukan jawabannya setelah mengikuti seminar kristologi dengan pembicara seorang mualaf mantan aktivis gereja, Dra. Dewi Purnamawati. Beliau berasal dari keluarga kristen militan. Ayahnya adalah seorang muslim yang dimurtadkan oleh istrinya dan kemudian menjadi penginjil di Pulau Lombok bersama dengan ibunya. Orang tua beliau memurtadkan orang-orang muslim di daerah Lombok dengan cara memberikan harta benda. Adik-adiknya adalah aktivis gereja dan penginjil di daerah Madura dan Bandung.


            Beliau mengatakan bahwa salah satu metode yang digunakan untuk memurtadkan ‘domba-domba yang tersesat’ (sebutan mereka bagi umat Islam) adalah church marketing atau sistem tebar pesona. Tidak memungkinkan bagi mereka untuk memasarkan lembaga dan ajarannya, maka umat Kristen berupaya memasarkan pribadi atau sumber daya mereka. Cara ‘tebar pesona’ yang mereka lakukan adalah tampil peduli di tengah masyarakat, bersikap sopan, ramah, aktif bermasayarakat, penuh toleransi, simpatik, perhatian, dan penuh kasih sayang. Menonjolakan rasa kebersamaan dan tampil menjadi pahlawan serta berusaha menampilkan pelayanan terbaik. Umat Kristiani mengajarkan anak-anaknya untuk bersikap ramah kepada teman-temannya yang di luar kristen. Ibu Dewi mengatakan bahwa ketika dia kecil, ibunya menyuruhnya untuk berbaik hati kepada teman-temannya yang muslim. Beliau sering mengajak teman-teman muslimnya makan-makan di rumahnya setelah kebaktian. Orang tuanya sering memberikan bantuan kepada tetangganya yang muslim, tak tanggung-tanggung membelikan motor dan perhiasan kepada tetangganya. Jadi, jangan heran apabila kita menilai orang Kristen lebih baik daripada orang Islam, ataupun umat Nasrani lebih care kepada kita. Bahkan anak-anak mereka sudah ditanamkan untuk bisa menyelamatkan para ‘domba yang tersesat’.        
Kebaikan yang mereka lakukan memiliki misi khusus. Samuel Zwener pada konferensi misionaris 1935 mengatakan bahwa misi utama umat Kristiani bukan (hanya) menghancurkan kaum Muslimin, namun memisahkan mereka dari Islam, agar jadi orang Muslim yang tidak berakhlak. Ingat akhlak dalam Islam adalah soko guru kehidupan sosial umat Islam. Karena itu tugas missionaris adalah meruntuhkan nilai-nilai akhlak ini. Mempersiapkan generasi baru yang sesuai kehendak kaum penjajah. Bahkan mega proyek dari kristenisasi di Indonesia adalah menjadikan mayoritas masyarakat Indonesia beragama Kristen pada tahun 2020. Naudzu billahi min dzalik. Sebagaimana firman Allah SWT pada surat Al-Baqarah ayat 120 : “Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)". Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu”.


            Umat Islam harus berkaca pada diri sendiri, kenapa pemurtadan kian marak. Umat Islam kalah oleh Nasrani dalam masalah misi. Kristiani mempunyai misi sedangkan kita umat Islam tanpa misi. Ketika ada seorang pendeta ingin memurtadkan seorang muslim, pendeta tersebut akan meminta kepada teman-teman pendetanya untuk mendo’akan dia supaya berhasil memurtadkan orang Islam. Sedangkan kita sebagai orang muslim jarang mendo’akan umat Islam lainnya. Selain itu, Kristen di dunia memiliki kurang lebih 3000 aliran di dunia, satu dan lainnya tidak bisa disatukan, tetapi mereka bisa menyatukan pandangan ketika menjadikan umat Islam sebagai musuh nomor satu mereka. Lalu bagaimana dengan kita sebagai umat Islam? Bisakah kita menyatukan pandangan kita terhadap musuh-musuh Islam? Justru umat Islam saat ini malah terpecah belah dan saling memusuhi satu sama lain. Dilematis. Ketika ada orang tidak mampu mengetuk di depan rumah sambil mengucap :”Assalamu’alaikum, Bu minta sedekah”, kebanyakan kita umat Islam menjawab :”Maaf, Dek. Masih kecil kok udah minta-minta”. Berbeda dengan orang Kristen yang menganggapnya sebagai ladang basah yang bisa dimanfaatkan untuk menyelamatkan ‘domba tersesat’.


            Sangat disayangkan, zaman sekarang banyak orang Islam yang mulai melupakan kehidupan sosial bagaimana cara bermuamalah yang baik dengan sesama manusia, hablu minannas. Kebanyakan mereka lebih mementingkan bagaimana caranya membuat jamaah-jamaah ataupun firqoh-firqoh yang sesuai dengan ahlussunnah wal jama’ah. Padahal bersedekah dan berbuat baik juga merupakan sifat dari ahlussunnah wal jama’ah dan bisa menjadi bekal di akhirat kelak.


            Bukan maksud melarang bergaul dan bermuamalah dengan teman-teman yang berbeda agama. Rasulullah SAW pun bermuamalah dengan orang Yahudi. Namun, untuk masalah aqidah kita harus berhati-hati. Lakum diinukum wa lii yadiin. Misalkan saja mengucapkan selamat natal kepada teman yang Nasrani. Secara tidak langsung berarti kita ikut merayakan natal dan mengakui bahwa memang natal itu ada. Sedangkan dalam Islam hari raya itu hanya ada dua, Iedul Fitri dan Iedul Adha saja.


Semoga goresan pena ini bisa menjadi sarana introspeksi diri kita dan saya khususnya sebagai seorang muslim. Sudahkah kita membantu saudara-saudara muslim kita yang membutuhkan bantuan dan membantu menyelamatkan mereka dari serangan-serangan virus tebar pesona?


Wallahu’alam bishowab.

0 comments:

Post a Comment

 

Ich bin Muslime ^^ Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template