Wednesday 19 October 2011

Let’s Bring Islam Back



“Umat Islam saat ini sedang sakit. Penyebab sakitnya karena meninggalkan Islam. Apa obatnya? Kembali kepada Islam. Siapa dokternya? Siapa saja dari kalangan umat Islam yang sehat dan mau mendakwahkan Islam.”[1]
Ungkapan di atas adalah semboyan milik FIS (Front Islamique du Salut), salah satu partai Islam di Al-Jazair saat kampanye di awal tahun 90-an. Semboyan ini sangat cocok dengan kondisi umat Islam saat ini. Umat Islam saat ini memang sedang sakit. Berbagai masalah mendera kita, dari mulai krisis ekonomi, krisis teknologi, agraria, hingga dekadensi moral dan hancurnya tatanan sosial, ditambah lagi dengan masalah hukum yang lebih mendiskreditkan umat Islam serta pendidikan yang lebih berpihak kepada kalangan berduit saja. Apabila syari’at Islam tidak diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, maka imunitas umat Islam pun menurun. Ketika imunitas menurun dan kita sebagai umat Islam tidak menyadari bahwa imunitas kita menurun, maka sudah dapat dipastikan imunitas kita akan tambah menurun. (Ya iyalah, secara nggak sadar imunitas turun, ya otomatis nggak bakalan ngelakuin hal-hal yang bikin imunitas naik. Terus imunitas tambah turun deh, dan tubuh umat Islam pun jadi sakit. Parah lagi kalau tetep nggak ngeh dirinya lagi sakit dan nggak mau ngobatin, yaudah deh wasallam aja kalau penyakitnya tambah parah!)
Beberapa umat Islam mulai menyadari penyakitnya dan mencoba mencari obat untuk menyembuhkan penyakitnya. Banyak dokter-dokter umum bermunculan menawarkan jasa penyembuhan dengan memberikan obat-obatan. Ada yang menawarkan ‘obat reparasi akhlak’, ‘obat perbaikan ekonomi’, sampai ‘obat pembenahan ibadah’ namun belum bisa menyembuhkan secara menyeluruh tetapi hanya bisa mengurangi jumlah si sakit.
Sayangnya hasil diagnosa dokter umum tidak seakurat dokter spesialis. Hasil diagnosa dari dokter umum hanya bisa menjangkau penyakit luar yang menderita umat, belum sampai kepada akar penyakit umat. Menurut dokter spesialis aqidah or keimanan, akar penyakit yang diderita oleh umat Islam saat ini adalah banyaknya umat Islam yang melupakan Islam dan meninggalkan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Banyak umat Islam di Indonesia khususnya dan dunia pada umumnya mulai meninggalkan Islam sebagai ideologi  kehidupan mereka. Islam dianggap tidak ada hubungannya dengan masalah ketata-negaraan, ekonomi, sosial, politik, teknologi, dan aspek lainnya. Bahkan sampai beredar slogan-slogan seperti ‘Politik Yes, Islam No’. Miris bin dilematis banget kan!
Mayoritas umat Islam saat ini sudah terwarnai dengan beraneka ragam ideologi yang membuat mereka makin jauh dari Islam. Orang-orang berpikiran apabila kita, umat Islam, mencoba mengikuti gaya Barat dalam berbagai hal, kita tidak akan terbelakang dan akan maju seperti orang-orang Barat. Banyak orang melupakan peradaban Islam yang pernah berjaya –dan akan mengulang kejayaannya- hanya dengan berpegang teguh dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Jika kita flashback ke masa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, Khulafaurrasyidin, Tabi’in, dan Tabi’ut Tabi’in yang menjadikan Al-Qur’an sebagai ideologi, mereka bisa berjaya menguasai dunia. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam telah berhasil membumikan peradaban Islam dan mengangkat bangsa Arab yang secara akademis tertinggal jauh dari negara Mesir, Romawi, dan Persia hanya dengan berpegang teguh pada Al-Qur’an.. Yah, ini adalah sebuah bukti nyata bahwa umat Islam tetap bisa survive hingga akhir hanya dengan berpegang pada Al-Qur’an.
Semenjak kekalahan Turki Utsmani, kebanyakan umat Islam mulai membenahi diri mereka dalam bidang politik, sains, teknologi, agraria, ekonomi, dan melupakan Al-Qur’an. Mereka menganggap satu-satunya jalan untuk membuat Islam bangkit dan muncul lagi ke permukaan adalah dengan menandingi musuh-musuh Islam yang telah maju dalam hal politik, ekonomi, teknologi, sains, dan sebagainya. Padahal umat Islam saat ini sudah tertinggal terlalu jauh untuk mengejar itu semuanya-politik, ekonomi, teknologi, dll-. Bukan maksud mengatakan bahwa umat Islam tidak boleh maju dalam hal-hal politik, ekonomi, teknologi dan lain-lainnya itu. Hal-hal tersebut sangat dibutuhkan bagi kehidupan kita saat ini supaya tidak terlindas dengan kemajuan zaman. Hanya saja realita yang ada saat ini, kebanyakan umat Islam sibuk mengejar penilaian manusia yang notabenenya adalah makhluk Allah dalam hal-hal politik, ekonomi, teknologi, sains yang hanya bersifat duniawi lantas melupakan penilain Sang Khaliq, Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sejatinya bagi seorang mukmin semua hal tersebut dilakukan tidak lain hanyalah untuk meraih ridha Allah Subhanahu wa Ta’ala semata untuk memperberat timbangan amal pada yaumul hisab.
Kebanyakan umat Islam saat ini mengesampingkan Al-Qur’an dalam urusan duniawinya. ‘Belajar sains nggak nyambung kalau pakai Al-Qur’an’. Tahukah Anda bahwa teori relativitas sudah disebutkan terlebih dahulu dalam Al-Qur’an jauh sebelum Albert Einstein mendeklarasikannya? ‘Masalah ekonomi mana ada di Al-Qur’an’. Ya Ukhtii..Ya Akhii...tahukah Anda bahwa pegadaian yang kita jumpai di tengah-tengah masayarakat saat ini pun disebutkan dalam Al-Qur’an? Masih banyak masalah-masalah lain yang kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari disebutkan dalam Al-Qur’an. Al-Qur’an adalah kitab Allah yang paling sempurna di antara kitab-kitab Allah lainnya. Mu’jizat yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam ini menyempurnakan kitab-kitab sebelumnya. Di dalamnya telah tercakup berbagai macam aspek kehidupan sehingga Al-Qur’an diturunkan sebagai way of life (jalan hidup) bagi manusia.
Sayyid Quthb rahimahullah menyebutkan dalam buku fenomenalnya “Ma’aalim Fii Ath-Thariiq”, bahwa para generasi pelopor (para sahabat dan tabi’in.pen) hanya berpegang teguh pada Al-Qur’an. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam-lah yang menuntun mereka supaya hanya merujuk pada Al-Qur’an dan tidak mengacu pada kitab-kitab lainnya. Bahkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam marah ketika melihat di tangan Umar radhiyallahu ‘anhu terdapat lembaran yang berisikan ayat Taurat. Beliau berkata “Demi Allah sesungguhnya andai saja Musa masih hidup di belakang kalian, pastilah tak ada yang yang dilakukannya kecuali ia akan mengikuti (ajaran)ku!”[2]
Mari kita tengok masa-masa Islam berjaya menguasai dunia dan ilmu pengetahuan. Hadirlah Ibnu Sina sang bapak kedokteran, Al-Khawarizmi bapak aljabar, Ibnu Khaldun bapak filsafat dan ilmuwan-ilmuwan lainnya yang memeriahkan kemajuan ilmu pendidikan Islam di abad pertengahan. Hebatnya lagi, mereka tidak mempelajari ilmu-ilmu tersebut sebelum menghapal Al-Qur’an dan As-Sunnah serta mengetahui hakikat agama Islam sesungguhnya. Berbeda dengan saat ini, kebanyakan umat Islam justru lebih memprioritaskan ilmu-ilmu duniawi terlebih dahulu dan mengakhirkan ilmu-ilmu Islam.
Para da’i di masa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, Khulafaurrasyidin, Tabi’in, dan Tabi’ut Tabi’in sebelum menyeru ummat kepada kebaikan, mereka terlebih dahulu mengerjakannya. Mereka tidak pernah meninggalkan Al-Qur’an sesibuk apapun mereka di medan dakwah. Mereka selalu berusaha untuk mengkhatamkan tilawah Qur’annya minimal sehari sekali. Sahabat Utsman bin Affan selalu mencoba mengkhatamkan tilawah Al-Qur’annya sehari sekali. Umar bin Khatab sahabat yang tangguh dan pemberani selalu mengkhatamkan tilawah Al-Qur’annya tiga hari sekali. Begitu juga dengan sahabat lainnya selalu mencoba mengkhatamkan tilawah Al-Qur’annya paling lama seminggu sekali.
Namun, bagaimana dengan para da’i sekarang? Saking sibuknya di medan dakwah dan harokah, Al-Qur’an ‘dilupakan’. Maksud dilupakan di sini adalah, Al-Qur’an hanya dijadikan pelengkap hujjah ketika berdakwah, dan tilawah Al-Qur’annya ditinggalkan. Sangat menyedihkan apabila para da’i-nya jarang menyenandungkan Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-harinya. Jika para da’i-nya saja jarang membaca Al-Qur’an, lantas bagaimana dengan ummat-nya?
Ikhwah fiillah, cara satu-satunya untuk membuat Islam bangkit adalah dengan berpegang teguh pada Al-Qur’an dan As-Sunnah. Al-Qur’an is the only way and the only solution to bring Islam back ! Lantas tunggu apa lagi, marilah kita kembali berpegang teguh kepada Al-Qur’an. Jangan hanya menjadikan mushaf Al-Qur’an sebagai pajangan di rumah, hiasan di lemari buku, teman tidur di samping bantal ataupun mahar pernikahan. Tapi jadikanlah mushaf Al-Qur’an sebagai teman dikala senang maupun sedih. Hiasilah diri kita dengan Al-Qur’an dan jadikan Al-Qur’an sebagai ideologi.
Wallahu a’lam bishowab
   


[1] O.Solihin, Muda Luar Biasa, Melek Dunia Paham Agama, (Surakarta : Gazzamedia, 2009), hlm. 57.
[2] Sayyid Quthb, Ma’aalim Fii Ath-Thariiq, (Yogyakarta : Uswah, 2010), hlm. 36.

0 comments:

Post a Comment

 

Ich bin Muslime ^^ Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template