Di zaman yang katanya serba modern ini ternyata masih dijumpai pasangan orang tua yang lebih mendambakan kehadiran anak laki-laki daripada anak perempuan. Hal itu memang sebuah kewajaran. Dalam Al-Qur’an hal tersebut juga diesbutkan, ketika istri Imran –Ibunda Siti Maryam- yang awalnya sangat mendambakan kehadiran anak laki-laki, supaya anaknya bisa menjadi pelayan masjid . Tapi ternyata Allah subhanahu wa ta’ala berkehendak anaknya adalah seorang perempuan yang ditakdirkan mengandung Nabi Isa alaihissalam tanpa seorang suami. Ada orang yang berkecil hati ketika belum dikaruniai anak laki-laki, karena semua anaknya perempuan. Ada juga yang dikarunia sepasang anak laki-laki dan perempuan. Ada juga yang dikaruniai anak laki-laki semua. Dan ada pula yang tidak dianugerahi anak. Semua itu sudah sunatullahsebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an dalam surat Asy-Syûra 49-50 :
لِّلَّهِ مُلۡكُ ٱلسَّمَـٰوَٲتِ وَٱلۡأَرۡضِۚ يَخۡلُقُ مَا يَشَآءُۚ يَہَبُ لِمَن يَشَآءُ إِنَـٰثً۬ا وَيَهَبُ لِمَن يَشَآءُ ٱلذُّكُورَ (٤٩) أَوۡ يُزَوِّجُهُمۡ ذُكۡرَانً۬ا وَإِنَـٰثً۬اۖ وَيَجۡعَلُ مَن يَشَآءُ عَقِيمًاۚ إِنَّهُ ۥ عَلِيمٌ۬ قَدِيرٌ۬ (٥٠)
“Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi, dia menciptakan apa yang dia kehendaki. dia memberikan anak-anak perempuan kepada siapa yang dia kehendaki dan memberikan anak-anak lelaki kepada siapa yang dia kehendaki. Atau dia menganugerahkan kedua jenis laki-laki dan perempuan (kepada siapa) yang dikehendaki-Nya, dan dia menjadikan mandul siapa yang dia kehendaki. Sesungguhnya dia Maha mengetahui lagi Maha Kuasa.“
Di zaman jahiliyah, seorang keluarga yang memiliki anak perempuan dianggap sebagai suatu aib yang besar. Oleh karena itu, mereka mengubur hidup-hidup bayi perempuan mereka seperti firman Allah subhanahu wa ta’ala dalam surat An-Nahl 58-59 :
“Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan dia sangat marah. Ia menyembunyikan dirinya dari orang banyak, disebabkan buruknya berita yang disampaikan kepadanya. apakah dia akan memeliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah akan menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup)?. Ketahuilah, alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu“.
Setelah itu Islam datang untuk berbuat ihsan terhadap anak perempuan sebagai sarana untuk taqorrub ilallah yang akan mengantarkan orang tua yang memiliki anak perempuan menuju jannah dan dijauhkan dari neraka. Sifat lebih mengutamakan anak laki-laki daripada anak perempuan adalah warisan dari zaman jahiliyah yang masih tertinggal hingga saat ini. Oleh karena itu, seharusnya seorang Muslim tidak membeda-bedakan anak laki-laki dan perempuan. Karena keduanya adalah amanah dari Allah yang harus dijaga dan akan dimintai pertanggung jawabannya kelak serta anugerah yang harus disyukuri.
Beruntunglah orang tua yang memiliki anak perempuan. Siapa tahu anak perempuan merupakan sebuah kemuliaan yang dikehendaki Allah atas orang tuanya. Sebagaimana kisah Istri Imran yang dikarunia Siti Maryam, padahal beliau lebih mengharapkan seorang anak laki-laki yang bisa dijadijkan pelayan masjid. Ternyata bayi perempuan manis Maryam, ditakdirkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala melahirkan seorang Nabi dan Rasul yang mulia, Nabi Isa alahissalam. Bukan hanya kemuliaan yang sifatnya seperti Ibunda Siti Maryam, ternyata memiliki anak perempuan apabila dirawat dan dididik dengan baik dibawah naungan Al-Qur’an dan As-Sunnah dan menjadi sholehah, akan mengantarkan orang tuanya menuju jannah dan menjauhkan dari panasnya api neraka seperti yang dijanjikan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam.
Sebagaimana kisah berharga yang diabadikan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh bunda ‘Aisyah radhiyallahu anha dikala beliau berada di rumah sendiri dan dikunjungi oleh seorang ibu dengan dua anak perempuannya yang sedang kelaparan. Ibu itu meminta makanan kepada ibunda ‘Aisyah radhiyallahu anha. Namun ibunda ‘Aisyah tidak menemukan apa pun kecuali sebiji kurma dan memberikannya kepada ibu tadi. Lalu sang ibu membagi dua kurma yang diberikan oleh ‘Aisyah dan memberikannya kepada anak-anaknya. Sementara ia sendiri tidak memakannya, lalu mereka pergi. Ketika Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam datang, ‘Aisyah pun menceritakan kejadian yang baru saja dialaminya. Kemudian Rasulullahshalallahu ‘alaihi wasallam berkata :
مَنِ ابْتُلِيَ مِنْ هَاذِهِ الْبَنَاتِ بِشَيْءٍ فَأَحْسَنَ إِلَيْهِن كُنَّ لَهُ سِتْرًا مِنَ النَّارِ
“Barangsiapa yang diuji dengan mendapatkan anak perempuan kemudian ia berbuat baik kepada mereka (dengan mendidiknya) maka anak perempuan itu akan menjadi penghalang baginya dari sentuhan api neraka”. (HR. Bukhari dan Muslim)
Imam An-Nawawi rahimahullah mengungkapkan kesepakatannya dengan Ibnu Baththal, “Sesungguhnya yang dinamakan ibtila’ (ujian) karena pada umumnya mayoritas orang tidak menyukai anak perempuan. Kemudian syariat Islam datang melarang mereka dari perbuatan ini dan menganjurkan mereka untuk tetap melestarikannya dan tidak membunuhnya dengan menyebutkan pahala yang dijanjikan bagi siapa saja yang memperlakukannya dengan baik dan berusaha sabar menghadapinya. [1]
Dalam As-Silsilah Ash-Shahihah no. 295 disebutkan bahwa barangsiapa yang merawat anak perempuan maka akan bersama Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam di surga. Sebagaimana sabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam :[2]
مَنْ كَانَ لَهُ ثَلَاثَ بَنَاتٍ أَوْ ثَلَاثُ أَخَوَاتٍ فَاتَّقَى الله عَزَّ وَ جَلَّ وَأَقَامَ غَلَيْهِنَّ كَانَ مَعِى فِي الْجَنَّةِ هَكَذَا وَأَشَارَ بِأَصَابِهِ
“Barangsiapa mempunyai tiga anak perempuan atau tiga saudara perempuan, lalu ia bertakwa kepada Allah dan melindungi mereka, maka ia bersamaku di surga”. Beliau berkata seperti itu sambil berisyarat dengan jari-jarinya.
Subhanallah, merawat anak perempuan ternyata memiliki sebuah keistimewaan. Di samping itu, merawat anak perempuan memang lebih sulit daripada anak laki-laki. Apalagi di zaman yang makin edan ini. Saat ini di seluruh penjuru dunia jumlah perempuan semakin bertambah lebih banyak daripada laki-lakinya –mungkin tanda bahwa akhir zaman semakin dekat-. Namun pertambahan tersebut justru dibarengi dengan semakin menipisnya pemahaman terhadap ilmu agama dan perzinaan. Belum lagi saat ini banyak perempuan yang lebih bangga mempertontonkan auratnya dan dikagumi bentuk tubuhnya. Gaya hidup 3F dan 3S telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan remaja putrid saat ini, yaitu Fun, Fashion, Food, Sex,Song, dan Shopping. Ditambah lagi dengan moral yang urakan dan tak punya aturan, gaya hidup yang serba bebas tanpa batas. Miris rasanya.
Hal ini sesuai dengan apa yang disebutkan Abdul Mun’im Ibrahim dalam bukunya Tarbiyyatul Banati fil Islam. Beliau menyebutkan ada tujuh alasan mengapa anak perempuan perlu mendapatkan pendidikan khusus, yaitu :[3]
1. Kerusakan yang terjadi para gadis hari ini, baik di sekolah, perguruan tinggi, jalanan, pusat perbelanjaan maupun di sarana transportasi.
2. Berkurangnya rasa malu sebagai bagian dari jati diri muslimah dalam berbagai bentuk perilaku.
3. Semakin bertambahnya jumlah wanita yang tidak dibarengi dengan pertambahan ilmu agama plus meningkatnya perzinaan.
4. Kurangnya wawasan orang tua tentang cara-cara mendidik anak perempuan sesuai dengan yang diajarkan oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam.
5. Mulai dieliminasinya nilai-nilai keislaman dari kehidupan.
6. Potensi perempuan sebagai ujian yang berat bagi kaum Adam.
7. Bagaimana Islam berusaha memuliakan wanita.
Bayangan sesosok muslimah anggun menutup auratnya dan berhiaskan akhlak sholehah hilang ketika melihat segeromobolan gadis remaja yang sedang shopping di mal dengan pakaian yang serba kekurangan bahan dari mulai baju you can see sampai rok mini. Pasti kita berharap anak-anak perempuan kita, saudara-saudara perempuan kita, dan teman-teman perempuan kita tidak ada yang seperti itu. Wal iyadu billah.
Proyek mendidik anak perempuan bukanlah sebuah tugas yang bisa diselesaikan dalam waktu sehari, seminggu, sebulan atau pun setahun. Dibutuhkan masa yang panjang, kesabaran, usaha, dan kesungguhan untuk mengerjakannya. Apalagi di tengah tantangan yang makin berat dan berliku. Mendidik anak perempuan membutuhkan fase yang sangat panjang yang dimulai dari masa ketika ia melangkahkan kakinya dengan manja hingga ia melangkah menuju gerbang pernikahan dengan seorang pria sholeh. Apalagi wanita adalah ‘imadul bilad. Apabila wanita di sebuah kaum rusak, maka rusaklah kaum tersebut.
Wallahu a’lam bishowab.
0 comments:
Post a Comment