Sunday, 25 December 2011

Thanks Allah coz I’m A Muslimah :)

Matahari mulai naik ke peraduannya. Dinginnya udara pagi Lembang membuat diri malas keluar dari gulungan selimut. Ramadhan tahun ini terasa berbeda, karena tidak aku lalui dengan keluargaku, melainkan dengan orang-orang baru yang tidak semuanya beragama Islam. Aku sedang mengikuti sebuah camp pelatihan bahasa inggris yang diadakan oleh salah satu lembaga dari American Embassy di daerah Lembang-Bandung. Euphoria Ramadhan terasa amat berbeda. Tidak ku jumpai menu sambal goreng dan opor ayam seperti biasa di Ramadhan pertamaku di rumah. Kebetulan di Ramadhan tahun ini aku tidak kebagian ‘kepala’ karena datang tamu bulananku.
Ku tengok jam dinding yang ada di kamar hotel, masih pukul 06.00 pagi. Aku melirik dua temanku yang masih bergelung di bawah selimut. Alhamdulillah aku sekamar dengan teman yang beragama Islam. Ice Breaking baru dimulai pada pukul 08.00. Masih ada dua jam untuk mempersiapkan diri dan sarapan. Sebenarnya ini bulan Ramadhan. Tapi tamua bulananku datang, jadi aku tidak bisa ikut shaum.

“Hey…have you taken a bath? Let’s get our breakfast.” Salah seorang temanku yang beragama Nasrani masuk. Aku kaget, karena aku belum mengenakan kerudungku. Aku lari ke kamar mandi berusaha menutup auratku yang hanya boleh dilihat oleh mahramku dan wanita lain yang seagama denganku. “Wait a moment please”, jawabku.
Aku sarapan bersama teman-temanku yang non-Islam. Ada juga dua teman perempuanku beragama Islam yang juga ikut sarapan bersamaku. Mereka sama-sama sedang kedatangan tamu. “Eh….kenapa sih orang Muslim itu nyiksa diri puasa segala. Nahan laper di saat banyak makanan kaya gini”, tanya salah seorang temanku yang beragama Katolik. “Puasa bukanlah untuk menyiksa diri, tapi untuk menahan hawa nafsu dan merasakan bagaimana rasanya kelaparan seperti fakir miskin”, jawab temanku yang beragama Katolik juga. Aku tersenyum mendengar jawaban seperti itu keluar dari mulut seorang yang tidak beragama Islam. Aku mengiyakan jawaban temanku yang beragama Katolik sambil berujar, “That’s right. Dengan puasa kita bisa merasakan apa yang dirasakan oleh saudara-saudara kita yang kepalaran. Puasa bagi umat Islam bukan hanya sekedar menahan lapar dan haus tapi juga mengontrol hawa nafsu kita, seperti menahan amarah.
Temanku beragama Katolik yang tadi menjawab pertanyaan seputar shaum menambahkan, “Kalau nggak salah puasa juga bisa bikin sehat yah. Katanya orang yang sakit maag justru dianjurkan untuk puasa.”
“Wah….koq kamu tau banyak tentang puasa. But you aren’t a Muslim. Kamu tau darimana?”
“Oh….ada saudaraku yang Islam. Dan dia bilang kaya gitu sama aku. Islam keren perintahnya kelihatannya menyiksa tapi justru bikin sehat.”
Saya tersenyum mendengar ucapan teman saya yang beragama Katolik itu. Dan saya pun menambahkan “That’s why I’m proud being a Muslim, and thanks to Allah coz I’m a Muslimah.” :))
Keesokan harinya, di waktu istirahat siang salah seorang teman perempuan saya yang beragama Nasrani main ke kamar saya.“Why you need to cover your hair with those veil?”, tanya teman dekatku beberapa hari ini yang beragama Nasrani. “Emang kamu nggak kepanasan ya pake kerudung begitu. Apalagi panas terik kaya gini. Aku liat kayanya pake kerudung itu nggak bebas.”
Aku tersenyum mendengar pertanyaannya. “Justru dengan kerudung ini aku merasa bebas. Karena dengan kerudung dan busana muslimah yang saya kenakan sekarang saya terbebas dari pandangan-pandangan laki-laki yang berlebihan. Coba deh perhatiin, banyak orang yang diet habis-habisan biar nggak keliatan betisnya yang gede, atau lengannya yang udah kaya atlet angkat besi. Dengan menggunakan baju seperti ini, muslimah nggak perlu mikirin itu, kan ketutup. Terus ada yang rambutnya keriting, ngerebonding rambut dulu sebelum keluar biar gak dinilai kribo, coba deh kalau pakai kerudung nggak perlu repot kaya gitu. Bukan berarti berjilbab itu untuk menutupi aib.”, jawabku. 
“Dengan berbusana muslimah saya merasa eksklusif”, tambahaku. “How can it could be?”, tanya temanku.
“Coba deh perhatiin, kalau kamu belanja ke supermarket sayuran yang tertutup kemasan sama sayuran yang nggak ditutup mana yang lebih mahal?”
“Sayur yang ditutup lah”.
“Nah, gitu juga kalau pakai busana muslimah seperti ini. Nggak semua orang bisa menikmati keindahan tubuh kita. Hanya mahram kita yang boleh. Eksklusif deh jadinya. Coba lihat cewe yang pake baju pink itu deh. Dia disuitin sama resepsionis di front office, gara bajunya yang serba terbuka. If you in that situation, will you be happy with that ?”
“Ya nggak dong. Yah biar gue anggep angin lalu, tapi tetp risih digituin.”
See…that’s why I’m gratefully to Allah coz I’m a muslimah.
Di kelas conversation, Ms. Anita mengangkat tema tentang sadness. Kita diminta untuk menceritakan hal-hal yang membuat kita sedih. Hampir semua teman kelas saya menceritakan bahwa hal yang paling membuat mereka sedih adalah patah hati karena dikhianati pacarnya, atau cinta yang bertepuk sebelah tangan. Hanya 6 orang dari kami yang berpendapat lain. Lalu Ms. Anita bertanya kepada salah seorang teman saya yang tidak bermasalah dengan broken heart, “Did you never been desperate in love?”
Teman saya yang berjilbab ini menjawab dengan sangat tenang dan confident: ”Alhamdulillah saya tidak pernah mengalaminya, coz in my faith Islam, hubungan seorang perempuan dengan laki-laki seperti yang tadi disebutkan Candy hanya dihalalkan setelah adanya akad nikah. Jadi saya sangat bersyukur saya tidak perlu mengalami seperti itu dengan saya mengikuti aturan agama saya.” Senyum mengembang di muka cantiknya.
Four thumb up atas jawaban teman saya itu. Dan lagi-lagi saya berucap “Alhamdulillah, thanks Allah coz I’m a Muslimah.” :))

0 comments:

Post a Comment

 

Ich bin Muslime ^^ Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template