Saturday 25 February 2012

Sudahkah Kita Bersyukur?

Surprise sama mata kuliah pendidikan hari ini. Di jadwal hari ini yang kebagian jatah jadi lecturernya kebetulalan Pak Hery Setyatna. Prof Ravik Karsidi di minggu kemaren mengisi mata kuliah yang sama. Di awal slide Pak Hery saya melihat judulnya
“MEMBANGUN PENDIDIKAN UTUK MASA DEPAN BANGSA BERBASIS EMOSI DAN SPIRITUAL””
Tapi, what a surprise! Saya pikir Pak Hery akan langsung masuk ke mata kuliah. Ternyata Pak Hery pagi ini mengajak kita untuk think deeply. Kita diajak untuk merenungi sebuah kata kerja yang sering dilupakan oleh orang lain, terutama umat Islam, yaitu kata “syukur”. Syukur memang sebuah kata yang mudah sekali untuk diucapkan tapi sangat sulit aplikasinya. Teringat dengan firman Allah subhanahu wa ta’ala dalam Al-Qur’an surat Ar-Rahman yang diulang berkali-kali, yang artinya :
"Maka nikmat Rabb-mu yang manakan yang kamu dustakan?”
Ada lagi ayat :
لَإِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيْدَنَّكُمْ وَ لَإِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَبِيْ لَشَدِيْد
“Jika kamu bersyukur maka Aku akan menambahnya, dan apabila kamu mengkufurinya maka sungguh adzab-Ku sangatlah pedih”
(lupa ada di surat apa dan ayat berapa….^^).
Tanpa sadar, sering kita mengkufuri nikmat yang diberikan Allah kepada kita. Misalnya saja ketika waktu makan tiba dan mendapati makanan yang ada tidak sesuai dengan selera, kita dengan spontan mengucapkan : “Ya…lauknya koq tempe lagi sih!” padahal banyak orang yang kelaparan dan belum tentu bisa makan sehari sekali. Di belahan dunia sana ada yang sampai badannya hanya terdiri dari kulit yang membungkus tulang, karena kelaparan.
Atau terkadang muncul ucapan-ucapan : “Ah…sepatuku udah butut”, padahal masih layak pakai. Atau : “Fasilitas di kampus nggak lengkap, internetnya lemot”. Sedangkan di belahan dunia lain ada yang harus belajar di halaman terbuka dengan sarana yang lebih minim lagi. Atau ucapan-ucapan sepele lainnya yang tanpa kita sadari kita telah mengkufuri nikmat Allah.
Ada beberapa perempuan yang mengeluhkan bentuk betisnya yang besar. Jika dibandingkan dengan orang yang harus di amputasi kakinya atau terlahir dalam keadaan tidak memiliki kaki, seharusnya kita lebih bersyukur. Atau ada orang yang komplain bentuk matanya yang terlalu sipit atau terlalu belo. Jika dibandingkan dengan para tunanetra bukankah seharusnya kita bersyukur diberikan dua mata yang indah yang bisa melihat keindahan ciptaan Allah.
Tapi luar biasanya, orang-orang yang memiliki kekurangan fisik justru menganggap dirinya tidak memiliki kekurangan apapun dan selalu bersyukur. Mereka justru memanfaatkan kekurangan dirinya untuk melejitkan prestasinya. So just enjoy life how it is and as it come because things are worse for others and is lot better for us. There are many things that you’ve already got in your life, but why you always complain that you don’t have anything.
So, selalu hiasi hari-hari kita dengan rasa syukur atas segala nikmat yang Allah karuniakan kepada kita.
_Kuliah Manajemen Pendidikan with Pak Hery Setiyatna_

0 comments:

Post a Comment

 

Ich bin Muslime ^^ Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template