Monday 20 February 2012

Sebuah Ikatan Konyol

danbo (1)Semua ini bermula dari seorang nenek. Aku menemukan seorang nenek yang baik hati di semester 4 di sebuah universitas program S1 yang berbasis boarding atau pesantren. Aku sendiri lupa bagaimana ceritanya aku bisa memanggil dia dengan sebutan nenek. Yang jelas dia adalah orang yang aku panggil nenek walaupun usianya masih jauuh sekali dari sebutan nenek. Memang usia nenek lebih muda darik, tapi dia sungguh bijaksana bak seorang nenek. Dia selalu menasihatiku layaknya seorang nenek kepada cucunya. Dia juga cerewet seperti nenek-nenek pada umumnya…:DD (hehehe….peace nenekku^^). Yang terpenting adalah orang yang aku panggil nenek itu ridho.

Beberapa saat setelah aku mendapatkan seorang nenek, aku juga mendapatkan seorang “bule” (mungkin tulisannya bulik kepanjangan dari ibu cilik. Panggilan tante bagi orang jawa –maklum saya orang jawa yang nggak jawa-). Bukan hanya sekedar mendapatkan bule, tapi aku juga mendapatkan seorang bude alias ibu gede. Aku baru tau kepanjangan dari bule dan bude dari nenek (abal-abal..:DD). Kata nenek, bude dan bule adalah ‘anaknya’ (abal-abal). Bude dan bule memanggil nenek dengan panggilan ‘mamah’.
Keadaan bude dan bule sesuai dengan panggilan yang aku sematkan kepada mereka berdua. Bude dari sisi umur lebih tua dari bule. Volume tubuh bude juga lebih besar dari bule..;DD (peace bude…^^). Yang penting semenjak saat itu aku memiliki seorang bude dan bule (abal-abal) di asrama. Nenek biasa memanggilku dengan panggilan “cucu”. Sedangkan bude dan bule biasa memanggilku dengan panggilan “pon..”. Maksudnya adalah kepanjangan dari ‘ponakan’. Pernah suatu ketika bude memanggilku ‘pon’. Sontak teman-temanku heran, sejak kapan namaku berubah menjadi Ponari. Hahahaha….mana mungkin aku rela mengubah nama indah yang telah disematkan oleh orang tuaku kepada anak tersayangnya ini…^^
Jika ditanya tentang silsilah keluarga kita, saya juga tidak bisa menjelaskan. Saya juga tidak tahu bagaiaman kronologinya kami bisa memiliki ikatan nenek-cucu, bude-bule-ponakan. O…ya bukan hanya itu, aku juga memiliki seorang adik. Saya mohon jangan pernah bertanya kepadaku tentang asal-usul semua ini. Pasti aku kesulitan menjelaskan semua ‘kekonyolan’ ini seperti sulitnya aku menjelaskan manakah yang terlebih dahulu diciptakan, telur atau ayam. Atau sulitnya aku menuturkan alasan kenapa aku berjalan dan berbicara dengan cepat.
Pernah suatu hari nenek menjelaskan kepadaku asal-usul ikatan keluarga konyol kita. Nenek mengadopsi bude dan bule. Lalu nenek membesarkan mereka. Nenek adalah orang yang baik hati. Ketika bude dan bule sudah besar, nenek sedang berbelanja dan menemukan diriku yang tengah kesepian di tengah keramaian. Karena tidak tega melihatku yang terlihat bak anak ilang, nenek lantas mengadopsiku. Nenek memiliki banyak cucu, bukan hanya aku seorang.
Tentunya semua ikatan kekeluargaan ini hanyalah kekonyolan belaka, sebagai obat homesick karena hidup di rantauan yang jauh dari sanak saudara. Namun semenjak pertengahan semester 4 aku terbiasa memanggil teman-temanku itu dengan sebutan nenek, bule, ataupun bude. Dan hal itu menjadi sebuah kebiasaan bagiku ketika aku memanggil mereka. Aku selalu memanggil mereka dengan nenek, bude, ataupun bule. Pun ketika aku sedang berbicara di depan orang-orang yang bukan teman se-asramaku. Begitu juga dengan bude dan buleku biasa memangglku ‘pon’. Begitu juga dengan nenek yang selalu memanggilku ‘cu..’.
Setiap mereka memiliki karakteristik masing-masing bagiku. Nenek, walaupun terkadang bawel (sepertinya ini tabiat bawaan nenek-nenek), tapi nenek selalu setia mendengarkan keluh kesahku dan menasihatiku bak seorang nenek. Untungnya nenekku yang satu ini selalu up to date dengan perkembangan zaman. Jadi kalau mix n match baju, nggak salah deh minta opini nenek. Nenek juga pandai memasak. Jadi kalau nenek bikin apa-apa pasti aku menyambangi kamar nenek (hehehe…..aku jujur nek^^). Nenek orangnya rajin ibadah. Nggak pernah ketinggalan tahajud, dzikir pagi dan sore, shaum senin-kamis. Tilawah sama tahfizhul qur’annya juga nggak pernah ketinggalan. Subhanallah…nggak salah aku milih dia buat jadi nenek (saya masih binggung sebenernya yang milih nenek atawa cucu siapa ya?). Yang penting kalau nggak ada nenek, kayaknya ada something lost gitu. Terkadang saya kasihan sama nenek. Nenek kesepian karena kakeknya nggak ketemu-ketemu. Nenek mencoba mencari si kakek yang sudah nggak pulang-pulang seperti Bang Thoyib. Nenek mencoba menyambangi semua alamat rekan kakek, tapi semua alamat itu hanyalah alamat palsu. Walaupun begitu, nenek selalu tersenyum dan menjalani hidupnya dengan penuh semangat. ^^
Bude adalah teman sekamarku semenjak semester 5. Kami tinggal di kamar atas. Di bagian atas asrama sejatinya hanya ada satu kamar. Tapi terdapat beberapa ruangan yang bisa dijadikan kamar. Kamarku dan kamar bude antara pojok dan pojok. Bude adalah sosok orang yang dewasa bagiku. Bude tipe orang pembelajar. Sepertinya hobinya belajar. Selama di asrama, bude selalu memanfaatkan waktunya untuk belajar. Sepertinya dia benar-benar menghayati sebuah perkataan :
العِلْمُ كَثِيْر وَالوَقْتُ قَلِيْل
Yang artinya ilmu itu banyaaak banget, tapi waktu kita di dunia ini cuma sedikit. Bude orang yang pandai. Hapalan Al-Qur’annya subhanallah, lancar kaya jalan tol. Ibadahya juga rajin. Bude rela mengejar-ngejar ustadz untuk menimba ilmu. Setiap ada majlis ilmu, pasti di situ ada bude. Bahasa bude juga thumb up dah. Mending lah daripada bahasa arab saya…-.-‘ Bude itu partnerku dalam masalah tulis menulis. Soalnya kalau ada urusan jurnalistik pasti yang diminta hadir bude sama saya. Bude orangnya bijak. Selalu mengingatkan aku ketika aku salah. Bude juga jadi tempat pelarian pertanyaan-pertanyaanku, baik dalam masalah bahasa arab ataupun masalah-masalah syar’i. Bude juga baik, selalu bagi-bagi makanannya. Apalagi waktu di kamar lagi terjadi wabah ‘kelaparan’ kala memasuki pertengahan bulan. :)) Sama halnya dengan nenek, bude juga kehilangan pakde. Makanya saat kesepian bude selalu mengenang masa-masa bersama pakde. Bude selalu berkata kepadaku : “Pon…kejadian ini mengingatkan bude dengan masa-masa bersama pakde.” Tapi bude tidak sampai berlarut-larut memikirkan pakde yang entah di mana batang hidungnya. Jangankan batang hidungnya, nama pakde pun bude belum tahu. Saya sendiri bingung dan please ! Jangan paksa saya untuk menjelaskannya. Lebih baik saya disuruh menjelaskan kenapa sifat dan mausuf adalah pasangan paling serasi hingga akhir zaman. Dan saat ini bude sedang mencari pakde ke negeri Fir’aun. Sebenarnya kami berat hati melepas bude pergi ke negeri Fir’aun. Kami khawatir jikalau kawanan onta yang kehausan di padang pasir di kira pakde. Semoga saja bude ketemunya sama penjual tempe yang lagi kuliah di Al-Azhar University. Sebelum bude berangkat ke negeri piramid otu, saya pernah bermimpi kalau bude naik onta di kawasan piramid. Mungkin ini pertanda bahwa bude memang akan pergi ke sana. Tapi kami tetap mengakhawatirkan bude, takut-takut kalau bude tidak menemukan sambal di sana. Tapi bude mencoba meyakinkan kami dengan berkata : "Aku pergi untuk kembali…”
Bule juga teman sekamarku, karena sama-sama tinggal di atas. Biasanya aku sering ketuker manggil bule dengan panggilan bude, dan bude dengan panggilan bule. Tapi setelah bule menemukan tempat yang lebih baik disisi suaminya :DD aku nggak pernah ketuker lagi manggil bude dengan sebutan bule. Bule orangnya ulet, baik hati dan tidak sombong, pandai mengaji, rajin menabung, dan patuh pada orang tua. Saya serius menguraikan sifat-sifat itu, bukan candaan yang biasa saya lanturkan. Bule memang orang yang tekun dan ulet. Baik di saat belajar, menghapal ataupun yang lainnya. Ibadahnya juga rajin. Bule juga orangnya rendah hati dan tidak sombong. Bule juga pandai mengaji, apalagi menghapal Al-Qur’an. Bule juga rajin menabung, itu terbukti dari cara belanjanya yang super hemat. Kalau mau belanja atau beli sesuatu, bule biasanya perhitungan banget…(peace bule). Kalau saya mau belanja, terus bule nitip belanjaan, pasti ada kalimat yang tidak pernah terlewatkan, yaitu : “Pon…cariin yang paling murah ya!” Menurut saya bule tipe istri yang pandai mengatur keuangan keluarga, karena bule tidak hanya hemat tapi juga cermat. Bule juga sering menasihatiku saat kekhilafan menerpaku. Bule adalah orang pertama dari ikatan keluarga konyolku yang keluar dari asrama dan pindah ke rumah suaminya. (hehehhe…:DD) Bule beruntung tidak semerana nenek dan bude, karena bule sudah menemukan pakle’. Jadi bule tidak perlu resah dan gelisah menunggu di sini. Di kehamilan pertamanya bule, makin rajin membaca. Terutama bacaan yang berkaitan dengan kehamilan dan urusan ibu rumah tangga lainnya. Bule tipe ibu jempolan dah. :DD
Yang jelas nenek, bude, dan bule telah mewarnai hari-hari di asramaku dengan warna biru, coklat, dan (aku lupa warna kesukaan bule). Saat ini yang tersisa di asrama tinggal nenek seorang. Bule pindah ke tempat lain yang lebih baik baginya ketika aku berada di awal semester 5. Dan bude cuti untuk menuntut ilmu di negeri Fir’aun ketika aku semester 6. Sekarang aku tinggal punya nenek. Dan mungkin di semester 7 nenek juga akan bermigrasi ke negara tetangga. Dimanapun mereka berada, Insya Allah kami semua masih akan terikat dengan sebuah persaudaraan yang lebih kuat dari itu semua, yaitu ukhuwah islamiah. Kami semua masih satu saudara dalam Islam. Eniwie, semoga di manapun kita berada dan menuntut ilmu, Allah selalu memberkahi, merahmati, dan meridhoi setiap langkah yang kita tempuh. Aamiin.
Terima kasih banyak kepada nenek, bude, dan bule yang telah bersedia membuat hari-hari di asramaku lebih berwarna. Terima kasih juga buat seluruh teman-temanku di asrama ini. Suport kalian sangat berarti bagiku kala aku hampir tumbang di tengah jalan sebelum perjuangan usai…:DD
Semoga Allah selalu memberikan hidayahnya kepada kita di manapun, dan kapanpun hingga kita kembali pada Allah. Aamin.
NB : bukan berarti teman-temanku lainnya tidak berarti bagiku. Kehidupan asrama memang membawa kesan tersendiri bagiku. Semua temanku di asrama sangatlah berarti bagiku. Mereka layaknya keluarga bagiku. Mereka adalah keluargaku di asrama ini. Di manapun aku merantau dan jauh dari sanak-saudara, lingkungan yang aku tempati adalah keluarga bagiku.^^

-Sepenggal kisah di tengah kegalauan-
Asrama seberang negeri 2 menara.

0 comments:

Post a Comment

 

Ich bin Muslime ^^ Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template