Sunday, 8 January 2012

MONYET DAN ANGIN

Suatu hari di sebuah pantai seekor monyet tengah berjemur menikmati suasana siang pantai. Si monyet nampaknya tak mau kalah dengan artis-artis Holywood yang hobi berjemur. Panas matahari yang menyengat membuat monyet itu merasa haus. Dia melirik sebuah pohon kelapa yang berada tidak jauh dari bibir pantai.
“Wah…asyik nih kayanya minum kelapa muda panas-panas gini”, ujar si monyet.
Si monyet langsung mengambil ancang-ancang memanjat pohon. Dalam hitungan beberapa detik si monyet langsung bisa meraih sebuah kelapa muda. Tanpa ragu dia memetiknya dan langsung turun ke tempat peristirahatannya tadi.
“Aaaaaaahhh....“, suara seruputan air kelapa muda si monyet.
“Seger euy habis minum kelapa muda. Tapi koq sekarang jadi ngantuk ya. Wah kayanya asyik deh nyantai di atas pohon kelapa itu.“

Si monyet langsung memanjat pohon kelapa yang tadi dia naiki. Di tengah istirahat siangnya tiba-tiba ada tiga kumpulan angin lewat. Mereka adalah angin tornado, angin puting beliung, dan angin bohorok. Melihat si monyet yang sedang tidur siang di atas pohon kelapa, mereka berinisiatif untuk mengadakan kompetisi.
“Hey kawan gimana kalau kita taruhan. Kita buktiin siapa yang paling hebat di antara kita bertiga. Angin yang bisa jatuhin monyet itu berarti dia yang paling hebat!”, ujar angin tornado.
“Oke setuju”, jawab angin tornado dan angin puting beliung berbarengan.
“Siapa nih yang mulai beraksi duluan?”, tanya angin puting beliung.
“Hompimpa saja lah biar cepat bah”, usul angin bohorok.
“Ahh…gak zaman bro pake hompimpa zaman sekarang. Gimana kalau pakai voting aja. Suara yang terbanyak itu yang duluan. Biar demokratis dikit lah”, angin puting beliung menimpali.
“Kumaha votingna hey putting beliung. Kita kan cuma bertiga. Sudahlah tidak usah pakai demokratis-demokratisan sagala. Indonesia sekarang pakai demokrasi malah banyak yang korupsi“, ujar angin tornado.
“Hah...apa pula kalian ini bicara masalah politik. Sudahlah, tak usahlah kita ikut-ikutan ngomongin politik yang bikin kepala pening itu. Kita undi sajalah pake ranting ini. Ini ada tiga ranting. Saya ranting yang ujungnya berwarna merah, angin tornado ranting yang ujungnya berwarna kuning, dan angin puting beliung yang ujungnya berwarna hijau”, ungkap angin bohorok.
Setelah diundi ternyata yang mendapat giliran pertama adalah angin tornado. Dia mengerahkan seluruh tenaganya dan meniup sekencang-kencangnya ke arah si monyet. Whussssssss…..
Merasa ada angin besar datang, si monyet terbangun dan langsung memegang erat-erat batang yang ada di dekatnya. Pegangannya kuat sekali. Angin tornado terus menghembuskan anginnya supaya si monyet jatuh. Angin yang dihembuskan sangatlah kencang dan berputar-putar. Setelah 5 menit berlalu ternyata si monyet tidak juga jatuh dari tempatnya. Padahal angin tornado sudah kehabisan tenaganya. Angin tornado pun menyerah.
Yang kedua adalah giliran angin bohorok.
“Ah…macam mana pula kau ini tornado. Begitu saja tidak bisa. Serahkanlah padaku”, ucap angin bohorok.
Angin bohorok tanpa mengambil aba-aba langsung mengeluarkan tenaga terdahsyatnya. Dia tiupkan angin sekencang-kencangnya ke arah monyet. Whuuusss…whuuuusss…
Si monyet terus berpegangan erat pada batang pohon kelapa. Sampai beberapa menit ternyata usaha angin bohorok tidak membuahkan hasil. Angin bohorok pun akhirnya menyerah juga.
Dan kini giliran angin puting beliung beraksi. “Bismillahirrahmanirrahim, semoga gue bisa“
Angin puting beliung meniup dengan sekencang-kencangnya. Gerakan udaranya berputar-putar membuat pusing kepala. Whuuuusss....whuuuuuuusssssssss.....whuuuuuuuussssssss....
Si monyet malah berpegangan semakin erat pada batang pohon kelapa. Setelah beberapa menit berlalu, ternyata si monyet tidak juga jatuh.
“Buset dah. Kagak jatoh-jatoh tuh monyet. Mantep bener dah. Gue nyerah deh”, ujar angin puting beliung setelah tidak berhasil menjatuhkan si monyet.
Ketiga angin yang super besar itu mengakui kehebatan si monyet bertahan di atas pohon kelapa. Ternyata si monyet memang tangguh dan memiliki daya tahan yang luar biasa. Tidak beberapa lama kemudian, datanglah angin sepoi-sepoi.
“Hey kawan, bolehkah saya ikut berkompetisi menjatuhkan monyet itu?”, tanya angin sepoi-sepoi.
“Hwahahahahahahaha…..wkwkwkwkwkwk…..kagak salah lu mau ikutan jatuhin tuh monyet. Gue yakin lu kagak bakalan bisa”, ujar angin puting beliung.
“Maneh teh beneran mau ikutan angin sepoi-sepoi. Kita ajah yang anginnya besar dan kencang teu bisa menjatuhkannya apalagi maneh“, tambah angin tornado dengan logat sundanya.
“Aneh-aneh sajalah kau ini. Mana bisa kau menjatuhkan monyet itu. Kita saja tidak bisa apalagi kau“, angin bohorok menambahkan.
Tanpa banyak bicara, angin sepoi-sepoi mulai meniupkan angin ke ubun-ubun si monyet. Pssssstttttt….
Tiupannya enak sekali. Adem dan bikin seger. Mata si monyet langsung kriyep-kriyep. Tidak lama kemudian si monyet kembali tertidur. Pegangannya pun terlepas dan jatuhlah dia. Angin tornado, angin puting beliung dan angin bohorok terpana melihatnya. Koq bisa tiupan kecil kaya gitu yang bikin seger malah gampang banget buat jatuhin si monyet tapi angin yang super besar dan kencang milik mereka bertiga tidak berhasil. Tidak masuk akal rasanya.
Si monyet yang diuji oleh angin sepoi-sepoi yang menyegarkan ternyata jatuh. Tetapi ketika ia diuji oleh angin tornado, angin puting beliung dan angin bohorok justru yang begitu kencangnya justru tidak jatuh. Ya…begitu juga dengan kita. Bisa jadi ketika kita diuji dengan kesulitan, penderitaan dan malapetaka kita bisa menghadapinya dan kita menjadi kuat. Bahkan lebih kuat dari sebelumnya. Namun ketika kita diuji dengan kenikmatan dan kesenangan justru kita malah jatuh. Maka dari itu, jangan sampai kita terlena dengan kenikmatan dan kesenangan yang ada di dunia yang fana ini. Selalu bersyukur atas segala nikmat yang Allah berikan dan mawas diri.
Wallahu a’lam bishowab

0 comments:

Post a Comment

 

Ich bin Muslime ^^ Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template