“Kak, planning antum setelah khatam apa?” tanya seorang junior yang baru saja mengkhatamkan hapalannya kepada seorang teman yang sudah khatam.
“Ya murajaah lah”, jawabnya simpel tanpa embel-embel.
Meskipun jawabannya simpel, tapi memang itulah jawaban yang tepat. Karena tidak ada hal lain yang bisa dilakukan seseorang yang sudah menyelesaikan hafalan qurannya kecuali murajaah (mengulang hafalan).
Beraneka ragam ekspresi saya jumpai ketika melihat ada orang yang baru menyelesaikan hafalan qurannya (Alhamdulillah for this chance^^). Ada yang merasa senang karena terlepas dari beban kewajiban setoran setiap pagi dan sore. Atau ada juga yang terharu biru merah jambu, tidak menyangka berhasil menyelesaikannya setelah berusaha mati-matian. Di sisi lain ada menangis sejadi-jadinya baik itu terharu atau bersedih. Bahkan ada yang justru malah ketakutan. Yah...takut kalau hafalan yang selama ini susah payah dia hafalkan akan hilang satu demi satu. Sedih...takut tidak bisa menjaga hafalan yang sudah dihafalkan.
Apapun ekspresinya, yang jelas bisa mengkhatamkan al-quran adalah sebuah kebahagiaan. Bahagia bisa menjadi waliyullah atau keluarga Allah. Bahagia akan diberi keduduakn yang tinggi di akhirat kelak. Dan bahagia karena kelak di akhirat orang tuanya akan mendapat kemuliaan. Eits....tunggu dulu. Masih ada syarat untuk mempertahankan kebahagiaan itu, yaitu dengan terus menjaga hafalannya dan mentadaburi setiap ayat plus mempraktekkat setiap ayat yang sudah dihafal.
Banyak orang yang menganggap khatam quran berarti sudah selesai. Tapi pada hakikatnya justru segala sesuatunya barulah dimulai. Memulai menjaga hafalan. Setiap orang yang memiliki ataupun sudah menyelesaikan hafalan al-Quran berkewajiban untuk menjaga hafalannya itu. Dan waktu menjaganya bukan 1 atau 2 tahun, tapi seumur hidup! Ya....ini adalah kewajiban seumur hidup! Sampai kita bertemu dengan Allah kelak.
Dan hal ini tidak mudah kawan (mungkin ini buat saya aja kali ya…hehe). Menjaga sesuatu yang sudah Anda peroleh akan lebih sulit daripada berusaha untuk memperoleh dan mendapatkannya. Bener kan? Malah tak jarang ada yang murajaahnya justru seperti menghafal baru.
Ustadzah Ahlam pernah berkata kepada kami ketika sedang mengisi daurah, “Mengapa Allah kita harus sering-sering murajaah? Karena Allah membuat manusia mudah lupa. Kenapa? Biar kita bisa baca Al-Qur’an tiap hari dan nggak jauh dari Al-Qur’an.” (kira-kira intinya seperti itu, soalnya beliau ngomongnya pake bahasa arab yang njlimet sih..;P)
Jadi bersyukurlah orang yang mudah lupa ketika menghafal al-Quran. Berarti harus makin sering dan makin rajin buat buka mushaf-nya. Eits bukan dibuka doang ya, tapi juga dibaca, dibaca dan dibaca. Jangan lupa untuk mentadaburi makna ayatnya sekalian. (it’s a reminder for my self) Semakin sering membaca al-Quran berarti pahala yang diperoleh makin besar tho?
Berat. Sangat berat siksaan Allah kepada seseorang yang sudah menghafal satu ayat kemudian melupakannya karena tidak pernah memurajaahnya. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
“Diperlihatkan kepadaku dosa-dosa umatku, maka aku tidak melihat dosa yang lebih besar daripada dosa melupakan satu surat atau ayat-ayat Quran yang telah dihafal oleh seseorang kemudian dilupakannya” (HR. Abu Daud)
Jleeeeeeeeeeeb……
Bahkan ada seorang ulama yang menangis ketika beliau lupa letak satu ayat. Dr. Yahya al-Ghautsani mengisahkan ketika beliau berkunjung ke rumah gurunya, Syeikh Mahmud ‘Abduddaim rahimahullah, beliau mendapati gurunya dalam keadaan kebingungan dan air matanya terus mengalir. Kemudian beliau pun bertanya pada gurunya apa yang terjadi dengan gurunya itu. Syeikh Mahmud ‘Abduddaim rahimahullah justru malah balik bertanya, “Di mana letak ayat : yaa qaumi ajiibuu daa’iyallah?” “Ayat itu terdapat dalam surat al-Ahqaf guruku,” jawab Dr. Yahya al-Ghautsani. “Jazakallah khairan, semoga Allah memberikan balasan kebaikan kepadamu. Sejak tadi aku mencari-cari ayat ini tapi belum juga ketemu sampai kamu datang kemari”, ucap Syeikh Mahmud ‘Abduddaim rahimahullah. Ternyata beliau menangis karena lupa letak satu ayat dalam al-Quran. Dan ketika itu beliau berusia 90 tahun. (dari buku dosen saya, Ustadz Salafuddin Abu Sayyid, Balita Pun Hafal al-Quran)
Masya Allah tabarakallah ‘alaihi. Syeikh Mahmud ‘Abduddaim rahimahullah menangis karena lupa letak satu ayat, sementara kita menangis karena kehilangan uang atau materi lainnya. Jleeeeeeeeb bangeeeeet. Kita kehilangan satu surat (bukan ayat) saja nyantai banget berasa kaya nothing happened. Tapi giliran lupa lirik lagunya idola kita baru dah uring-uringan langsung murajaah lagi Astaghfirullah, naudzubillah semoga kita bukan termasuk dari golongan orang-orang yang santai saja meski hafalan al-Qurannya hilang satu persatu.
Makanya biar nggak lepas dan hafalannya nggak kabur diiket aja. Cara ngiketnya murajaah, murajaah dan murajaah. Karena esensi dari menghafal al-Quran adalah murajaah. May Allah gives us easiness in everything...Allahumma tsabitnii fii maa hafizhtu wa barik lii fiihi...Aamiin
(It’s a self reflection for me and for those who feel the same as me. :D)
Wallahu a’lam
0 comments:
Post a Comment