Showing posts with label Al-Qur'an. Show all posts
Showing posts with label Al-Qur'an. Show all posts

Saturday, 31 October 2015

Resiko Orang Ganteng

0 comments
Inget banget dulu pas jamannya hamil Adibah, sering banget baca surat Yusuf. Kata orang kalau sering baca surat Yusuf nanti anaknya bakal ganteng kaya Nabi Yusuf kalau yang lahir laki-laik. Terus kalau anaknya perempuan yang dibaca surat Maryam, biar anaknya seperti Sayyidah Maryam. Pas hamil pengen banget punya anak laki-laki, makanya yang dibaca surat Yusuf. Qodarullah yang lahir adalah seorang anak perempuan cantik yang mirip banget sama abinya. So that’s why many people said that Adibah is a handsome little girl. She’s daddy’s little girl.

Sebenernya membaca surat Yusuf atau surat Maryam di saat hamil tidak ada haditsnya atau disebutkan dalam al-Qur’an. Tapi maksud dari membaca surat Yusuf ataupun surat Maryam adalah si ibu berharap kelak anak yang dikandungnya memiliki sifat sebagaimana sifat penyabar dan tangguh yang dimiliki Nabi Yusuf ‘alaihissalam dan Sayyidah Maryam.

Friday, 31 May 2013

Tafsir ath-Thabari

0 comments
Siapa yang tidak kenal dengan tafsir fenomenal karya Syaikhul Mufassiruun, Ibnu Jarir ath-Thabari. Buat yang belum kenal siapa beliau, mangga lah baca di sini. Tafsir Jaami’ul Bayaan ‘An Ta’wiili Ayil Qur’an atau yang lebih masyhur dengan tafsir ath-Thabari banyak dijadikan rujukan oleh mufassir-mufassir setelah beliau. Tafsir ini merupakan tafsir pertama yang lengkap 30 juz terkumpul dalam 30 jilid.   

Imam ath-Thabari menulis kitab tafsir ini ketika umur beliau mendekati 60 tahun. Dan setelah beliau mematangkan persiapan mendasar dalam tafsir yang meliputi: menghafal al-Qur’an secara mutqin, menguasai ilmu qiro’ah (baik yang shohih maupun yang syadzah), sampai beliau benar-benar menguasai kemudian beliau menulis kitab dan mengumpulkan perkataan yang berkaitan dengan tafsir dari para sahabat dan tabi’in.

Beliau melakukan shalat istikharah selama tiga tahun sebelum menulis kitab tafsir ini. Subhanallah kan? Jadi istikharah itu bukan cuma pas mau milih sekolah atau nikah aja… #Ehh. Beliau menamai kitabnya dengan Jaami’ul Bayaan ‘An Ta’wiili Ayil Qur’an bedasarkan metode, bentuk, dan harapan beliau dari tafsir ini. Imam ath-Thabari berharap tafsir ini menjadi kumpulan dari penjelasan-penjelasan tafsir ayat al-Qur’an, pendapat para ulama, mujtahidin, dan ijtihad para sahabat baik yang berupa ma’tsur, manqul, ro’yi, maupun ma’qul.

Friday, 15 March 2013

Al-Qur’an Mukjizat?

0 comments

Ustadz Apip Najaruddin, musyrif tahfizh kami, membuka halqah tahfizh sebuah sore dengan dua buah pertanyaan. Pertanyaan pertama : “Mengapa al-Qur’an dijadikan sebagai mukjizat bagi Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam? Pertanyaan kedua : “Apa yang membuat al-Qur’an dijadikan mukjizat sementara kitab-kitab sebelumnya (zabur, taurat dan injil) tidak dijadikan sebagai mukjizat?” *kira-kira inti pertanyaannya seperti ini*

Kami diberi kesempatan untuk memikirkan jawabannya hingga usai tasmi’. Mengapa al-Qur’an dijadikan mukjizat? Karena al-Qur’an terpelihara keasliannya hingga hari kiamat, ucap salah seorang dari kami. Karena al-Qur’an adalah pelengkap kitab-kitab sebelumnya, ucap teman lainnya. Karena al-Qur’an mencakup berbagai aspek kehidupan yang dijadikan pedoman hidup bagi manusia, ucap salah seorang lainnya.

Friday, 21 December 2012

SYAIKHUL MUFASSIRUN, IMAM ATH-THABARI

0 comments

Ketika membaca tafsir Ibnu Katsir, tafsir al-Qurthuby, tafsir Fii Zhilal al-Qur’an, atau kitab tafsir lainnya pasti kita dapati di dalamnya perkataan Imam ath-Thabari. Semua kitab tafsir yang menggunakan metode tafsir bil ma’tsur pasti merujuk pada kitab tafsir Jami’ al-Bayan ‘an Ta’wil Ayyi al-Qur’an atau yang lebih dikenal dengan tafsir ath-Thabari.  Siapakah gerangan penulis kitab tafsir luar biasa ini?
Beliau adalah Muhammad bin Jarir bin Yazid bin Katsir bin Gholib ath-Thabari al-Aamulii al-Baghdadi. Memiliki nama kuniyah Abu Ja’far walaupun beliau belum menikah dan tidak mempunyai anak, karena kunniyah adalah sunnah. Biasa dikenal dengan ath-Thabari  karena dinisbatkan kepada nama tempat kelahiran beliau, Thabaristan.

Imam ath-Thabari dilahirkan di kota Aamul-Thabaristan, pada tahun 224 Hijriyah. Beliau wafat pada 310 Hijriyah di Baghdad dan hidup selama 89 tahun. Beliau hidup pada masa Daulah Abbasiyah (750-1242). Abu Ja’far ath-Thabari tidak menikah sampai beliau wafat. Bukan karena beliau tidak mengikuti sunnah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam, melainkan karena beliau sangat sibuk dengan ilmu dan berdakwah.
Imam ath-Thabari mengkhatamkan hapalan al-Qur’annya pada usia 7 tahun. Kemudian pada umur 8 tahun beliau menjadi imam sholat. Beliau bermulazamah kepada ulama-ulama di daerah Aamul. Pada usia 12 tahun beliau melakukan rihlah ilmiah untuk menuntut ilmu. Beliau pergi ke Basrah, Kufah, Iraq, Siria, juga Mesir. Bagaimana dengan kita? Apa yang kita lakukan pada usia seperti ini?

Sunday, 16 December 2012

Khatam ^^

0 comments
197639_426698197363124_1895644603_n
“Kak, planning antum setelah khatam apa?” tanya seorang junior yang baru saja mengkhatamkan hapalannya kepada seorang teman yang sudah khatam.
“Ya murajaah lah”, jawabnya simpel tanpa embel-embel.
Meskipun jawabannya simpel, tapi memang itulah jawaban yang tepat. Karena tidak ada hal lain yang bisa dilakukan seseorang yang sudah menyelesaikan hafalan qurannya kecuali murajaah (mengulang hafalan).
Beraneka ragam ekspresi saya jumpai ketika melihat ada orang yang baru menyelesaikan hafalan qurannya (Alhamdulillah for this chance^^). Ada yang merasa senang karena terlepas dari beban kewajiban setoran setiap pagi dan sore. Atau ada juga yang terharu biru merah jambu, tidak menyangka berhasil menyelesaikannya setelah berusaha mati-matian. Di sisi lain ada menangis sejadi-jadinya baik itu terharu atau bersedih. Bahkan ada yang justru malah ketakutan. Yah...takut kalau hafalan yang selama ini susah payah dia hafalkan akan hilang satu demi satu. Sedih...takut tidak bisa menjaga hafalan yang sudah dihafalkan.
Apapun ekspresinya, yang jelas bisa mengkhatamkan al-quran adalah sebuah kebahagiaan. Bahagia bisa menjadi waliyullah atau keluarga Allah. Bahagia akan diberi keduduakn yang tinggi di akhirat kelak. Dan bahagia karena kelak di akhirat orang tuanya akan mendapat kemuliaan. Eits....tunggu dulu. Masih ada syarat untuk mempertahankan kebahagiaan itu, yaitu dengan terus menjaga hafalannya dan mentadaburi setiap ayat plus mempraktekkat setiap ayat yang sudah dihafal.
Banyak orang yang menganggap khatam quran berarti sudah selesai. Tapi pada hakikatnya justru segala sesuatunya barulah dimulai. Memulai menjaga hafalan. Setiap orang yang memiliki ataupun sudah menyelesaikan hafalan al-Quran berkewajiban untuk menjaga hafalannya itu. Dan waktu menjaganya bukan 1 atau 2 tahun, tapi seumur hidup! Ya....ini adalah kewajiban seumur hidup! Sampai kita bertemu dengan Allah kelak.

Friday, 14 December 2012

The Virtue of Memorizing The Quran

0 comments
Every Muslim has a strong desire to memorize the Quran. Coz whoever memorizes Qur'an and acts upon it, Allah will reward him and honour him greatly for that, so that he will rise in status in Paradise to a level commensurate with what he memorized of the Book of Allah. There are many virtues to memorize Quran.
“The likeness of the one who reads Qur'an and memorizes it is that he is with the righteous honourable scribes. The likeness of the one who reads it and tries hard to memorize it even though it is difficult for him, he will have two rewards.” (Narrated by Bukhari and Muslim)
“It will be said to the companion of the Qur’aan: Recite and rise in status, recite as you used to recite in the world, for your status will be at the last verse that you recite.” (Narrated by at-Tirmidhi no. 2914 and Abu Dawood no. 1464)
This hadeeth was classed as saheeh by al-Albaani in al-Silsilah al-Saheehah, 5/218, no. 2240, after which he said:
Note that what is meant by the “companion of the Qur’aan” is the one who memorizes it by heart, as the Prophet (peace and blessings of Allaah be upon him) said, “The one who knows more Qur’aan should lead the people in prayer,” meaning the one who has memorized the most.  The differentiation in status in Paradise will depend on how much was memorized in this world, not how much one will recite on that day as some people imagine. This clearly points to the virtue of the hafiz who has memorized the Qur’aan, but that is subject to the condition that he memorizes it for the sake of Allaah, not for worldly purposes or financial gain. Otherwise the Prophet (peace and blessings of Allaah be upon him) said: “Most of the hypocrites of my ummah are among those who have memorized Qur’aan.”

Tuesday, 11 December 2012

Apa Itu Al-Qur’an?

0 comments
tumblr_mdennwHrhe1r84dduo1_500
Ngaku beragama Islam tapi nggak tahu apa itu al-Qur’an, ke laut ajah sanaah…;D

Saya rasa semua orang yang mengaku beragama Islam pasti tahu kalau al-Qur’an adalah kitab suci ummat Islam. Nah…kalau suruh mendefinisikan al-Qur’an secara bahasa dan istilah saya yakin hanya segelintir ummat Islam saja yang tahu. Coba deh kalau ditanya Sosiologi secara bahasa dan istilah pasti banyak yang tahu.
Buat yang belum tahu definisi al-Qur’an secara bahasa maupun istilah –bahasa kerennya etimologi-, saya akan mencoba menjabarkannya di sini. Sources-nya saya ambil dari buku-buku kuliah saya, tapi maaf kemampuan translate saya belum terlalu baik, jadi saya pakai bahasa saya sendiri. Belum lagi ada banyak kalimat bahasa arab yang kalau diterjemahkan artinya ke Indonesia kurang pas.
Bukan hal yang diragukan lagi kalau Al-Qur’an adalah mu’jizat abadi yang validitasnya terjaga dari mulai sejak diturunkan hingga hari kiamat. Ada dua pengertian al-Qur’an menurut bahasa. Yang pertama adalah الجَمْعُ وَ الضَّم atau al-Jam’u (mengumpulkan) dan adh-Dhommu (menghimpun). Dinamai Al-Qur’an karena terdiri dari kumpulan surat-surat, hukum-hukum, dan berbagai macam ilmu. Al-Qur’an terdiri dari kumpulan kisah, perintah, larangan, janji, peringatan, ayat, surat-surat satu dengan lainnya. Oleh karena itu dinamai al-Qur’an.

Monday, 3 December 2012

Jeruk dan Iman

0 comments
7bscontent_orange
http://www.pantonanews.com
Kalau kita beli jeruk di pasar buah atau di swalayan, kira-kira jeruk mana yang akan kita pilih :
1. Jeruk manis yang aromanya harum,
2. Jeruk manis yang tidak beraroma,
3. Jeruk yang tidak manis tapi memiliki aroma, atau
4. Jeruk yang tidak manis tapi juga tidak beraroma.
Kalau saya milih yang nomor 1, udah manis aromanya harum pula. Nah, ketika kita membeli jeruk pasti yang pertama dicari adalah yang rasanya manis (kecuali mungkin ibu-ibu ngidam...:D). Kenapa nyari yang manis? Biasanya kita beli jeruk kan buat dikonsumsi bukan buat diharumi atau pengharum ruangan. Oleh karena itu buat apa beli jeruk yang aromanya harum tapi rasanya nggak manis. Kecuali kalau emang ada orang yang beli jeruk cuma buat ngedapetin harumnya aja. Nah kalau gitu kenapa nggak milih jeruk yang nomor 2 aja, yang rasanya manis tapi nggak beraroma? Gini deh gan, kalau kita dikasih pilihan dan ada pilihan yang lebih baik kenapa nggak milih yang lebih baik. Ada pilihan suruh milih Ipad atau Galaxy Tab yah saya pilih Ipad (hahahaha...abaikan).

Ternyata tipe buah jeruk ini bisa diumpamakan dengan keimanan seseorang. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
مثل المؤمن الذي يقرأ القرآن مثل الأترجة ريحها طيب وطعمها طيب ومثل المؤمن الذي لا يقرأ القرآن مثل التمرة لا ريح لها وطعمها طيب حلو ومثل المنافق الذي يقرأ القرآن مثل الريحانة ريحها طيب وطعمها مر ومثل المنافق الذي لا يقرأ القرآن كمثل الحنظلة ليس لها ريح وطعمها مر
Artinya : “Perumpamaan orang mu’min yang membaca al-Qur’an seperti buah Utrujah yang baunya harum dan rasanya enak. Dan perumpamaan orang mu’min yang tidak membaca al-Qur’an seperti buah Tamr (kurma kering) tidak berbau dan rasanya enak. Dan perumpamaan orang munafiq yang membaca al-Qur’an seperti Rayhanah yang baunya harum dan rasanya pahit. Dan perumpamaan orang munafiq yang tidak membaca al-Qur’an seperti buah Hanzholah yang tidak memiliki aroma dan juga rasanya pahit. (HR. Bukhari dan Muslim)

Buah jeruk yang manis dan beraroma bisa kita samakan dengan buah Utrujah yang baunya harum dan rasanya enak. Rasa manis pada jeruk bisa kita ibaratkan dengan keimanan seseorang. Iman tidak bisa dilihat secara zhahir, karena iman adalah amalan batin. Hanya Allah yang mengetahui tingkat keimanan seorang hamba. Setiap orang yang memiliki keimanan dalam hatinya, yaitu Islam adalah orang yang baik dan memiliki nilai plus. Meskipun orang Islam itu sholatnya masih belang betong, sehari sholat sehari enggak, selama dia masih memiliki iman kepada Allah, Malaikat Allah, Kitabullah, Rasulullah, hari kiamat maupun takdir baik dan takdir buruk. Seroang preman sekalipun ketika dia masih Islam dia masih memiliki nilai plus. Nah, makanya orang mu’min itu ibarat jeruk yang rasanya manis.

Monday, 15 October 2012

Perbedaan al-Qur'an dan Hadits Qudsi

0 comments

Di setiap buku tentang Ilmu al-Qur’an atau Uluumul qur’an pasti dijelaskan tentang perbedaan antara al-Qur’an dan Hadits Qudsi. Kalau al-Qur’an pasti udah pada mafhum, (kalau belum sila cek Apa itu al-Qur’an? in my other blog ;D). Terus kalau hadits Qudsi mungkin masih terdengar asing bagi sebagian dari kita. Pada postingan kali ini mimin mencoba memaparkan apa itu hadits Qudsi dan perbedaannya dengan al-Qur’an.
Definisi Hadits
Hadits secara bahasa adalah ضِدُّ القَدِيْم (lawan dari lama). Sedangkan secara etimologi hadits adalah segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad shallahu ‘alaihi wa sallam baik berupa perkataan, perbuatan, penetapan, atau sifat. Misal dari perkataan beliau adalah :
مِنْ حُسْنِ إِسْلاَمْ المَرْءِ تَرْكُهُ مَا لَا يَعْنِيْهِ
Tanda baiknya Islam seseorang adalah meninggalkan sesuatu yang tidak beguna baginya.” (HR. Tirmidzi)
Adapun yang merupakan perbuatan adalah tata cara sholat. Beliau bersabda :
صَلُّوا كَمَا رَأَيْتُمُونِيْ أُصَلِّي
Sholatlah seperti kalian melihat aku sholat.” (HR. Bukhari)
Sedangkan yang merupakan taqrir atau penetapan misalnya ketika Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam mengutus orang dalam suatu peperangan. Orang itu selalu membaca suatu bacaan dalam shalat yang diakhiri dengan Qul huwallahu ahad. Setelah pulang, mereka menyampaikan hal itu kepada Nabi. Lalu Nabi berkata, “Tanyakan kepadanya mengapa dia berbuat demikian!” Mereka pun menanyakannya. Dan orang itu menjawab : “Kalimat itu adalah sifat Allah dan aku suka membacanya. Maka Nabi menjawab : ”Katakan padanya bahwa Allah pun menyukainya.” (HR Bukhari dan Muslim)
Adapun yang berbentuk sifat seperti yang diriwayatkan bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam selalu bermuka cerah, berperangai halus dan lembut, tidak keras, dan tidak pula kasar, tidak suka berteriak keras, tidak pula berbicara kotor, dan tidak juga suka mencela.

Tuesday, 27 March 2012

Tadabur Dong...! ^^

0 comments

Lagi-lagi hati saya terketuk oleh pelajaran Prof. Sholahuddin. Gimana enggak, beliau selalu membuat saya merasa malu. Pasalnya saya yang setiap hari berjibaku dengan Al-Qur’an, dari bangun tidur sampai tidur lagi, belum terlalu bisa mentadaburi AL-Qur’an. Padahal banyak sekali ayat-ayat yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari, lingkungan, sosial, dan sains, serta masalah-masalah yang sepele pun telah Allah jelaskan dalam Al-Qur’an. Hanya saja banyak orang yang belum bisa mentadaburinya, hanya sekedar membaca, atau menghafalnya, dan saya termasuk salah satu di dalamnya. Hal ini membuat saya semakin ingin mempelajari Al-Qur’an, menghapalnya, juga bisa mentadaburinya. Saya ingin sekali menjadi Al-Qur’an berjalan, berakhlaq dengan Al-Qur’an, bermuamalah juga dengan Al-Qur’an.

Prof. Sholahuddin membagi pengalaman beliau ketika menghadiri sebuah seminar tentang penafisiran ilmiah Al-Qur’an berhubungan dengan tumbuhan, air, dan hari kiamat. Karena beliau orang pertanian, beliau menceritakan penafsiran ilmiah Al-Qur’an berhubungan dengan tumbuhan. Pembicara menjelaskan tafsir ayat-ayat tentang tumbuhan yang ada di dalam Al-Qur’an. Prof. Sholahuddin, yang juga gurubesar Universitas Sebelas Maret, menyayangkan karena metode penafsiran yang dipakai bukan mengikuti penafsiran yang dicontohkan ulama. Tetapi menggunakan metode penafsiran Antropologi dan Sosiologi, seperti metode penelitian pada umumnya. Bukan hanya itu, sumber yang dipakai kebanyakan diambil dari internet, bukan kitab-kitab tafsir rujukan seperti tafsir Ibnu Katsir, tafsir Ath-Thobari, dan lainnya. Kebetulan pembicara hanya memaparkan tumbuhan-tumbuhan yang tidak ada di Indonesia, seperti kurma, zaitun, habbatus sauda’.

Prof. Sholahuddin menanggapi, alangkah lebih baik apabila yang dibahas adalah yang berhubungan dengan lingkungan Indonesia sekarang. Maksudnya, yang bisa diterapkan di Indonesia. Misalnya saja surat Al-Baqarah ayat 261 :

مَثَلُ الذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ أَمْوَالَهُمْ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ كَمَثَلِ حَبَّتٍ أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِيْ كُلِّ سُنْبُلَةٍمِّائَةُ حَبَّةٍ وَاللهُ يُضَاعِفُ لِمَنْ يَشَآءُ وَاللهُ وَاسِعٌ عَلِيْمٌ

“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.”

Dari ayat di atas, beliau berpendapat alangkah lebih baik apabila ayat ini ditelaah. Allah telah menjelaskan “sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji”. Jika konsep ini dipakai dalam pertanian di Indonesia, dan bisa dibuktikan oleh para peneliti pertanian di Indonesia, maka Indonesia akan menjadi Negara kaya, dan tidak perlu lagi mengimport beras. Bagaimana tidak, sebutir benih padi, menumbuhkan tujuh bulir, dan di tiap bulirnya terdapat seratus biji. Berarti satu tanaman padi bisa menghasilkan 700 butir padi. Prof. Sholahuddin mengatakan bahwa sampai saat ini belum ada tumbuhan padi di Indonesia yang bisa menghasilkan 700 biji pada satu tumbuhan padi, paling banyak hanya 450 biji.

Beliau menggugah kita, harusnya kami lebih kritis dalam berpikir. Maksudnya, jangan hanya sekedar menghapal Al-Qur’an atau membacanya saja. Tapi mencoba untuk sedikit mentadaburinya, wa bil khusus bagi orang-orang yang berjibaku dan memang menekuni bidang tafsir Al-Qur’an. Beliau juga mengatakan : ”Anda (saya dan teman-teman saya) tidak perlu pusing-pusing dan sibuk-sibuk meneliti tanaman padi, karena itu bukan bidang Anda. Justru Anda seharunya menelaah tafsirnya dan menuntut –maksudnya meminta- para pakar pertanian untuk bisa membuktikan tanaman padi dengan 700 biji itu. Sehingga para ahli pertanian tertarik dan termotivasi untuk bisa menelitinya.

Dan saya jadi semakin kagum dan malu dengan beliau. Kagum dengan pemikiran beliau yang mengaitkan sains dengan Al-Qur’an. Karena tidak sedikit ilmuwan yang melakukan dikotomi ilmu pengetahuan, dan memisahkan ilmu-ilmu sains yang ada dengan Al-Qur’an. Saya juga malu dengan beliau, yang memiliki semangat luar biasa untuk bisa menghapal dan mentadaburi Al-Qur’an di usianya yang sudah tidak muda lagi. Sedangkan saya yang masih muda, terkadang kehilangan semangat dan motivasi untuk terus mempelari dan mentadaburi Al-Qur’an.

Makanya, jangan cuma dibaca dan dihapal saja Al-Qur’annya, tapi ditadaburi juga!!!^^

 

Ich bin Muslime ^^ Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template