Alhamdulillah…Allah masih
mengizinkan saya untuk bertemu dengan orang-orang yang menginsparasi. Jadi
ceritanya, kemarin malam ada orang spesial berkunjung ke Ma’had. Beliau adalah
penulis buku-buku parenting dan manajemen keluarga Ibu Irawati Istadi. Kebetulan
anak beliau sedang mengikuti program menghafal Qur’an di sekitar Ma’had. Kedatangan
beliau ke sini sebenarnya bukan yang pertama kali. Ramadhan kemarin beliau
uzlah ke sini mengikuti program Mukhoyam Qur’ani 2. Dan saat Mukhoyam Qur’an 2
kemarin saya belum bisa beristifadah dengan beliau. Alhamdulillah Allah
menggiring langkah beliau ke sini.
Karena tidak ada persiapan ataupun
acara khusus dengan beliau, walhasil hanya sharing dan berbagi cerita bersama
para mahasantriwati di asrama. Alhamdulillahnya saya pas lagi main ke asrma
juga, nostalgia masa-masa boarding. Beliau berbagi tips tentang kepenulisan
bagi teman-teman yang berminat dengan tulis menulis. Bu irawati berpesan, kalau
bias seorang wanita juga harus pandai menulis untuk anak-anaknya kelak. Menulis
adalah metode para ulama dalam mengikat ilmu. Tidak perlu memulai dengan menulis
tulisan berat, cukuplah dengan membuat review atau ringkasan buku-buku yang
sudah dibaca.
Selain tentang kepenulisan beliau
juga berbagi tentang parenting dan pengalaman beliau mendidik keenam anaknya
melalui homeschooling. Nah ini dia yang saya tunggu-tunggu. Kebetulan saya
lagi senang menimba ilmu tentang homeschooling. Kami berencana untuk
menerapkan pendidikan homeschooling di rumah. Tapi sebagai ibu muda dan
belum makan asam garam dalam mendidik anak masih ragu dan nggak pede untuk
memulai homeschooling. Saya merasa ilmu saya masih sangat kurang untuk
menerapkan sistem homeschooling pada Adibah. Apakah saya mampu
mengajarkan banyak hal kepada Adibah? Apalagi saya bukan orang yang sangat
kreatif. Bisakah saya mengajarkan Adibah ilmu-ilmu yang didapat oleh
teman-temannya yang duduk di bangku sekolah? Dan yang terpenting adalah bisakah homeschooling dilakukan while i'm not a stay at home mommy?
Alhamdulillah kegalauan dan
kegundahan saya terjawab. Saya bertanya kepada Bu Ira bagaimana caranya memulai
homeschooling dan menumbuhkan kepercayaan diri untuk memulai. Beliau
memberi solusi mintalah taufiq dari Allah dan mulailah. Jangan takut untuk
memulai. Di awal kita masih bingung menentukan metode yang tepat. Berbagai macam
metode kita coba. Seiring dengan berjalannya waktu kita bisa menemukannya.
Bu Irawati mengatakan bahwa homeschooling
adalah kewajiban bagi para orangtua. Jika kita flashback sejarah,
Ulama-ulama besar adalah produk homeschooling orangtuanya. Mereka
ditempa sedari dini oleh orangtuanya sendiri. Terutama pada usia 0 sampai usia
sekolah dasar. Misalnya saja Muhammad bin Idris asy-syafi’i dilepas ibunya untuk
menuntut ilmu keluar kurang lebih ketika berusia 10 tahun. Adapun usia dibawah
itu, ibunya sendiri yang mengambil peran sebagai guru.
Untuk masalah kapan idealnya homeschooling
itu dimulai, Bu Irawati mengatakan bisa dimulai sedini mungkin. Bahkan ketika
anak masih dalam kandungan. Bagi kita ummat Islam, kita bisa mengenalkan al-Qur’an
kepada anak sedini mungkin. Usahakan hal yang pertama kali diajarkan kepada
anak adalah al-Qur’an. Beliau menambahkan, anak yang diperkenalkan dengan
al-Qur’an sedini mungkin lebih mudah dididik dan adabnya pun terjaga. Ulama-ulama
terdahulu pun hal yang pertama mereka pelajari adalah al-Qur’an.
Adapun hal-hal yang perlu dipersiapkan
untuk memulai homeschooling adalah :
- Ilmu tentang homeschooling itu sendiri. Ini sudah sebuah keniscayaan. Karena tidak mungkin kita memulai homeschooling tanpa tau apa itu homeschooling dan bagaimana cara menerapkannya.
- Kurikulum. Sama halnya dengan sekolah formal, dalam homeschooling juga harus ada kurikulum, agar target yang ingin dicapai jelas. Dan orang tua dituntut untuk kreatif membuat kurikulam agar target yang diinginkan tercapai dan KBM tidak monoton.
- Pola hidup atau jadwal kegiatan sesuai dengan kondisi rumah dan lingkungan. Termasuk di dalamnya manajemen atau perencanaan yang rapi dan fasilitas.
- Dukungan keluarga. Minta tolong kepada kakak, adik ataupun kakek nenek dalam program homeschooling ini. Setidaknya beri pemahaman kepada keluarga bahwa kita akan menerapkan metode homeschooling untuk anak kita.
- Kurikulum wajib, yaitu al-Qur’an, Aqidah, Hadist, Akhlak, Shiroh, Berhitung dan menulis. Menulis disini berarti bukan sekedar menulis melainkan menuangkan ide atau apa yg ada dalam pikiran dan perasaannya ke dalam sebuah tulisan. Para ulama pun melestarikan ilmunya dengan tulisan.
- Kurikulum khas, yaitu kegiatan atau pembelajaran yang sesuai dengan passion anak. Biasanya passion atau minat bakat anak sudah terlihat pada usia 7-8 thn. Untuk usia dibawah itu bisa digali minat bakatnya dengan stimulasi dan eksplorasi sebanyak-banyaknya
- Dasar-dasar sains
- Teladan, yang penting anak melihat kita bergerak.
- Melibatkan anak dalam tantangan hidup keseharian
- Mengenali fase peka belajarnya.
- Ketika anak senang Lanjutkan dan ketika anak jenuh, Hentikan.
- Awali dengan mengajar al-Qur’an sedini mungkin. Kurangi multimedia perbanyak Menghafal dan mendengarkan al-Qur’an. Berikan memori sebanyak-banyaknya tentang al-Qur’an.
Dan yang terpenting adalah orang
tua harus mulai menumbuhkan motivasi intrinsik pada anak sedini mungkin. Sehingga
anak bisa menyadari bahwa hal-hal yang dilakukannya atas kesadaran diri mereka
dan bukan karena paksaan atau faktor orang lain. Saya masih ragu, apakah saya
mampu mengajarkan kepada Adibah untuk sholat tanpa harus dioyak-oyak. Bismillah
semoga Allah memudahkan kami untuk mendidik generasi Rabbani. Terakhir,
niatkan kuat, jalankan maksimal, kesampingkan segala penilaian manusia,
pasrahkan hasilnya lillah. . Kami bertekad mengajarkan Adibah Qur’an
sebelum ilmu lainnya. Mohon doanya agar Allah memudahkan kami mendidik Adibah menjadi
seorang ahlul qur’an yang berakhlaq mulia. Aamiin.
Wallahu a’ lam bisshowab
0 comments:
Post a Comment