Setiap
Muslim memimpikan untuk hidup bersama Al-Qur’an. Mengingat banyak sekali
keutamaan yang didapatkan bagi orang yang hidup bersama Al-Qur’an. Orang-orang
yang senantiasa mempelajari, membaca, menghafalkan, dan mengamalkan Al-Qur’an dinobatkan
sebagai keluarga Allah. Para keluarga Allah ini memiliki kedudukan khusus di
sisi-Nya. Tak heran jika predikat manusia terbaik ini disematkan kepada mereka
yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya.
Setiap
orang sebenarnya memilki kemampuan untuk menghafal Qur’an. Karena sejatinya
Al-Qur’an telah terprogram dalam otak setiap kita. Akan tetapi hanya hamba yang
mendapatkan taufik dari Allah yang bisa menjernihkan otaknya dan mampu membuka
program ini lalu mengunduhnya dalam kehidupan nyata melalui berbagai sarana.
Tidak
harus menjadi orang pintar dengan IQ tinggi untuk bisa menghafal Qur’an. Siapapun
bisa menghafalnya, karena Allah telah menggaransi bahwa Al-Qur’an mudah
dihafal. Allah bahkan menggaransi hal itu sebanyak empat kali dalam surat
Al-Qamar. Sesungguhnya Kami telah memudahkan al-Qur’an untuk diingat, maka
adakah yang mau mengambil pelajaran? Berbekal tekad yang kuat dan usaha
yang maksimal, dengan izin Allah cita-cita menjadi hamalatul Qur’an bisa
tercapai. Satu-satunya kesulitan terberat dalam menghafal Al-Qur’an
adalah ketika seseorang tidak memiliki tekad dan keinginan yang kuat.
Aktivitas
yang padat dan kesibukkan ternyata tidak menghalangi seseorang untuk bisa
menghafal Al-Qur’an. Banyak orang-orang sibuk dari berbagai profesi memiliki
tekad yang tinggi untuk bisa menjadi keluarga Allah nan mulia ini. Pekerjaan
yang mereka lakukan bukanlah penghalang untuk meraih mimpi agung untuk menjadi
sebaik-baik manusia. Berbagai cara mereka lakukan untuk bisa menjadi penghafal
Al-Qur’an. Sekalipun harus menghafal di tengah padatnya lalu lintas menunggu
lampu merah.
Kebanyakan
orang ketika menanti lampu merah di jalan biasanya hanya dimanfaatkan untuk
melihat-lihat mobil yang ada di depan atau kanan kirinya. Ada yang menunggu
lampu hijau sambil melamun, bahkan mungkin ada yang menyikapinya dengan
menggerutu, mencaci maki, atau kejengkelan lainnya karena perjalanannya
terhambat. Sebenarnya, kondisi yang pada umumnya menjadikan banyak orang merasa
jengkel ini dapat diubah menjadi sebuah berkah. Misalnya saja seperti yang
dilakukan oleh Syeikh Yahya bin Abdurrazaq al-Ghautsaniy yang menghafalkan
matan Alfiyah Ibnu Malik (matan bahasa Arab) dan Syeikh ‘Abdul Fatah
al-Marsofii yang berhasil menyelesaikan hafalan matan ath-Thoyyibah
(matan Qiraah Asyroh) selama perjalanan.
Ada sebuah
kisah seorang pemuda yang berhasil menghafalkan surat Al-Baqarah saat menanti
lampu merah di persimpangan jalan. Pemuda ini sengaja menyimpan mushaf di
mobilnya. Ketika lampu merah menyala, ia mencuri waktu untuk membuka mushaf.
Yang ia lakukan bukan hanya sekedar membaca mushaf itu. Ia mencoba menghafalkan
satu dua baris ayat Al-Qur’an. Bahkan ia berhasil menyelesaikan hafalan surat
Al-Baqarah sepenuhnya di tengah lampu merah yang bagi banyak orang dianggap
sebagai waktu menjengkelkan. Subhanallah...
Ada
metode khusus yang bisa dilakukan bagi yang berminat menghafal selagi menunggu
lampu merah. Metode ini disebutkan dalam kitab Kaifa Tahfazhul Qur’an
Al-Kariim (Bagaimana Cara Menghafal Al-Qur’an Al-Karim) karya Dr. Yahya bin
Abdurrozaq Al-Ghautsaniy.
Adapun
metodenya, Anda dapat mengkopi lembaran mushaf yang hendak dihafal. Letakkan foto
kopian mushaf tadi di depan mobil dan usahakan tidak mengganggu pemandangan
Anda ketika menyetir. Ketika hendak berangkat ke kantor ataupun aktivitas
lainnya di pagi hari, bacalah ayat pertama pada lembaran mushaf yang difoto
kopi tadi. Ulangi bacaan tadi selama perjalanan.
Kemudian
ketika Anda merasa bahwa ayat tadi sudah mudah dihafal, ulangi bacaan ayat tadi
tanpa melihat mushaf. Saat berhenti di lampu merah, baca ayat selanjutnya
berulang-ulang. Ketika sudah berganti dengan lampu hijau, ulangi ayat tadi
tanpa melihat mushaf dan mulailah menghafal ayat tersebut.
Yang
perlu diperhatikan dalam menerapkan metode ini adalah penjagaan terhadap
lembaran mushaf yang difoto kopi tadi. Simpan foto kopian lembaran mushaf tadi
setelah dihafal, bisa jadi sewaktu-waktu Anda masih membutuhkan lembaran itu. Akan
lebih baik bila lembaran-lembaran mushaf tadi dilaminating supaya lebih terjaga
dan lebih rapi. Jangan meletakkan lembaran tadi sembarangan, karena lembaran
itu berisi kalamullah yang harus kita agungkan.
Metode
ini bisa juga diterapkan bagi orang-orang yang berpergian dengan kendaraan
umum. Bagi Anda yang berkendaraan umum atau yang tidak duduk di belakang
kemudi, sangat memungkinkan untuk mempraktekkan metode ini. Syeikh Abdul Karim
Al-Yamani, seorang penggiat Tahfizhul Qur’an dari Hay’ah Litahfizhil
Qur’anil Karim (Lembaga Internasional untuk Tahfizhul Qur’anil Kariim), mengatakan
bahwa sangat memungkinkan untuk menghafal Qur’an saat lampu merah di Indonesia,
terutama kota besar seperti Jakarta. Banyaknya lampu merah dan seringnya macet
memungkinkan seseorang untuk menghafal Qur’an selama perjalanan.
Syeikh
Suud Suraim, seorang Imam Masjidil Haram yang hafalannya sangat mutqin ternyata
juga memanfaatkan lampu merah untuk menghafal Al-Qur’an. Beliau menyelesaikan hafalan
surat an-Nisaa di lampu merah. Subhanallah...
Nah..
daraipada melamun tidak jelas atau malah marah-marah, lebih baik kita
manfaatkan waktu menunggu lampu merah dengan hal bermanfaat dan berbarakah. Bisa
menghafal Qur’an, membaca kitab, ataupun berzikir.
Wallahu
a’lam bishowab
0 comments:
Post a Comment