Dokumen Pribadi |
Dua hari yang lalu saya diajak jalan-jalan ke gedung MIT Isy Karima. Dan
saya sangat tidak menyesal berkunjung ke sana, karena banyak hal baru yang saya
pelajari. Saya baru tahu, ternyata sejak dua minggu lalu ada program baru yang
diterapkan asatidz di MIT Isy Karima ini. Program mulazamah untuk beberapa anak
pilihan. Dan yang lebih luar biasa pengajarnya didatangkan langsung dari Mesir,
Syeikh Ramadhan bersama istri.
Kelas anak-anak yang mengikuti mulazamah disendirikan dengan anak-anak
lain. Mereka belajar 5 hari dalam seminggu. Empat hari untuk pelajaran tahfizh,
bahasa arab dan hadits. Sedangkan satu hari untuk pelajaran sains, bahasa
inggris, bahasa indonesia dan matematika. Iri, envy bin jealous banget sama
mereka. Gimana enggak? Mereka sudah mulai menghafal al-Qur’an dan hadits arbain
di usia belum genap sepuluh tahun. Bukan hanya itu, mereka bisa menghafal surat
at-Tahrim, ath-Thalaq dan ath-Thagabun.
Sangat appreciate sama program yang diadakan sama Isy Karima ini.
Anak-anak spesial ini sibuk menghafal al-Qur’an sementara teman-teman lain
seusianya ‘dieksploitasi’ orang tuanya untuk mengikuti berbagai kontes
menyanyi, dancing ataupun modeling.
Kalau di MIT Isy Karima masih ada program seperti ini, Insya Allah aku mau
nyekolahin anakku di sini. Celotehku spontan.
Gelak tawa cetar membahana. Teman-teman yang mendengar celotehanku sontak tertawa. Hey
Rahma... jauh banget pikiran kamu. Nikah aja belom. Ucap seorang teman.
Bapak sering berpesan “Din...kamu harus punya cita-cita, anak-anak kamu nanti
lulus SMP harus sudah hafal Qur’an. Sehingga nanti ketika SMA atau kuliah dia bisa menekuni ilmu
lainnya. Lihat ulama-ulama terdahulu mereka hafal Qur’an di usia belia kan. Jadi setelah itu
mereka bisa belajar ilmu lainnya.
Entah itu kedokteran, hadits, fiqh, teknik, arsitek, atau ilmu lainnya.”
Kenapa harus lulus SMP? Kenapa nggak sekalian
lulus SD aja pak. Dan nggak cuma hafal Qur’an, tapi juga hafal hadits arba’in
kalau bisa sekalian alfiyah ibnu malik sama matan ushulus tsalatsah. Nih orang super PeDe banget yak. Berarti orang
tuanya kudu jadi orang tua super dulu nih.
Banyak orang tua yang memiliki pola pikir bahwasanya menghafal al-Qur’an
hanya akan menghabiskan waktu. Lebih penting mendalami matematika, fisika,
maupun bahasa inggris daripada harus menghafal Qur’an. Padahal menghafal Qur’an
dapat mencerdaskan otak. Contoh nyata yang saya saksikan adalah anak-anak
program mulazamah. Mereka hanya menyentuh matematika seminggu sekali. Tapi,
mereka dengan mudahnya memahami pelajaran hanya dengan satu kali penjelasan
dari gurunya. Subhanallah...
Ternyata menghafal al-Qur’an dapat mencerdaskan otak. Buktinya terdapat
pada sosok Ibnu Sina, orang yang buku dan tulisannya menjadi pedoman
pembelajaran ilmu kedokteran di seluruh dunia. Sebelum
mempelajari ilmu lainnya, beliau menghafal al-Qur’an terlebih dahulu. Ada lagi al-Khawarizmi yang hingga
kini teori algoritmanya di pakai oleh seluruh matematikawan dunia. Beliau
memulai semuanya dengan menghafal al-Qur’an.
Hebatnya
lagi, banyak generasi terdahulu
yang menghafal
al-Qur’an dan dapat menguasai tidak hanya satu disiplin ilmu
saja. Tetapi juga berbagai macam disiplin ilmu, baik itu ilmu syar’i ataupun ilmu umum. Misalnya saja Ibnu Sina, beliau tidak hanya
menguasai ilmu kedokteran. Ibnu Sina juga ahli dalam masalah fiqih, tafsir, dan
bahasa arab. Adalagi Imam Ghazali yang bukan hanya seorang filsuf Islam, tapi juga mahir
dalam logika dan kosmologi. Subhanallah, semua itu bermulai dari menghafal al-Qur’an.
Para psikolog modern menyebutkan bahwa
tingkat perkembangan intelektual otak anak, sejak lahir sampai usia 4 tahun
mencapai 50%. Oleh karena itu, pada masa empat tahun pertama ini sering disebut
sebagai Golden Age (masa keemasan), karena si anak mampu menyerap dengan
cepat setiap rangsangan yang masuk. Si anak akan mampu menghafal banyak sekali
informasi, seperti perbendaharaan kata, nada, bunyi-bunyian dan sebagainya.
Hingga usia 8 tahun, anak telah memiliki tingkat intelektual otak sekitar 80%.
Perkembangan intelektual otak ini relatif berhenti dan mencapai kematangannya
(100%) di usia 18 tahun.
Salah jika ada orang yang berpandangan bahwa
melatih dan mendidik hafalan al-Qur’an pada anak dapat mengganggu kecerdasan
berfikirnya. Justru malah sebaliknya, melatih anak menghafalkan al-Qur’an malah
dapat meningkatkan kecerdasannya.
Dalam sebuah seminar konseling dan
psikoterapi islam, Dr. Nurhayati, seorang peneliti dari Malaysia mengemukakan
hasil risetnya bahwa bacaan Al-Qur’an ternyata dapat meningkatkan IQ bayi yang
baru lahir. Dalam penelitiannya, beliau mengungkapkan bagaimana seorang bayi
yang berusia 48 jam langsung memperlihatkan reaksi wajah ceria dan sikap yang
lebih tenang begitu diperdengarkan suara al-Qur’an. Subhanallah...!
Dr. Nurhayati juga mengatakan bahwa jika
mendengarkan musik klasik saja, dianggap dapat mempengaruhi kecerdasan
intelektual (IQ) dan emosi (EQ). Maka bacaan al-Qur’an tentu manfaatnya lebih
besar lagi, bahkan berlipat. Bacaan al-Qur’an mampu mempengaruhi IQ, EQ dan SQ
sekaligus.
Tahfizh al-Qur’an di usia kanak-kanak akan
melatih sensitifitas indera pendengaran mereka. Semakin sensitif indera
pendengaran anak mendengar lafazh-lafazh ayat al-Qur’an yang diabacakan, maka
semakin mudah anak menjadi fasih mengulang bacaan yang didengarnya.
Selain itu, tahfizh al-Qur’an dapat melatih
anak untuk berkonsentrasi tinggi. Semakin banyak ayat yang bisa dihafal oleh
anak dan hafalannya terpelihara dengan baik, berarti konsentrasi anak akan
semakin tinggi. Biasanya, semakin banyak ayat yang dihafal, maka semakin cepat
pula untuk menghafal ayat-ayat lainnya. Hal ini mengindikasikan bahwa terjadi
proses perbaikan konsentrasi menjadi semakin tinggi, seiring bertambahnya
ayat-ayat al-Qur’an yang dihafal.
Dari semua ilmu, ilmu Qur’anlah yang paling utama. Dari semua kitab (buku) al-Qur’anlah
yang paling mulia. Jika kita mempelajari al-Quran dan berinteraksi dengannya,
sejatinya kita sedang mengambil jalan kemuliaan dihadapan Allah sang pemilik
ilmu.
Dan karenanyalah,
Insya Allah sang penghafal al-Quran akan mendapat jaminan kemudahan dari Allah subhanahu wa ta’ala dalam dua bentuk, kemudahan mempelajari al-Quran (al-Qamar:17) dan karunia kemudahan pada ilmu-ilmu yang lain (QS Al-Mujadilah:11).
Masih ingat dengan Tabarak, Yazid dan Zaeenah. Anak-anak luar biasa yang
sudah menjadi keluarga Allah (penghafal Qur’an) di usia yang masih sangat muda
4,5 tahun. Ayah mereka, Dr. Kamil Labudi bercerita bahwa prestasi anak-anaknya
terbilang baik di sekolah. Hafalan Qur’an yang mereka miliki memudahkan mereka
mempelajari ilmu lainnya.
Nah... yang mau anak-anaknya atau adik-adiknya atau sepupunya atau
ponakannya pintar, mulai ajari mereka untuk menghafal Qur’an sejak usia dini. Karena
menghafal di waktu kecil bagai mengukir di atas batu. Eits... kita juga jangan
mau kalah sama adik-adik kecil itu. Mari kita mulai menghafal Qur’an sedikit
demi sedikit. Karena orang yang tidak mempunyai hafalan al-Qur’an sama sekali
bagaikan rumah yang roboh.
Menghafal al-Qur’an bukanlah suatu hal yang sulit. Sebenarnya al-Qur’an itu
telah terprogram dalam otak kita. Akan tetapi hanya hamba yang mendapatkan
taufik dari Allah yang bisa menjernihkan otaknya sehingga bisa membuka program
ini dan mengunduhnya dalam kehidupannya yang nyata melalui berbagai sarana. Dan
Allah telah menggaransi hal itu dalam surat
al-Qamar. Bahkan Allah mengulangnya sebanyak empat kali, Sesungguhnya
Kami telah memudahkan al-Qur’an untuk diingat, maka adakah yang mau mengambil
pelajaran?
Wallahu ta’ala a’lam
0 comments:
Post a Comment