Produk halal bagi seorang Muslim
adalah sebuah keniscayaan. Wajib hukumnya bagi seorang Muslim memperhatikan
kehalalan makananannya, minumannya maupun pakaiannya. Tak salah rasanya jikalau
Allah dan Rasul-Nya memerintahkan kita untuk mengkonsumsi yang halal dan
menjauhi yang haram. Karena halal adalah syarat diterimanya doa.
Masih ingat dengan kisah Sa’ad
bin Abi Waqash yang dengan gigihnya menahan kantuk dan dingginnya malam untuk
menjaga Rasulullah? Sang pemanah ulung ini dengan sigap mengajukan dirinya
tatkala Nabi bertanya “Adakah kiranya lelaki shalih yang malam ini bersedia
menjaga kami?”. Kemudian di saat Sa’ad menyiapkan air wudhu untuk Rasulullah,
dengan bijak bestari Nabi bertanya, “Wahai Sa’ad mintalah sesuatu padaku. Aku akan
memintakannya kepada Allah untukmu”. Dengan santun pemanah yang dalam 100
bidikan tidak pernah meleset ini berkata, “Ya Rasulullah, mohonkan kepada Allah
agar doaku mustajab.” Seraya tersenyum, Rasulullah menjawab, “Wahai Sa’ad,
baikanlah makananmu (pilihlah makanan yang halal), niscaya doamu mustajab.”
Itulah mengapa wajib hukumnya
bagi kita memperhatikan kehalalan makanan maupun minuman yang kita konsumsi. Ada
lagi sebuah kisah yang Rasulullah ceritakan kepada para sahabatnya saat beliau
membacakan surat al-Mu’minun ayat 51 dan al-Baqarah ayat 168. Ceritanya ada seorang
musafir yang menempuh perjalanan jauh hingga rambutnya kusut dan kotor. Ia tersesat
dalam teriknya padang pasir dalam keadaan berpuasa. Bekal yang ia bawa habis
dicuri temannya. Kemudian ia menengadahkan kedua tangannya ke langit seraya
berdoa ”Ya Rabb… Ya Rabb…!”.
“Padahal makanannya haram,
minumannya haram, pakaiannya haram, dan ia kenyang dengan barang haram…”, ucap Rasul.
“Lantas bagaimana mungkin doanya akan diijabah…”, lanjut beliau (hadits ini
diriwayatkan oleh Muslim). Jika kita cermati orang yang diceritakan Rasulullah
ini termasuk orang yang doanya mustajab. Bagaimana tidak, ia adalah seorang
musafir yang sedang berpuasa dan dizalimi, berdoa seraya mengangkat tangannya. Tapi
sayang, hal-hal haram yang melekat ditubuhnya menghalangi doa yang ia haturkan
diijabah Allah.
Agaknya orang-orang kafir mafhum
bahwa halal sangatlah penting bagi umat Islam. Orang-orang kafir sepertinya
paham betul bahwa halal adalah sebab diterimnya doa seorang Muslim. Oleh karena
itu, mereka dengan gigih berupaya mendekatkan umat Islam dengan barang haram. Ditawari
daging babi, anjing, darah, bangkai, ataupun khamr tentu umat Islam tidak akan
mempan. Karena setiap Muslim sudah mafhum apa-apa saja yang halal dan mana saja
yang haram. Terlebih Allah sudah menyebutkannya dengan gamblang dalam surat
al-Maidah ayat 3. Makanya mereka menggunakan siasat lain dengan
mengkombinasikan haram dengan halal. Bukankah akan menjadi perpaduan yang
sempurna? Dengan begini hal yang haram tidak akan terdeteksi dan tertutupi
dengan hal yang halal.
Tenang kawan, masyarakat Indonesia
kan mayoritas Muslim. Sayangnya kondisi ini belum bisa menjamin penduduk
Indonesia bebas dari mengonsumsi sesuatu yang tak mengandung babi. Gelatin
misalnya, bahan yang biasa digunakan sebagai bahan baku pembuatan kapsul, pelapis
vitamin, dan tablet, bahkan bahan baku makanan seperti permen, krim, karamel,
selai, yoghurt, susu olahan, dan sosis.
Gelatin dibuat dari bahan yang
kaya kolagen seperti kulit dan tulang. Baik itu dari babi, sapi maupun hewan
lainnya. Nah.. kalau dibuat dari kulit dan tulang sapi atau hewan besar
lainnya, prosesnya lebih lama. Penetral yang dibutuhkan juga lebih banyak. Sehingga
biaya yang dibutuhkan untuk memproduksi gelatin sapi jauh lebih mahal.
Lain halnya dengan gelatin dari
babi. Gelatin dari babi jauh lebih murah. Soalnya babi mudah diternak. Pangannya
juga mudah, kan babi bisa makan apa aja. Bahkan anaknya sendiri pun dimakannya.
Babi juga bisa hidup dalam kondisi bagaimanapun. Ia bisa hidup dengan tenang di
tempat sangat kotor sekalipun. Dari segi pertumbuhan, babi cukup menjanjikan.
Seekor babi bisa melahirkan dua puluh anak sekaligus. Tak heran rasanya kalau
gelatin dari babi lebih banyak diproduksi daripada sapi.
Siapa sangka bahwa hingga detik
ini Indonesia masih 100 persen mengimpor gelatin. Padahal sekitar 50 persen
produksi gelatin di dunia menggunakan kulit babi. Kebutuhan gelatin di
Indonesia diimpor dari beberapa negara seperti Cina, Australia, dan beberapa
negara Eropa. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) 2007, jumlah impor
gelatin mencapai 2.715.782 kg dengan nilai 9.535.128 dolar AS. (http://www.republika.co.id/berita/breaking-news/nasional/09/05/15/50310-gelatin-kulit-babi-vs-kulit-sapi)
Ironisnya lagi, di negara sebesar
Indonesia, belum ada satu industri pun yang melirik untuk memproduksi gelatin
di dalam negeri. Bisa jadi makanan yang kita konsumsi ternyata mengandung babi.
Tapi bentuknya bukan daging babi lagi, melainkan sudah melebur dengan yoghurt, sosis, marsmallow atau obat-obatan yang kita konsumsi.
Lho Indonesia kan punya
lembaga super keren pemberi stempel halal. Kan kita tinggal milih barang-barang
yang sudah ada label halalany. Emang yakin bisa kayak gini? Pernah beli
bala-bala yang ada label halalnya? Atau beli es doger berlogo halal? Atau makan
bakso yang udah distempel halal?
Sayangnya belum semua produk
makanan ataupun minuman di Indonesia berlabel halal. Makanan kemasan mungkin
masih bisa diatasi dengan diberi label halal. Tapi makanan model bala-bala,
cilok, jojorong, cimol, pempek, cireng, molen, gethuk, bika ambon, es doger
atau putu ayu emang bisa dikasih label halal. Please deh… makanan kaya gini
mah udah pasti halal kali Mbak! Eits… siapa bilang? Kita nggak tahu kan
kalau tepung yang digunakan itu mengandung bahan apa aja. Bisa jadi tepungnya
ternyata mengandung babi atau khamr.
Orang-orang kafir akan selalu
berusaha membiasakan umat Islam dengan barang haram agar doanya tidak diijabah.
Karena mereka tau bahwa doa adalah senjata ampuhnya Umat Islam. Buktinya dengan
doa, Rasulullah dan pasukannya bisa menang dalam perang Badr meskipun hanya
membawa 300-an pasukan. Disodorin barang haram, Muslim mana mau? Makanya mereka
menyiasatinya dengan mencampurkan barang haram itu dengan barang halal. Atau
mengganti sebutannya, misalnya khamr diganti jadi wine atau rum.
Disadari atau tidak, ternyata
hal-hal haram ada di sekeliling kita. Bahkan mungkin bersemayam dalam perut
kita. Sayangnya hal ini sulit dielakkan di tengah jaman yang padahal semakin
maju ini. Oleh karena itu kita perlu mencermati makanan, minuman, kosmetik,
pakaian atau apapun yang kita konsumsi dan kita kenakan. Jadi orang pilih-pilih
nggak masalah kan untuk memastikan yang kita konsumsi hanya yang halal. Yang paling
penting jangan lupa baca bismillah sebelum makan dan minum. Ditambah bismillahilladzi
laa yadhurru ma’asmihi sya’un fil ardhi wa laa fii samaa juga nggak papa.
Saya punya ide buat para ilmuwan.
Kayanya perlu deh diciptakan alat yang bisa membuat alat pendeteksi makanan
halal. Alat ini harus ringan dan mudah dibawa ke manapun. Jadi nanti kalau mau
makan atau minum, tinggal dekatkan alat ini ke makanan atau minuman yang mau
dikonsumsi. Kalau ternyata makanan or minumannya mengandung zat haram alat ini
bunyi kaya metal detector. Keren kan? Buat Anda para ilmuwan atau calon
ilmuwan, mangga lah dibuat alat kaya gini. Lumayan kan bisa jadi amal jariyah
bekal di akhirat. Caranya gimana, saya nggak tahu. Silahkan eksplor seluruh ilmu
yang Anda miliki.
Wallahu ta’ala a’lam
0 comments:
Post a Comment