“Koq panas banget yah”
“Brrrrr....dingin banget tau”
“Aku capek!”
Disadari atau tidak hampir setiap hari kita mengeluh. Berbagai macam keluh kesah sering keluar tanpa diminta dari si lidah tak bertulang. Wajar saja kalau manusia sering berkeluh kesah. Sifat manusia yang satu ini sudah Allah sebutkan 1400 tahun yang lalu dalam al-Qur’an. Allah berkalam dalam surat al-Ma’arij ayat 19 :
إِنَّ الْإِنْسَانَ خُلِقَ هَلُوعًا
“Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat suka mengeluh.”
Berikutnya pada ayat 20 Allah menyebutkan :
إِذَا مَسَّهُ الشَّرُّ جَزُوعًا
“Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah,”
Ibnu Katsir dalam Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim menjelaskan maksud dari ayat ini. Maksdunya adalah jika dia ditimpa oleh suatu hal yang menyusahkan, maka dia akan gusar dan mengeluh. Hatinya pun menjadi hancur karena rasa takut yang luar biasa menyeramkan dan karena putus asa dari mendapatkan kebaikan.
Dan di ayat berikutnya ayat 21 Allah menyebutkan :
وَإِذَا مَسَّهُ الْخَيْرُ مَنُوعًا
“Dan apabila mendapat kebaikan dia jadi kikir,”
Maksudnya jika dia mendapatkan kenikmatan dari Allah, maka dia sangat kikir memberikannya kepada orang lain dan menolak memberikan hak Allah dari nikmat yang didapatkannya tersebut.
Ini adalah sifat manusia yang Allah sebutkan dalam surat al-Ma’arij. Bener kan sifat manusia kaya gini? Pas lagi susah ditimpa musibah berbagai macam keluh kesah dari A sampai Z keluar dari mulut. Eh pas udah nggak susah dan lagi hidup enak diberi kecukupan harta jadi kikir pelit bin medit. Zakat nggak mau apalagi shodaqoh.
Eits tapi tunggu dulu. Ternyata nggak semua manusia itu biasa berkeluh kesah dan kikir. Ternyata Allah masih memberikan eksepsi, nggak semua orang itu suka berkeluh kesah dan kikir. Mari kita baca ayat selanjutnya. Pada ayat 22 Allah menyebutkan eksepsinya :
إِلَّا الْمُصَلِّينَ
“Kecuali orang-orang yang melaksanakan shalat,”
الَّذِينَ هُمْ عَلَى صَلَاتِهِمْ دَائِمُونَ
“Mereka yang tetap setia melaksanakan shalatnya,” (al-Ma’arij : 23)
Maksud ayat di atas menurut Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu adalah orang-orang yang senantiasa menjaga waktu sholatnya. Uqbah bin Umar radhiyallahu anhuma menyatakan, yang dimaksudkan dengan daaimuun di sini berarti tenang dan khusyu’.
Allah juga berkalam dalam surat al-Mu’minun ayat 1-2 :
قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ (1) الَّذِينَ هُمْ فِي صَلَاتِهِمْ خَاشِعُونَ (2)
“Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam sembahyangnya,”
Darinya muncul kata-kata al-maa ad-daaim yaitu air yang diam dan tenang. Dan itu menunjukkan diwajibkannya tuma’ninah dalam shalat. Sebab orang yang tidak tuma’ninah dalam ruku’ dan sujudnya berarti dia tidak tenang dalam shalatnya. Karena dia tidak diam di dalamnya dan tidak juga tenang, tetapi dia justru bergerak-gerak seperti gerakan burung gagak sehingga dia tidak mendapat keberuntungan. Dan ada juga yang berpendapat yang dimaksudkan dengan hal itu adalah orang-orang yang jika mereka mengerjakan suatu perbuatan, mereka selalu mengerjakannya secara terus-menerus dan mantap, sebagaimana yang disebutkan di dalam hadits shahih, dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha dari Rasulullah :
أَحَبُّ الْأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ
“Amal perbuatan yang paling disukai Allah adalah yang dilakukan secara terus menerus (rutin) meski hanya sedikit.”
وَالَّذِينَ فِي أَمْوَالِهِمْ حَقٌّ مَعْلُومٌ (24) لِلسَّائِلِ وَالْمَحْرُومِ (25)
“Dan orang-orang yang dalam hartanya disiapkan bagian tertentu, bagi orang (miskin) yang meminta dan tidak meminta.” (al-Ma’arij : 24-25)
Kemudian pada ayat 26 :
وَالَّذِينَ يُصَدِّقُونَ بِيَوْمِ الدِّينِ (26) وَالَّذِينَ هُمْ مِنْ عَذَابِ رَبِّهِمْ مُشْفِقُونَ (27)
“Dan orang-orang yang mempercayai hari pembalasan, Dan orang-orang yang takut terhadap azab Tuhannya.” (al-Ma’arij : 26-27)
Menurut Ibnu Katsir mereka adalah yang meyakini hari kebangkitan, hisab, dan pembalasan. Mereka mengerjakan amal orang-orang yang takut akan hukuman. Mereka takut dan khawatir, karena tidak ada seorangpun dari orang-orang yang memahami perintah Allah yang merasa aman dari siksa itu kecuali yang mendapatkan pengamanan dari Allah.
"وَالَّذِينَ هُمْ لِفُرُوجِهِمْ حَافِظُونَ
“Dan orang-orang yang memelihara kemaluannya,” (al-Ma’arij : 29)
Ibnu Katsir menjelaskan dalam tafsirnya, mereka adalah orang-orang yang menjaga dari hal-hal yang haram dan menghindarkan untuk meletakkannya tidak pada apa yang diizinkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala.
وَالَّذِينَ هُمْ لِأَمَانَاتِهِمْ وَعَهْدِهِمْ رَاعُونَ
“Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya.” (al-Ma’arij : 32)
Maksud dari ayat di atas adalah jika mereka dipercaya maka mereka tidak berkhianat. Jika berjanji, mereka tidak mengingkari. Dan inilah sifat orang mu’min, adapun kebalikannya adalah sifat orang munafik.
"وَالَّذِينَ هُمْ بِشَهَادَاتِهِمْ قَائِمُونَ
“Dan orang-orang yang memberikan kesaksiannya.” (al-Ma’arij : 33)
Mereka adalah orang-orang yang senantiasa menjaga kesaksiannya, tidak memberikan tambahan atau pengurangan padanya serta tidak pula menyembunyikannya.
وَالَّذِينَ هُمْ عَلَى صَلَاتِهِمْ يُحَافِظُونَ
“Dan orang-orang yang memelihara shalatnya.” (al-Ma’arij : 34)
Mereka adalah orang yang senantiasa memelihara waktu shalat, rukunnya, hal-hal wajib dan sunnah-sunnah dalam sholat. Allah mengawali eksepsi orang-orang yang tidak mengeluh adalah mereka yang senantiasa menjaga sholatnya. Allah juga mengakhirinya juga dengan orang-orang yang senantiasa menjaga sholatnya. Ada hikmah di balik pengulangan ayat ini. Hal ini menunjukkan bahwa perhatian terhadap shalat serta isyarat akan kemuliannya. Kemuliaan mereka Allah sebutkan dalam surat al-Mu’minuun ayat 10-11 :
أُولَئِكَ هُمُ الْوَارِثُونَ (10) الَّذِينَ يَرِثُونَ الْفِرْدَوْسَ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ (11)
“Mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi, (yaitu) yang akan mewarisi surga Firdaus. Mereka kekal di dalamnya.”
Allah juga menjelaskan kemuliannya di ayat berikutnya dalam surat al-Ma’arij :
أُولَئِكَ فِي جَنَّاتٍ مُكْرَمُونَ
“Mereka dimuliakan di surga,” (al-Ma’arij : 35)
Mereka dimuliakan dengan berbagai macam kenikmatan.
Ayat-ayat di atas menjelaskan eksepsi orang-orang yang anti berkeluh kesah. Mereka adalah orang-orang yang senantiasa menjaga sholatnya dan khusyu’ dalam menjalankan sholat, menyisihkan hartanya bagi orang lain baik yang meminta ataupun yang tidak, yang mempercayai hari pembalasan dan takut akan azab, mereka yang memelihara kemaluannya, memelihara amanat yang dipikulnya dan janjinya, serta mereka yang senantiasa menjaga kesaksiannya yang tidak lain adalah syahadat.
Beruntung sekali orang-orang yang termasuk ke dalam eksepsi pada ayat-ayat di atas. Mereka tidak sempat mengeluh karena hati mereka tentram dengan sholat yang senantiasa terjaga. Mereka nggak mudah galau cuma gara-gara diputusin pacar, karena mereka senantiasa menjaga kemaluannya, jadi nggak bingung mikirin pacaran. Mereka tidak mudah mengeluh karena mereka yakin apabila mereka melakukan hal-hal di atas mereka akan mendapat kemuliaan di Jannah kelak.
Kawan, beraneka ragam keluh kesah keluar dari lisan kita. Tapi Allah menjawab semua keluh kesah kita.
Ketika kita sedang kelelahan, kita mengeluh : “Ya Allah aku lelah”
Allah menjawab keluhan kita dalam surat an-Naba’ ayat 9 :
وَجَعَلْنَا نَوْمَكُمْ سُبَاتًا
“Dan Kami jadikan tidurmu untuk istirahat.”
Ketika kita berujar : “Aku tak sanggup dengan ujian ini Ya Allah!”
Allah menjawab dalam surat al-Baqarah yat 286 :
لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا
“Aku tidak membebani seseorang melainkan sesuai kesanggupan hambaNya.”
Lalu ketika kita mengucap : “Kenapa masalah ini sulit sekali..!”
Allah menjawab dalam surat asy-Syarh ayat 5-6 :
فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا (5) إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا (6)
“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya dibalik kesulitan ada kemudahan.”
Bahkan Allah mengulang ayat ini dua kali dalam surat yang sama. Berarti memang benar adanya bahwa dibalik kesulitan itu pasti ada kemudahan.
Kemudian ketika kita berkesah : “Ah nggak mungkin saya bisa..”
Allah menjawabnya dalam surat Yasin ayat 82 :
إِذَا أَرَادَ شَيْئًا أَنْ يَقُولَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ
“Apabila Allah menghendaki sesuatu, Allah hanya berkata : ‘Jadilah!’ Maka jadilah sesuatu ”
Saat kita berucap : “Aaarrrgggghhhhh aku stress, hati nggak tenang.”
Allah menjawabnya dalam surat ar-Ra’d ayat 28 :
أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
“Hanya dengan mengingat Allah, hati akan menjadi tenang.”
Ketika kita sudah berusaha semaksimal mungkin dalam kebaikan dan merasa semua yang telah kita lakukan sia-sia, kemudian kita putus asa, Allah menjawabnya dalam surat al-Zalzalah ayat 7 :
فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ
“Siapa yang mengerjakan kebaikan sebesar biji ‘dzarah’, niscaya ia akan melihat balasannya.”
Di saat kita sedang sedih dalam kesendirian dan tak ada orang yang bisa menemani, Allah menjawab keluhan kita dalam surat at-Taubah ayat 40 :
لَا تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ مَعَنَا
“Jangalah bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita.”
Kemudian ketika kita ingin sekali belajar ke luar negeri tapi nggak punya biaya, Allah menjawab dalam surat al-Mu’min ayat 60 :
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ
“Dan Tuhanmu berkata berdoalah kepada-Ku, niscaya Aku kabulkan untukmu.”
Kawan, ketika ditimpa masalah atau kesulitan kembalikan semuanya kepada Allah. Adukan segala keluh kesah dan masalah hanya kepada Allah. Sebagaimana yang dilakukan oleh Nabi Ya’qub ketika merindukan Nabi Yusuf ‘alaihissalam. Allah berkalam dalam surat Yusuf ayat 86 :
قَالَ إِنَّمَا أَشْكُو بَثِّي وَحُزْنِي إِلَى اللَّهِ
“Sesungguhnya hanya kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku.”
So...mari kita adukan semua keluh kesah kita kepada Allah. Hal yang terdengar sepele sekalipun. Sepatu hilang adukan saja kepada Allah. Insya Allah tidak akan menjadi beban...;D
thanks y ats brbaginya...
ReplyDelete