Sunday, 23 October 2011

Yaa Ibnatii....



Ini adalah pesan dari Sheikh Ali Thanthawi kepada seluruh muslimah di dunia.


Wahai Putriku.....


Putriku tercinta ! Aku seorang yang telah berusia hampir lima puluh tahun. Hilang sudah masa remaja, impian dan khayalan. Aku telah mengunjungi banyak negeri, dan berjumpa dengan banyak orang. Aku juga telah merasakan pahit getirnya duni. Oleh karena itu, dengarlah nasehat-nasehatku yang benar lagi jelas, berdasarkan pengalaman-pengalamanku, dimana engkau belum pernah mendengarnya dari orang lain.
Kami telah menulis dan mengajak kepada perbaikan moral, menghapus kebejatan, dan mengekang hawa nafsu, sampai pena tumpul, dan mulut letih, dan kami tidak menghasilkan apa-apa. Kemungkaran tidak dapat kami berantas, bahkan semakin bertambah, kerusakan telah mewabah, para wanita keluar dengan pakaian merangsang, terbuka bagian lengan, betis, dan lehernya. Kami belum menemukan cara untuk memperbaiki, kami juga belum tahu jalannya. Sesungguhnya jalan kebaikan itu ada di depanmu putrikmu ! kuncinya berada ditanganmu.

Benar bahwa lelakilah yang memulai langkah pertama dalam lorong desa, tetapi bila engkau tidak setuju, laki-laki itu tidak akan berani, dan andaikan bukan lantaran lemah gemulaimu, laki-laki tidak akan bertambah parah. Engkaulah yang membuka pintu, kau katakan kepada si pencuri itu : silahkan masuk.....ketika ia telah mencuri, engkau berteriak : maling...! tolong...tolong...saya kemalingan.
Demi Allah...dalam khayalan seorang pemuda tak melihat gadis kecuali gadis itu ia telah telanjangi pakaiannya.
Demi Allah...begitulah, jangan engkau percaya apa yang dikatakan laki-laki, bahwa ia tidak akan melihat gadis kecuali akhlak dan budi bahasanya. Ia akan berbicara kepadamu sebagai seorang sahabat.
Demi Allah...ia telah bohong !, senyuman yang diberikan pemuda kepadamu, kehalusan budi bahasa dan perhatian, semua itu tidak lain hanyalah merupakan perangkap rayuan untuk mencapai tujuannya, atau paling tidak, pemuda itu sendiri merasa bahwa itu adalah rayuan ! Setelah itu apa yang terjadi? Apa wahai putriku? Coba kau pikirkan !!!
Kalian berdua sesaat berada dalam kernikmatan, kemudian engkau ditinggalkan, dan engkau selamanya tetap akan merasakan penderitaan akibat kenikmatan itu. Pemuda tersebut akan mencari mangsa lain untuk diterkam kehormatannya, dan engkaulah yang menanggung beban kehamilan dalam perutmu. Jiwamu menangis, keningmu tercoreng, selama hidupmu engkau akan tetap berkubang dalam kehinaan dan keaiban, masyarakat tidak akan mengampunimu selamanya.
Bila engkau bertemu dengan pemuda, kau palingkan muka, dan menghindarinya. Apabila pengganggumu berbuat lancang lewat perkataan atau tangan yang usil, kau lepaskan sepatu dari kakimu lalu kau lemparkan ke kepalanya, bila semua ini engkau lakukan, maka semua orang di jalan akan membelamu. Setelah itu anak-anak nakal itu takkan mengganggu gadis-gadis lagi. Apabila anak laki-laki itu menginginkan kebaikan maka ia akan mendatangi orang tuamu untuk melamar.
Cita-cita wanita tertinggi adalah perkawinan. Wanita, bagaimanapun juga status sosial, kekayaan, popularitas, dan prestasinya, sesuatu yang sangat didamba-dambakannya adalah menjadi istri yang baik serta ibu rumah tangga yang terhormat.
Tak ada seorangpun yang mau menikahi wanita tunasusila, sekalipun ia lelaki yang teramat sangat tidak baik (hidung belang), apabila akan menikah tidak akan memilih 'perempuan nakal, akan tetapi ia akan memilih wanita yang baik karena ia tidak rela bila ibu runah tanggga dan ibu putra-putrinya adalah seorang wanita anormal.
Sesungguhnya krisis perempuan terjadi disebabkan kalian kaum wanita ! Krisis perkawinan terjadi disebabkan perbuatan wanita-wanita asusila, sehingga para pemuda tidak membutuhkan istri, akibatnya banyak para gadis berusia cukup untuk menikah tidak mendapatkan suami. Mengapa wanita-wanita yang baik belum sadar juga? Mengapa kalian tidak mencoba memberantas malapetaka ini? Kalianlah yang lebih patut dan lebih mampu daripada kaum laki-laki untuk melakukan usaha itu karena kalian telah mengerti bahasa wanita dan cara menyadarkan mereka, dan oleh karena yang menjadi korban kerusakan ini adalah kalian, para wanita mulia dan beragama.
Maka hendaklah kalian mengajak mereka agar bertakwa kepada Allah, bila mereka tidak mau bertakwa, peringatkanlah mereka akan akibat yang buruk dari perzinaan seperti terjangkitnya suatu penyakit. Bila mereka masih membangkang, maka beritahukan akan kenyataan yang ada, katakan kepada mereka : Kalian adalah gadis-gadis remaja putri yang cantik, oleh karena itu banyak pemuda mendatangi kalian dan berebut disekitar kalian, akan tetapi apakah kecantikan dan keremajaan itu kekal? Semua makhluk di dunia ini tidak ada yang kekal. Bagaimana kelanjutannya, bila kalian sudah menjadi nenek dengan punggung bungkuk dan wajah keriput? Saat itu, siapakah yang akan memperhatikan? Siapa yang akan simpati?
Tahukah kalian, siapakah yang memperhatikan, menghormati, dan mencintai seorang nenek? Mereka adalah anak dan para cucunya, saat itulah nenek tersebut menjadi seorang ratu ditengah rakyatnya. Duduk di atas singgasana dengan memakai mahkota, tetapi bagaimana dengan nenek yang lain, yang masih belum bersuami itu? Apakah kenikmatan itu sebanding dengan penderitaan diatas? Apakah akibat itu akan kita tukar dengan kenikmatan sementara?
Dan berilah nasehat-nasehat yang serupa, saya yakin kalian tidak perlu petunjuk orang lain serta tidak kehabisan cara untuk menasehati saudari-saudari yang sesat dan patut dikasihani. Bila kalian tidak dapat mengatasi mereka, berusahalah untuk menjaga wanita-wanita baik, gadis-gadis yang sedang tumbuh, agar mereka tidak menempuh jalan yang salah.
Saya tidak minta kalian untuk mengubah secara drastis mengembalikan wanita kini menjadi kepribadian muslimah yang benar, akan tetapi kembalilah ke jalan yang benar setapak demi setapak sebagaimana kalian menerima kerusakan sedikit demi sedikit.
Perbaikkan tersebut tidak dapat diatasi hanya dalam waktu sehari atau dalam waktu singkat, melainkan dengan kembali kejalan yang benar dari jalan yang semula kita lewati menuju kejelakan walaupun jalan itu sekarang telah jauh, tidak menjadi soal orang yang tidak mau menempuh jalan panjang yang hanya satu-satunya ini, tidak akan pernah sampai. Kita mulai dengan memberantas pergaulan bebas, (kalaupun) seorang wanita membuka wajahnya tidak berarti ia boleh bergaul dengan laki-laki yang bukan mahramnya. Istri tanpa tutup wajah, bukan berarti ia boleh menyambut kawan suami dirumahnya, atau menyalaminya bila bertemu dikereta, bertemu dijalan, atau seorang gadis menjabat tangan kawan pria disekolah, berbincang-bincang, berjalan seiring, belajar bersama untuk ujian, dia lupa bahwa Allah menjadikannya sebagai wanita dan kawannya sebagai pria, satu dengan lain dapat saling terangsang. Baik wanita, pria, ataupun seluruh penduduk dunia tidak akan mampu mengubah ciptaan Allah, menyamakan dua jenis atau menghapus rangsangan seks dari dalam jiwa mereka.
Mereka menggembor-gemborkan emansipasi dan pergaulan bebas atas kemajuan adalah pembohong dilihat dari dua sebab :
Pertama : Karena itu semua mereka lakukan untuk memberikan kepuasan kepada diri mereka, memberikan kenikmatan-kenikmtan melihat anggota badan yang terbuka dan kenikmatan-kenikmatan lain yang mereka bayangkan. Akan tetapi mereka tidak berani berterus terang, oleh karena itu mereka bertopeng dengan kalimat yang mengagumkan yang sama sekali tidak ada artinya, kemajuan, mordernisasi, kehidupan kampus, dan ungkapan-ungkapan yang lain yang tanpa makna bagaikan gendang.
Kedua : Mereka bohong, karena mereka bermakmumkan pada dunia barat, menjadikan barat bagaikan kiblat, dan mereka tidak dapat memahami kebenaran kecuali apa-apa yang datang dari sana, dari Paris, London, Berlin, dan New York. Sekalipun berupa dansa, porno, pergaulan bebas di sekolah, buka aurat di lapangan, dan berbikini di pantai atau di kolam renang. Kebatilan menurut mereka adalah segala sesuatu yang datangnya dari timur, sekolah-sekolah Islam dan masjid-masjid,  

0 comments:

Post a Comment

 

Ich bin Muslime ^^ Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template