Eksklusif dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah terpisah dari yang lain atau khusus. Sedangkan ekslusivisme sendiri adalah paham yang mempunyai kecenderungan untuk memisahkan diri dari masyarakat. Belakangan ini Islam semakin banyak terpecah menjadi beberapa golongan. Dan terkadang golongan A mengeksklusifkan dirinya dari golongan lain bahkan dari masyarakat.
Seorang teman yang aktif di Lembaga Dakwah Kampus atau LDK ditanya oleh temannya yang bukan anggota LDK : “Hey, kamu koq mau bergaul sama kita yang jilbabnya nggak besar, nggak pake jubah atau pun rok dan nggak pake kaus kaki sih ?” Kesan yang tergambar dari kata-kata di atas adalah biasanya orang-orang yang berkerudung lebar, berbaju longgar, berkaus kaki, dan bermanset untuk akhwat dan yang ikhwan biasa diidentikkan dengan janggut dan celana yang ngatung alias cingkrang hanya ingin bergaul dengan orang yang sejenis saja dengan mereka.
Pertanyaan di atas mungkin banyak kita temukan di masyarakat. Laki-laki berjanggut dan bercelana cingkrang (biasa disebut ikhwan) dan perempuan berkerudung longgar atau bercadar dan berjubah besar serta berkaus kaki (biasa disebut akhwat) biasa dicap sebagai orang yang eksklusif. Mengapa? Karena biasanya kalangan ikhwan dan akhwat ini dinilai hanya ingin bergaul dengan orang-orang yang penampilannya sama dengan mereka. Akhirnya banyak yang mengatakan bahwa Islam itu eksklusif.
Berbicara masalah ekslusivisme, Islam memang agama yang eksklusif. Bahkan harus menjadi eksklusif. Maksudnya adalah Islam adalah diinul haq, agama yang 100% benar di sisi Allah subhanahu wa ta’ala. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman dalam Al-Qur’an surat Ali Imran ayat 19 :
إِنَّ الدِّينَ عِندَ اللَّهِ الْإِسْلَامُ ۗ وَمَا اخْتَلَفَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ إِلَّا مِن بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًا بَيْنَهُمْ ۗ وَمَن يَكْفُرْ بِآيَاتِ اللَّهِ فَإِنَّ اللَّهَ سَرِيعُ الْحِسَابِ
“Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. tiada berselisih orang-orang yang Telah diberi Al Kitab, kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, Karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah Maka Sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya.”
Ayat di atas menegaskan bahwa Islam itu eksklusif, agama yang benar adalah Islam. Ayat ini mewajibkan umat Islam untuk memiliki anggapan bahwa agama Islam adalah yang agama yang benar, agama Islam menyingkirkan (to exclude) agama-agama lain sebagai ketidakbenaran. Bukan maksud tidak meyakini agama-agama samawi yang lain – Yahudi dan Nasrani - bukanlah agama dari Allah subhanahu wa ta’ala, hanya saja setelah Nabi Muhammad shalallahu ‘alahi wa sallam diutus oleh Allah subhanahu wa ta’ala menjadi Rasul Allah dan datang dengan agama Islam yang merupakanrahmatan lil ‘alamin, maka seluruh umat di dunia, khususnya umat Islam, harus meyakini bahwa Islam adalah agama yang haq. Surat Ali Imran ayat 19 dengan sangat jelas menegaskan bahwa hanya Islam-lah agama yang haq dan diterima di sisi Allah.
Selain itu Allah azza wa jalla berfirman dalam surat Ali Imran ayat 85 :
وَمَن يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلَامِ دِينًا فَلَن يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الْآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ
“Barangsiapa mencari agama selain agama islam, Maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.”
Ayat di atas menekankan bahwa kita dilarang mencari agama lain selain agama Allah yaitu Islam. Dan ayat ini juga menggambarkan bahwa Islam adalah agama yang eklsklusif sebagaimana yang pemaparan di atas bahwa agama Islam adalah agama yang benar, agama Islam menyingkirkan (to exclude) agama-agama lain sebagai ketidakbenaran.
KH. Jalaludin Rakhmat dalam tulisannya Konsep Din dan Islam : Eksklusif dan Inklusif, yang mengatakan seperti ini : “Bila pertanyaan ini kita sampaikan lebih spesifik: Apakah orang yang beragama selain Islam, seperti Kristen, Hindu, Budha, akan diterima di sisi Allah? Jawabannya tergantung kepada ideologi yang Anda anut. Sebagai al-mutasyaddidun, Anda hanya akan mengatakan Islam saja yang diterima Allah. Sebagai al-mustanîrun, Anda akan berkata bahwa agama adalah jalan menuju Tuhan. Seperti dikatakan para sufi, jalan menuju Tuhan sebanyak nafas manusia. Mengapa kita harus menyempitkan kasih Tuhan, yang meliputi langit dan bumi“.
Tulisan KH.Jalaludin Rakhmat jelas sangat melenceng dari surat Ali Imran ayat 19. Pada surat Ali Imran ayat 19 sudah dijelaskan secara gamblang bahwa agama yang haq di sisi Allah subhanahu wa ta’ala hanyalah Islam. Pendapat yang beliau sampaikan cukup menggelitik dan cukup membuat orang Islam yang kontra liberalisme dan pluralisme geleng-geleng kepala.
Sebenarnya bukan masalah apabila ada yang mengatakan bahwa Islam itu eksklusif, hanya saja eksklusivisme Islam jangan dijadikan sebagai alat perpecahan sesama umat Islam. Maksudnya adalah eksklusivitas dalam golongan atau kelompok-kelompok harokah dalam Islam. Golongan A hanya ingin bergaul dengan orang-orang golongan A saja dan menganggap golongan lainnya bathil. Misalnya seperti pertanyaan di atas, apakah seorang ikhwan atau pun akhwat membatasi pergaulan hanya dengan rekan-rekan mereka yang sejenis dengan mereka, yang sama-sama menggunakan jilbab longgar atau pun berjanggut ?
Sebagai umat Islam, kita harus menciptakan biah yang baik dan bergaul dengan orang-orang sholeh dan sholehah, supaya kita terpengaruh dengan ketaatan mereka dalam beribadah dan beramal. Ada nasihat yang mengatakan bahwa dalam mencari teman kita memang harus memilih. Jika kita berteman dengan penjual minyak wangi, maka kita akan kecipratan wanginya minyak wangi itu. Lain lagi jika kita bergaul dengan seorang tukang sampah yang setiap harinya berurusan dengan sampah, pasti kita akan kecipratan bau sampahnya juga (Ini hanya kiasan saudaraku bukan berarti melarang berteman dengan tukang sampah,,hehe^^)
Dalam pergaulan tidak ada salahnya kita bergaul dengan semua orang, baik itu yang berkulit hitam, bermata sipit, berkerudung modis, bergaya ala punk atau pun harajuku muslim style, atau pun yang lainnya. Hanya saja kita harus yakin bahwa diri kita tidak akan terbawa dengan pergaulan mereka. Apabila kita yakin bahwa diri kita bisa ’mewarnai‘ mereka dan tidak terwarnai serta tetap istiqomah dengan pendirian, maka apa salahnya kita bergaul dengan semua orang. Lain halnya apabila kita belum yakin dengan diri kita dan masih bisa terpengaruh dengan pergaulan yang serba hedonis, maka kita harus menjaga diri kita dari pergaulan. Tidak masalah bermuamalah dengan siapa pun, atau dengan orang yang berbeda agama sekalipun, yang penting lakum diinukum waliyadiin. Toh Islam tidak melarang umatnya untuk bermuamalah dengan orang yang non-muslim. Rasulullahshalallahu alaihi wa sallam juga bermuamalah dengan orang Yahudi.
Suatu komunitas pasti memiliki ke-eksklusif-an masing-masing, apa pun itu komunitasnya. Anak LDK akan eksklusif dengan ke-LDK-annya, anak pecinta alam akan eksklusif dengan gaya pecinta alamnya. Begitu juga dengan seorang Muslim yang harus eksklusif dengan keislamannnya. Maksud eksklusif di sini tentunya dalam masalah aqidah yaitu lakum diinukum waliyadiin.
Wallahu alam bishowab.
0 comments:
Post a Comment