Wednesday 3 October 2012

Hijabi Diri BUKAN Hijabi Interaksi…!

“Kenapa ya orang-orang bercadar itu ansos (anti sosial).”
“Padahal kerudungnya gede, tapi koq nggak pernah nyapa yah kalau lewat.”
“Mendingan juga saya temenan sama orang-orang yang nggak berjilbab daripada orang-orang yang udah pada pake jilbab gede. Soalnya temen-temen saya yang nggak pake jilbab lebih ramah daripada temen saya yang pake jilbab gede.”
Pernahkah saudariku mendengar statement seperti ini? Atau bahkan Anda sering mendengar kalimat-kalimat seperti ini? Atau malah kalimat ini keluar dari orang-orang terdekat? Lalu apa rekasi Anda? Marahkah? Atau malah sedih?
Saudariku ada baiknya kita mengintrospeksi diri dan menanyakan kepada diri kita masing-masing. Sudahkah kita ramah kepada semua orang yang kita temui? Sudah bisakah kita ikut menjadi bagian dari masyarakat sosial? Sudahkah kita melengkapi hijab kita dengan akhlaqul karimah?
Tanpa kita sadari banyak kita temukan hal-hal seperti ini di sekitar kita. Orang-orang yang sudah ikut ta’lim (ngaji) hanya ingin bergaul dengan orang-orang yang belum ikut ta’lim. Akhwat-akhwat yang sudah berhijab menghijabi dirinya dari perempuan yang belum berhijab. Maka jangan heran apabila muncul cap ‘tidak ramah’ dari orang-orang awam untuk perempuan berjilbab besar. Orang-orang awwam menganggap sosialiasi mereka payah, terlalu berpikiran ekstrim dan tidak ramah. Belum lagi ditambah isu terorisme di Indonesia yang rata-rata berkostum seperti mereka.

Seorang teman yang kuliah di universitas negeri bercerita, orang-orang bercadar atau berjilbab besar lebih senang bergaul dengan orang-orang berpenampilan seperti mereka. Dan akhirnya teman saya-yang kebetulan masih awwam- memandang minus mereka. Apabila hal ini sudah terjadi maka akan sulit untuk mendakwahi mereka. Padahal mereka adalah orang-orang yang seharusnya kita dekati dan kita dakwahi. Kebanyakan masyarakat awwam lebih mudah didakwahi dengan perilaku kita dan teladan daripada didakwahi dengan dalil-dalil.
Saudariku hijab yang kita kenakan bukan digunakan untuk menghijabi diri kita dari kehidupan sosial. Kajian-kajian keislaman yang kita ikuti bukan untuk mengelompokkan kita menjadi kelompok-kelompok. Dan Islam tidak mengajarkan kita untuk menarik diri dari kehidupan sosial. Rasulullah juga tidak mencontohkan ummatnya untuk hidup dalam dunianya sendiri dan tidak mau berinteraksi dengan orang lain. Islam tidak hanya mengatur hubungan seorang hamba dengan Rabb-nya (haablum minallah), tapi juga hubungan antara seorang hamba dengan hamba lainnya (haablum minannas).
Apa salahnya ketika bertemu dengan siapapun kita menyapanya. Ketika bertemu ibu-ibu yang sedang menyapu halaman depan rumah, kita ucapkan salam dan menyapa dengan ramah. Atau ketika ada mbah-mbah yang ingin menyebrang kita bantu. Walaupun mereka bukanlah orang yang kita kenal. Mari sama-sama kita berperilaku sesuai ajaran Islam dan senantiasa ber-akhlaqul karimah pada setiap orang tanpa membeda-bedakan yang berjilbab dan yang tidak, atau yang sering ikut ta’lim dan belum ikut ta’lim.
Nggak ada salahnya kan bilang “Punten Bu” atau “Nun sewu Mbah”. Alangkah lebih baik lagi ketika kita menyapa setiap orang Muslim yang kita temui dengan assalamu’alaiakum. Dan akhlaqul karimah bisa membuat orang kafir masuk Islam. Berapa banyak orang memilih Islam karena keindahan akhlaqnya. So, mari kita laksanakan perintah Allah untuk menghijabi diri kita tapi jangan hijabi interaksi kita dengan orang lain.
Wallahu ta’ala a’lam

0 comments:

Post a Comment

 

Ich bin Muslime ^^ Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template