Kawan…seorang perempuan itu mahal harganya! Saya katakan mahal harganya bukan karena seorang wanita bisa dibayar dengan uang, emas, ataupun berlian! Tapi perempuan mahal harganya karena, sejatinya seorang perempuan tidak bisa dibayar dengan apapun! Apalagi kasih sayang seorang perempuan kepada anaknya, tidak ada materi apapun yang bisa menggantinya. Bener kan? Apa coba yang bisa mengganti kasih sayang seorang ibu yang telah mempertaruhkan nyawanya hanya untuk melahirkan kita, bersusah payah membesarkan kita dengan limpahan kasih sayang?
Perempuan sangatlah berharga. Dalam Islam perempuan sangatlah dihargai dan dihormati. Seorang Muslimah layaknya sebuah mawar berduri yang indah bermekaran di taman. Ya…seorang Muslimah adalah sebuah mawar berduri, karena mawar yang sempurna adalah mawar berduri. Banyak yang bilang kalau keindahan mawar itu tercoreng karena durinya. Padahal duri itulah yang membuat mawar jadi tampak indah. Kenapa? Karena duri itu, tidak sembarang orang dapat seenaknya menyentuh atau memetik sang mawar. Duri itu adalah fitrah kita sebagai seorang wanita Muslimah yang tidak boleh disentuh oleh sembarang orang, kecuali muhrim kita. Karena orang yang sembarangan menyentuhnya akan terkena duri-duri mawar.
Seorang Muslimah itu bagaikan brokoli yang dijual di supermarket yang dibungkus plastik dengan teramat sangat ekslusif. Saking eksklusifnya sampai-sampai nggak bisa disentuh secara langsung sama pembeli, karena ketutupan plastik. Sebelum dibungkus plastik biasanya dibersihkan dulu brokolinya biar kelihatan segar. Beda sama brokoli yang dijual di pasar, yang nggak dikemas plastik atau apapun, udah gitu banyak kepegang tangan orang. Dan nggak tahu deh tangan yang megang brokoli itu bekas megang apa aja. Belum lagi kalau belinya di pasar tradisional pas musim hujan, tanahnya becek banget. Ada ibu-ibu yang megang brokoli tadi terus kesenggol sama orang dan brokolinya jatuh ke tanah becek tadi. Sempurna sudah….harganya makin turun tuh. Saya yakin, pasti aganwati-aganwati semuanya lebih seneng beli brokoli yang diplastikin secara eksklusif kan daripada brokoli yang jatuh ke tanah berlumpur.
Naah….biar kita eksklusif makanya, kita jaga kehormatan kita dengan menutup aurat kita. Nggak cuma sampai di sini, tapi kita juga harus menjaga diri kita biar nggak gampang disentuh sama orang. Apalagi di colek kaya sabun colek…haduuuuuh…koq kayaknya jadi nggak berharga dicolek-colek. Saya sering lihat perempuan-perempuan berkerudung yang dicolek-colek sama laki-laki pas lagi jalan-jalan di sekitar Jalan Slamet Riyadi. Udah gitu enak banget dipeluk-peluk sama laki-laki yang bukan mahram, bukan cuma satu malah, tapi tiga. Koq kesannya jadi gampangan banget ya bisa dipeluk sama siapa aja. Bukan cuma pelukan, tapi juga ada yang cipika-cipiki, dirangkul, bahkan naudzubillah ada yang sampai dipegang bum-nya. Astaghfirullah…padahal perempuan itu berkerudung! Saya nggak tahu apakah ada perempuan-perempuan berkerudung lain yang malah lebih ‘gampangan’ dari yang tadi atau tidak. Semoga saja nggak ada yang lebih parah dari itu. Seharusnya dengan kerudung yang digunakan, seorang perempuan jadi tidak mudah disentuh atau dipegang oleh orang-orang yang bukan mahram, seperti brokoli eksklusif yang dijual di supermarket tadi kan? Nggak bisa dipegang sama orang-orang yang tidak membelinya.
Suatu hari saya pulang dari Solo menuju asrama di Karangpandan. Kebetulan bis dari Solo ke Karangpandan kayak bis Murni dan Asli kalau mau ke Pandeglang. Nggak jauh beda sama bis Murni dan Asli yang ber-AC (angin cendela), penumpang yang terus bertambah (tepatnya ditambahin sama si kernet) walaupun sudah penuh sesak dengan lautan manusia. Udah giru berbagai aroma ngumpul jadi satu di dalam bis, dari baru rokok, bau asap bis, plus bau keringat..hehehe. Nah kebetulan waktu saya naik bis, ada seorang perempuan (saya perkirakan mahasiswi, soalnya naik dari depan kampus) memakai kerudung, tapi bajunya ketat. Kerudungnya di sampirin di leher (pokoknya bagian dada nggak ketutup kerudung), terus celananya pensil yang ngeplek banget, lengan bajunya ¾ jadi nggak sampai ke pergelangan tangan. Dan kebetulan dia pakai kaos dan ngeplek ke badan. Jadi walaupun dia berpakaian plus kerudung, bentuk tubuhnya keliatan jelas banget. Untungnya badannya proporsional dan nggak gemuk, tapi tetep aja kelihatan bentuk tubuhnya. Untungnya lagi kaosnya nggak tipis dan transparan. Kalau tipis dan transparan nggak tega deh saya ngeliatnya. Nah waktu di bis, perempuan tadi di colek sama kernet yang mau minta bayaran. Waktu minta bayaran si kernet itu terus melihat ke arah –maaf- dada perempuan tadi. Ternyata saya perhatikan, bukan hanya si kernet saja yang memfokuskan pandangan ke arah perempuan tadi. Tapi banyak laki-laki, om-om, bapak-bapak, bahkan mbah-mbah juga terus melihat ke arah perempuan itu. Apalagi perempuan itu nggak dapet tempat duduk dan harus berdiri. Makin jelas semua bentuk tubuhnya. Saya nggak tahu maksud dari pandangan para laki-laki di bis itu apa. Tapi, jujur saya sebagai perempuan merasa teramat sangat risih diperhatikan oleh banyak mata dalam kondisi seperti itu. Entah deh, tuh perempuan risih juga ata malah nyaman dilihatin banyak orang.
Yang salah itu bukan perempuannya, tapi para laki-laki di bis yang matanya pada jelalatan. Mungkin ada yang berpendapat seperti ini. Tapi, laki-laki itu nggak akan melihat yang aneh-aneh kalau nggak ada yang aneh. Perempuan itu juga salah dong, soalnya dia berpenampilan aneh dan menarik perhatian. Oke…saya mencoba membuat permisalan, ketika kita ingin membuat sebuah pementasan drama, pasti kita mempersiapkan kostum yang maksimal dan penampilan yang menarik, tentu tujuannya supaya penonton tertarik untuk melihat pertunjukkan drama kita. Nggak mungkin kan kalau penonton sengaja melihat kita ketika pertunjukkan drama kita tidak menarik dan bisa mangalihkan perhatian. Tapi kita yang mencoba supaya drama kita diperhatikan dan dilihat oleh penonton. Sama halnya kaya kasus di atas, nggak mungkin kan para laki-laki melihat perempuan itu dengan sengaja kalau perempuan itu tidak melakukan atau berbusana yang bisa menarik perhatian?
Saya membatin dalam hati, kasihan banget yah tuh perempuan, ‘ditelanjangi’ tubuhnya secara tidak langsung oleh banyak mata laki-laki. “Terserah gue dong mau pakai apa, dan berdandan kaya apa? Itu kan hak gue, itu kan kebebasan, gue bebas mau pake apa aja!“ Mungkin ada yang sependapat dengan komentar ini, dan menganggapanya sebagai kebebasan, atau hak asasi. Bagi saya pribadi, justru itu bukan kebebasan, soalnya ke manapun jalan pasti banyak dilihatin orang, jadi kalau saya pribadi merasa nggak bebas. Saya mikir lagi (sok mikir banget yah...hehe), itu baru perempuan berkerudung yang masih tertutup walaupun ngeplek dan ketat bajunya. Gimana sama perempuan-perempuan yang bajunya serba minim dan kekurangan bahan ya. Apa mereka betah dilihatin sama banyak orang ya? Koq bisa ya mereka betah-betah aja. Kalau kata Syeikh Hisyam (dosen bahasa Arab dari Mesir) mereka itu miskinah...nggak punya uang buat beli bahan...hehehe. Beliau juga menambahkan perempuan seperti itu murah...habisnya aurat diumbar secara bebas dan bisa dinikmati siapa aja. Dan saya setuju sama pendapat beliau. Dan apabila rekan-rekan punya pendapat lain yang berbeda dengan saya, silahkan..:DD Tapi saya yakin, sebagai seorang Muslimah, saudariku pasti nggak bakal rela deh kalau tubuhnya dinikmati sama mata-mata jelalatan. So, mari kita mencoba meniru menjadi sebuah mawar yang cantik tetapi nggak bisa setiap orang memetiknya, dan hanya orang yang gentle lah yang bisa memetik mawar itu. Siapa lagi kalau bukan suami kita...:DD
Bicara masalah pasangan hidup (nggak maksud ngomporin untuk segera mencari suami ya...:DD), biasanya pasangan hidup kita kelak nggak akan jauh beda sama pribadi kita. Saya yakin setiap Muslimah mendambakan seorang suami yang bisa menjadi imam baginya atawa suami yang sholeh. Nah, kalau mau dapet suami yang sholeh, tentu kita harus berkaca pada diri kita, sudahkah kita berusaha untuk menjadi Muslimah sholehah? Yuuk...sama-sama kita memperbaiki diri....uhibbukunna fillah jami‘an, baraakallahu lakunna fii kulli umuur, zaadakunnallah jami’an al-ilmu....^^
NB : Afwan kalau ada yang tidak berkenan dengan tulisan ini,,hanya ingin mengutarakan kegalauan di hati yang tak rela melihat saudari-saudariku sesama Muslimah yang dihargai rendah dan murah...:DD
0 comments:
Post a Comment