taken from analogmix.com |
“Yah... coba tadi aku pulang
terakhir, pasti aku dapet souvenirnya deh..!”
“Hussssh... Rasulullah melarang kita
untuk beranda-andai.”
“Enggak koq, ini kan bukan
berandai-andai. Buktinya nggak ada kata ‘andai’-nya.”
“Terus maksud kalimat itu apa coba?
Per-andai-an kan?”
Kenyataan yang tak sesuai dengan
harapan terkadang membuat seseorang gigit jari. Tak heran kalau akhirnya
pikirannya melayang-layang dan terjebak dalam ilusi perandaian. Andai aku
seperti ini, andai kamu nggak kaya gitu, andai saya kemarin begini, dan
andai-andai lainnya. Hey... bukankah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam
melarang kita untuk berandai-andai? Ada yang salahkah dengan andai-andai?
Kawan.. berandai-andai ketika terjadi
sesuatu yang tidak sesuai keinginan akan membuka pintu setan. How could? Karena
berandai-andai ini dapat menyebabkan seseorang mudah mencac, lemah semangat,
marah, was-was, merana dan sedih. Ini adalah tipu daya setan untuk menggoda
anak Adam supaya rela menemaninya di tengah panas neraka.
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda :
احرص على ما ينفعك، واستعن
بالله، ولا تعجزن، وإن أصابك شيء فلا تقل: لو أني فعلت، لكان كذا وكذا، ولكن قل:
قدر الله، وما شاء فعل، فإن لو تفتح عمل الشيطان
Bersemangatlah untuk meraih segala
hal yang bermanfaat bagimu. Mintalah pertolongan Alloh dan jangan lemah.
Apabila engkau tertimpa sesuatu (yang tidak menyenangkan) janganlah berkata,
‘Seandainya aku dulu berbuat begini niscaya akan menjadi begini dan begitu’
Akan tetapi katakanlah, ‘QaddarAllohu wa maa syaa’a fa’ala, Alloh telah
mentakdirkan, terserah apa yang diputuskan-Nya’. Karena perkataan seandainya
dapat membuka celah perbuatan setan. (HR. Muslim)
Al-Hafizh Ibnu Hajar menjelaskan maksud
hadits ini adalah bahwasanya yang diwajibkan setelah takdir terjadi adalah
menerima keputusan Allah subhanahu wa ta’ala. Ridho dan tidak usah
memperhatikan apa yang telah berlalu. Karena jika disebutkan apa yang telah
berlalu maka ia akan berkata: 'Andaikan aku lakukan ini tentu akan begini'
maka bisikan setan akan masuk dan itu berkelanjutan hingga menimbulkan penyesalan.
Karena itu, dia akan menentang takdir
yang telah terjadi akibat pengandaian. Inilah amalan setan yang kita dilarang
melakukannya. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: "Jangan
katakan andaikan karena akan membuka pintu amalan setan." namun maksud
hadits ini bukanlah tidak dibolehkannya secara mutlak mengucapkan andaikan,
karena Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam telah mengucapkannya pada
beberapa hadits. Hanya, pengucapan andaikan secara mutlak dilarang apabila
pemutlakkan itu mengindikasikan penolakan takdir." (lihat Fathul Bari:
15/147)
Lantas apa yang harus kita lakukan
saat keinginan tak sesuai dengan kenyataan? Nabi shalallahu 'alaihi wa
sallam memerintahkan agar melihat kejadian itu dari sudut pandang takdir. Yakinlah
bahwa apa yang sudah Allah takdirkan pasti akan terjadi. Semua telah tertulis
di lauhul mahfuzh. Bahkan sebuah gigi yang tanggal sekalipun sudah
tertulis dengan rapi di lauhul mahfuzh. (kata Evie Alveoli) Tak seorangpun
yang sanggup menghalau dan menolaknya.
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa
sallam mengajarkan, ketika kita menjumpai suatu kegagalan atau mendapat
suatu musibah, hendaklah kita mengucapkan ucapan yang baik dan bersabar. Tak
lupa untuk selalul mengimani bahwa apa yang terjadi adalah takdir Allah.
Kawan.. iman kepada takdir adalah
salah satu pilar Islam. Kita harus yakin bahwa segala sesuatu yang terjadi
telah diketahui oleh Allah sebelum hal itu terjadi. Pena takdir telah diutus
Allah untuk mencatat segala peristiwa yang akan terjadi hingga hari kiamat,
jauh 50 ribu tahun sebelum bumi dan langit diciptakan. Kehendak Allah pasti
akan terlaksana dan tidak ada satupun yang bisa mengelaknya.
Pengandaian ini ternyata ada beberapa
macam, ada pengandaian yang dilarang, tapi ada juga yang tidak. Pertama
adalah apabila andai yang digunakan untuk menentang syariat. Misalnya pada
perang Uhud, Abdullah bin Ubay bin Salul, seorang tokoh munafik yang mengundurkan diri dari pasukan beserta
sepertiga kaum muslimin. Ada kurang lebih 70 kaum Muslimin yang mati syahid
kala itu. Abdullah bin Ubay dan rekan-rekannya mencemooh dengan mangatakan:
“Andaikan mereka menaati kami dengan kembali ke Madinah, niscaya mereka tidak
terbunuh. Pendapat kami lebih baik dari syariat Muhammad.” Ucapan pengandaian
seperti ini dilarang.
Kisah ini Allah abadikan dalam
al-Qur’an surat Ali Imran ayat 168.
الَّذِينَ قَالُوا
لِإِخْوَانِهِمْ وَقَعَدُوا لَوْ أَطَاعُونَا مَا قُتِلُوا قُلْ فَادْرَءُوا عَنْ
أَنْفُسِكُمُ الْمَوْتَ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ
“(orang munafik) merekalah yang mengatakan
kepada saudara-saudaranya dan mereka tidak turut pergi berperang: “ANDAIKAN
mereka mengikuti kita, tentulah mereka tidak terbunuh”. Katakanlah: “Tolaklah
kematian itu dari dirimu, jika kamu orang-orang yang benar.”
Pengandaian yang kedua adalah
pengandaian untuk menentang takdir. Jumhur ulama bersepakat bahwa pengandaian
seperti ini hukumnya haram. Misalnya ketika kita kehilangan kesempatan
menguntungkan dalam hidup kita kemudian berucap : “Andai tadi aku ikut ke
seminar, pasti aku dapet buku juga.”
Pengandaian seperti ini juga biasa
dilakukan oleh orang munafik dan orang-orang kafir. Allah menceritakannya dalam
surat Ali Imran ayat 156 :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُوا لَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ كَفَرُوا وَقَالُوا لِإِخْوَانِهِمْ إِذَا
ضَرَبُوا فِي الْأَرْضِ أَوْ كَانُوا غُزًّى لَوْ كَانُوا عِنْدَنَا مَا مَاتُوا
وَمَا قُتِلُوا لِيَجْعَلَ اللَّهُ ذَلِكَ حَسْرَةً فِي قُلُوبِهِمْ وَاللَّهُ
يُحْيِي وَيُمِيتُ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ
“Hai orang-orang yang beriman,
janganlah kamu seperti orang-orang kafir (orang-orang munafik) itu, yang
mengatakan kepada saudara saudara mereka apabila mereka mengadakan perjalanan
di muka bumi atau mereka berperang: 'Kalau mereka tetap besama sama kita,
tentulah mereka tidak mati dan tidak dibunuh.”
Yang ketiga adalah pengandaian
sebagai ungkapan penyesalan atas musibah yang menimpa. Pengandaian seperti ini
juga dilarang, karena sesal itu mengakibatkan jiwa bertambah sedih dan apatis
(putus asa). Misalnya, ketika kita membeli sesuatu dengan harapan akan
memperoleh keuntungan. Tapi ternyata kita malah mendapat kerugian dari apa yang
kita beli. Kemudian meluncurlah dari mulut kita : “Coba tadi nggak beli ini,
pasti aku nggak bakal rugi.” (Nah.. lho! *self reminder*)
Adapun pengandaian yang keempat
adalah pengandaian karena keinginan untuk mendapatkan sesuatu. Bukan karena
penyesalan atau protes terhadap takdir. Hukum dari pengandaian ini tergantung
dari apa yang diangan-angankan. Jika yang diangankan adalah kebaikan maka akan
bernilai pahala, adapun jika yang diinginkan adalah keburukan, maka akan
bernilai dosa.
Dikisahkan dalam hadist, ada empat
orang salah satunya berkata: "Andai aku memiliki harta tentu aku akan
berbuat seperti dia (yaitu orang yg dikaruniai harta dan ilmu sehingga
mempergunakannya sesuai syariat)." Ini adalah harapan yg baik. Oleh
karena itu, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam berkata: "Orang
tadi dihukumi sesuai dengan niatnya, pahala keduanya sama." Orang
kedua berkata: "Andai aku memiliki harta tentu akan berbuat seperti dia
(orang yang di karuniai harta tetapi tidak dikaruniai ilmu sehingga keliru
menggunakan hartanya)." Ini adalah harapan yang jelek. Karena itu, Rasulullah
shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: "Orang tadi dihukumi
sesuai dengan niatnya, dosa keduanya sama."(HR. Ahmad).
Oleh karena itu mari kita move on
dari andai-andai dan memperpanjang angan-angan dalam hidup kita. Berandai-andai
cuma bikin semangat kita down dan apatis. Jikalau mendapati apa yang
diinginkan tak sesuai dengan kenyataan tersenyumlah. Karena Allah telah
memberikan yang terbaik untuk Anda :D
Wallahu ta’ala a’lam
Sumber :
-
Kitab at-Tauhid, Muhammad bin Abdul Wahab at-Tamimi
-
Al-Qoul al-Mufiid ‘alaa Kitab at-Tauhid, Muhammad bin Sholih bin Muhammad
al-Utsaimin
-
Fathul Baari, Ibnu Hajar al-Asqalani
0 comments:
Post a Comment