Salah satu hal yang membanggakan
sebagai seorang Muslim adalah, tidak adanya stratifikasi sosial dalam Islam. Masa?
Nggak percaya? Kita lihat dulu deh definisi stratifikasi sosial.
Kata eyang Pitirim A. Sorokin,
stratifikasi sosial adalah perbedaan penduduk atau masyarakat ke dalam
lapisan-lapisan kelas-kelas secara bertingkat (hierarkis) yang diwujudkan dalam
kelas tinggi, kelas sedang dan kelas rendah. Kalau kata Pakde Soerjono Soekanto
stratifikasi sosial adalah pembedaan
posisi seseorang atau kelompok dalam kedudukan berbeda-beda secara vertikal. Ada
yang mengatakan bahwa salah satu faktor yang sangat berpengaruh sebagai biang
stratifikasi sosial adalah agama. Katanya, keberadaan agama di suatu tempat
mempengaruhi keadaan sosial dan budaya yang ada di lingkungan itu, juga
termasuk mempengaruhi adanya sistem pelapisan sosial (stratifikasi
sosial).
Model stratifikasi sosial yang populer
di Indonesia dan sering muncul dalam pembahasan stratifikasi sosial adalah
model trikotomiknya Om Clifford Geertz. Uncle Geertz menggolongkan masyarakat
Mojokunto menjadi tiga kelas: santri, abangan dan priyayi.
Dalam Hindu juga kita kenal ada yang
namanya stratifikasi sosial. Ada Brahmana, Ksatria, Waisya, dan Sudra. Nah
dalam Islam semua orang memiliki kedudukan sama di hadapan Allah. Yang
membedakan antara Muslim satu dengan lainnya hanyalah ketaqwaannya. Perlu
bukti? Coba deh perhatikan saat seorang Muslim shalat. Muda-tua, kaya-miskin,
tinggi-pendek, gemuk-kurus semuanya berdampingan merapatkan shaf. Enggak ada
shaf sholat khusu si kaya dan si miskin. Atau shaf sholat khusus orang-orang
berkulit putih dan shaf sholat khusus berkulit gelap. Orang China sholat
bersebelahan dengan orang Afrika juga nggak masalah. Presiden sholat di sebelah
rakyatnya juga boleh.
Itulah indahnya Islam. Buat yang sudah
pernah ke haramain, entah umrah atau haji (doain saya ya biar bisa ke sana…aamiin),
pasti merasakan bagaimana rasanya bercampur baur dengan jutaan manusia dengan
berbagai suku, bahasa, juga budaya. Semua berkumpul baur menjadi satu ketika
tersungkur bersujud berkiblatkan Ka’bah. Tak membedakan orang Indonesia, Amerika,
Jerman, Somalia semuanya berkiblat Ka’bah. Tidak ada yang membedakan.
Raja sholat wajibnya lima kali sehari.
Rakyat juga sama. Presiden zakat fitrahnya 2,5%, menteri dan rakyatnya juga
sama. Orang kaya boleh membaca al-Qur’an, orang miskin juga. Yang berbadan
gemuk shaum yang diwajibkannya sebulan penuh selama Ramadhan. Yang kurus juga
sama. Setiap orang juga berhak dihormati. Yang muda menghormati yang tua, dan
golongan tua menyayangi golongan muda. And I’m really proud to be a Muslim. How
about you?
Wallahu ta’ala a’lam
0 comments:
Post a Comment