Kemarin sore saya dan seorang teman saya dimintai tolong untuk menemani orang Aljazair ke dokter kandungan. Dan saya pun menerimanya dengan senang hati, coz I can practice my language skill. Mrs. Hajoubah namanya. Beliau ditemani oleh sang suami yang kebetulan mengajar di kampus saya pada unit su’bah lughoh atau i’dad al-lughoh, Syeikh Abdul Qodir. Mrs. Hajoubah hanya bisa berbicara menggunakan bahasa Arab dan bahasa ‘ammiyah, juga sedikit bahasa Prancis. Karena Aljazair bahasa resminya adalah bahasa Prancis.
Mrs. Hajoubah dan suaminya sudah tinggal di Indonesia kurang lebih empat bulan. Mereka berdua adalah pasangan pengantin baru. Dan Mrs.Hajoubah mengandung anak pertamanya di Indonesia. Suami beliau tipe orang yang senang sekali travelling. Beliau tipe orang yang PD tingkat dewa pergi ke mana-mana hanya dengan bekal bahasa Arab tanpa membawa penerjemah. Sambil menunggu panggilan masuk ke ruang pemeriksaan, Mrs. Hajoubah bercerita banyak kepada kita.
Suatu hari mereka hendak mencari makanan, karena lidah mereka kurang cocok dengan makanan Indonesia. Mereka menemukan sebuah restoran yang lumayan besar. Mungkin di restoran itu ada makanan yang sesuai dengan lidah mereka, begitu pikirnya. Ketika masuk ke dalam restoran, Syeikh Abdul Qodir mengucapkan salam khas ummat Islam, assalamu’alaikum, terlebih dahulu kepada pelayan yang ada di restoran. Dan si pelayan yang merasa diberi ucapan salam pun menjawab, wa’alaikum salam.
“Wah….alhamdulillah, ternyata orang Islam pemiliknya!”, pikir Syeikh Abdul Qodir.
Pasangan muda itu pun memesan dua porsi steak daging. Beberapa saat kemudian, pesanan yang ditunggu pun datang. Karena cacing di perut sudah tidak bisa diajak bersahabat, sambil membaca bismillahirrahmanirrahim mereka melahap steak daging yang telah dipesan. “Daging apa ini, rasanya berbeda dengan daging biasanya?”, tanya Syeikh Abdul Qodir. Lalu beliau melihat sekeliling dan melihat gambar pig di dekat menu yang tadi dia pesan. Beliau mulai panik, takut-takut kalau daging yang masuk ke dalam perutnya barusan adalah daging babi. Mencoba tetap tenang, beliau pun bertanya kepada pelayan daging apakah yang barus saja ia makan. Pilunya si pelayan tadi mengiyakan bahwa daging yang dimakannya adalah daging babi. Beliau langsung memuntahkan apa yang ada di dalam mulutnya dan mencoba mengeluarkan yang ada di dalam perutnya. Begitu juga dengan istrinya, Mrs. Hajoubah.
“Saya pikir restoran itu milik orang Islam, karena ketika kami mengucapkan assalamu’alaikum mereka menjawabnya. Karena di Aljazair kami membedakan orang Muslim dan orang kafir dengan assalamu’alaikum. Begitu juga ketika kami berada di Malaysia. Tapi kenapa di Indonesia tidak? ta’ajabtu (saya merasa kaget)”, ungkap Mrs. Hajoubah.
Seharusnya memang demikian, assalamu’alaikum hanya menjadi salam antara sesama ummat Islam. Saya juga tidak tahu, kenapa salam khusus ummat Islam itu kini menjadi ciri khas tersendiri masyarakat Indonesia, baik itu seorang Muslim atau bukan. Padahal assalamu’alaikum merupakan do’a, yang artinya semoga keselamatan atasmu. Tak heran kalau hal ini terkadang membuat kita kesulitan membedakan mana orang Islam dan mana yang bukan.
Setelah cerita itu, Mrs. Hajoubah tiba-tiba bertanya kepada saya sambil menunjuk seorang wanita yang sedang mondar-mandir di ruang tunggu, menemani kakaknya yang sedang menunggu panggilan masuk ke dalam ruang pemeriksaan. Wanita itu berkaos putih dan rambutnya dikuncir ekor kuda. Mrs.Hajoubah bertanya kepada saya, apakah wanita itu Islam?
Jujur saya tidak bisa membedakan apakah wanita itu seorang Muslimah atau bukan. Mungkin jika wanita itu berkerudung saya bisa mengatakan bahwa dia seorang Muslimah. Tapi karena dia tidak berkerudung saya tidak tahu apakah dia seorang Muslimah atau bukan. Dan saya pun berkata kepada Mrs. Hajouba : “Anna laa adri,,hal hiya muslimah am laa?”
Mrs. Hajoubah pun mengiyakan dan berkata “Saya juga tidak tahu apakah dia seorang Muslimah atau bukan. Karena dia tidak menggunakan hijab. Padahal fungsi dari hijab adalah sebagai pembeda antara seorang Muslimah dan kafir. Nah….saya sendiri yang Indonesia masih sulit membedakan mana orang Islam dan mana yang bukan Islam ketika ditanya sperti itu. So…marilah sebagai seorang Muslim, kita menunjukkan identitas ke-Islam-an kita, supaya kita berbeda dengan orang kafir.:DD
0 comments:
Post a Comment