Laa ilaaha illallah... Allahu Akbar...
Allahu akbar... wa
lillahilhamdu...
Suara takbir bertalu-talu.
Terdengar syahdu, meski tak sesyahdu beberapa tahun lalu. Malah mungkin hanya
terdengar merdu karena beriringan dengan alunan musik yang terus memburu. Iring-iringan
manusia pagi-pagi buta menuju masjid maupun lapangan. Ada yang datang bersama
keluarga, teman atau handai taulan. Setiap orang datang dengan baju terbaiknya.
Putih, biru, hijau, abu-abu, oranye, pink, merah juga batik sarimbit. Wajah-wajah cerah sumringah bertaburan. Semua gembira senang riang. Meskipun hanya datang sendirian bak anak ilang dan belum punya gandengan. #Ups...
Putih, biru, hijau, abu-abu, oranye, pink, merah juga batik sarimbit. Wajah-wajah cerah sumringah bertaburan. Semua gembira senang riang. Meskipun hanya datang sendirian bak anak ilang dan belum punya gandengan. #Ups...
Tunggu... untuk apa mereka
berpagi-pagi menuju masjid atau lapangan? Hey bukankah takbir sudah
dikumandangkan? Dan bukankah ini hari pertama di bulan Syawal? Sadarlah
kawan... ini Iedul Fitri. Tak salah rasanya mereka berpagi-pagi buta menuju
tanah lapang untuk mengerjakan shalat Ied sebagai tanda syukur kepada Rabb yang
telah memberikan banyak kenikmatan. Salah satunya nikmat masih bisa merayakan
Iedul Fitri bersama handai taulan.
Seorang bapak berjubah putih
berjenggot tipis naik ke atas podium. Bukan... ia bukan ingin berkhotbah. Bapak
yang sudah bergelar haji ini (semoga yang belum berangkat haji segera
berangkat) hendak menyampaikan pengumuman siapa yang akan menjadi imam maupun
khotib. Tak lupa juga menyampaikan hasil pengumpulan zakat fitrah dan ke mana
saja zakat itu akan dialokasikan. Pak haji berjubah putih dan bersuara agak
berat itu pun turun. Berganti seorang bapak berjubah putih dengan luaran
seperti jas abu-abu. Bapak yang master
agama ini bertindak sebagai imam sholat ied tahun ini. Beliau tampak gagah dan
berwibawa dengan imamah putih di atas kepalanya.
“ سَوُّوا صُفُوفَكُمْ فَإِنَّ تَسْوِيَةَ الصُّفُوفِ مِنْ تَمَامِ الصَّلَاةِ"
"Luruskanlah shaf kalian, karena meluruskan shaf termasuk kesempurnaan sholat.” (HR Ibnu Majah)
Ucap bapak berimamah putih ini. Sambil menghadap jamaah, beliau memandu jamaahnya untuk meluruskan dan merapatkan shaf shalatnya. Karena lurusnya shaf sangat termasuk kesempurnaan sholat berjamaah yang kita lakukan dalam penilaian Allah. Yap... shaf terdepan sudah lurus dan rapat. Dirasa cukup, sang imam membalikkan badannya dan hendak memulai shalat.
Allahu akbar... (takbir pertama dikumandangkan)
Allahu akbar.... Allahu akbar... Allahu akbar... Allahu akbar... Allahu akbar... Allahu akbar...
But wait... ternyata shaf-nya belum lurus dan rapat. Masih ada yang shafnya berantakan. Renggang. Amat renggang. Bahkan hampir membentuk setengah lingkaran. Ini bukan di barisan depan, tempat jamaah laki-laki. Tapi di jamaah perempuan. Biasanya ini terjadi pada orang-orang yang membawa sajadah sendiri. Kalau menggunakan sajadah yang disediakan di masjid, orang-orang enggan untuk tidak merapat. Lain halnya dengan mereka yang membawa sajadah sendiri, sangat mudah untuk tidak merapatkan shaf. Belum lagi kalau sajadahnya sebesar permadani om jin. Sungkan untuk merapat, 'nebeng' sholat di sajadah orang. Apalagi kalau yang punya sajadah mager untuk ditebengi sholat. Asa sayang, beli sajadah mahal-mahal di Turki malah ditebengin sholat orang lain. Mau merapatkan shaf ke sebelahnya berarti kudu nebeng sajadah orang lain. Sajadahnya masih bagusan yang diitempatin sekarang. Takut nggak khusyuk sholatnya, soalnya kalau sajadahnya nggak nyaman sholatnya juga nggak khusyuk. Keluarga mengelompok dalam satu barisan, menyulitkan atur shaf agar rapi. Yang bukan keluarga jadi rikuh dan risih untuk merapat.
Taken from twitter Ustad Fauzil Adhim @kupinang |
Kalau di masjid istiqlal ada pemandu shaf shalat khusus yang selalu mengingatkan jamaah untuk meluruskan dan merapatkan shaf. Pemandu shaf shalat hadir di tengah-tengah jamaah dengan seragam yang didominasi warna hijau dan berwarna putih, dilengkapi dengan jas ala Pakistan juga celana panjang. Tak mau kalah dengan anggota DPR, pemandu shaf juga menggunakan dasi. Plus selempang bertuliskan 'Pemandu Shaf Shalat'. Layaknya pasukan pengaman, para pemandu shaf in ijuga dilengkapi senjata khusus, berupa megaphone untuk mengatur jamaah. (cekidot here)
Sayangnya belum semua barisan terjangkau dengan kehadiran pemandu shaf ini. Saat shalat ied jamaah membludak hingga ke pelataran masjid. Para pemandu shaf tidak bisa menjangkau jamaah yang ada di pelataran masjid. Setidaknya ta'mir masjid Istiqlal sudah memiliki inisiatif baik untuk merapatkan shaf jamaah.
Selain termasuk kesempurnaan shalat, shaf yang rapat dan lurus menandakan kekuatan umat. Ya... dalam shalat berjamaah berbagai golongan tua-muda, miskin-kaya, kulit hitam-kulit putih, orang sunda-orang jawa berkumpul jadi satu tanpa membeda-bedakan. Berbagai golongan ini merapat dalam satu barisan dalam kekhusyukan menghadap Illahi rabbi. Tidak mengenal rasa sakit hati, iri, dendam dan perasaan lainya. Yang ada adalah perasaan saling mengingatkan dan menguatkan yang dibuktikan dengan pertahanan shaf yang lurus dan rapat sampai sholat selesai dilaksanakan.
Sayangnya belum semua barisan terjangkau dengan kehadiran pemandu shaf ini. Saat shalat ied jamaah membludak hingga ke pelataran masjid. Para pemandu shaf tidak bisa menjangkau jamaah yang ada di pelataran masjid. Setidaknya ta'mir masjid Istiqlal sudah memiliki inisiatif baik untuk merapatkan shaf jamaah.
Selain termasuk kesempurnaan shalat, shaf yang rapat dan lurus menandakan kekuatan umat. Ya... dalam shalat berjamaah berbagai golongan tua-muda, miskin-kaya, kulit hitam-kulit putih, orang sunda-orang jawa berkumpul jadi satu tanpa membeda-bedakan. Berbagai golongan ini merapat dalam satu barisan dalam kekhusyukan menghadap Illahi rabbi. Tidak mengenal rasa sakit hati, iri, dendam dan perasaan lainya. Yang ada adalah perasaan saling mengingatkan dan menguatkan yang dibuktikan dengan pertahanan shaf yang lurus dan rapat sampai sholat selesai dilaksanakan.
Kerapatan dan kelurusan shaf inilah awal dari kebangkitan umat Islam. Kita tahu bahwa Yahudi dan Nasrani sangat takut ketika sholat Subuh-nya umat Islam sama ramainya dengan shalat Jum'at. Ditambah dengan shaf rapat dan lurus, pasti umat Islam akan semakin kokoh. Karena shaf yang tidak rapi menandakan perselisihan umat. Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam bersabda : ”Sungguh kalian mau merapikan shof kalian atau kalau tidak maka Alloh akan menjadikan perselisihan diantara kalian.” (HR. Bukhori-Muslim).
Melihat masih banyaknya umat Islam yang peduli dengan keluarga atau komunitasnya sendiri dalam shalat menandakan bahwa umat ini masih belum kokoh. Keengganan untuk merapatkan shaf melanggar batas sajadah bukti bahwa umat ini masih belum bersatu. Dan ini adalah peer besar bagi para aktivis dakwah, orang-orang yang paham akan masalah ini, Anda, saya dan seluruh umat Islam.
Wallahu ta'ala a'lam
0 comments:
Post a Comment