Wednesday, 7 August 2013

Sunni dan Syiah. Perdamaian Yang Sangat Mungkin

Postingan pertama di bulan Agustus. Sebenarnya catatan ini sudah ngantri di dalam folder ‘corat-coret’ sejak bulan Juni, tapi baru bisa –tepatnya baru rajin- menyelesaikan.

Banyak yang mengeluh kenapa ummat Islam banyak yang berseteru, padahal sama-sama Muslim. Yang menjadi fokus dalam postingan kali ini adalah perseteruan antara Sunni dan Syiah.
Dua kelompok besar yang ‘katanya’ masing-masing mewakili ummat Islam. Entah mengapa, saya yang bodoh dan minim ilmu ini agak nggak rela kalau ada yang bilang Syiah bagian dari Islam. Semakin banyak buku-buku tentang Syiah dan kitab-kitab tulisan Syi’i yang dibaca, makin sadar kalau Syiah berbeda dengan ajaran Islam. Dan ini bukan pada masalah furu’ (cabang) melainkan ushul (dasar).

Syiah sendiri lahir ke permukaan ketika seorang Yahudi bernama Abdullah bin Saba’ mengaku sebagai Muslim yang mencintai ahlul bait (keluarga Nabi) dan amat menyanjungkan Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu. Abdullah bin Saba’ adalah orang yang pertama kali menobatkan keimaman Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu. Ia juga lah orang yang pertama kali mencela Abu Bakar, Umar bin al-Khattab, Utsman bin Affan dan para sahabat lainnya radhiyallahu ‘anhum ajmai’iin. (bisa dirujuk dalam kitab Firaqus Syi’ah karangan an-Nubakhti.

Asy-Syahrastani dalam kitabnya al-Milal wa an-Nihal menyebutkan bahwa Syiah terbagi menjadi lima sekte, yaitu al-Kisaaniyyah, al-Imamiyyah (yang dikenal dengan rafidhah), az-Zaidiyyah, al-Ghaaliyah dan al-Isma’illiyah. Dari kelima sekte tersebut lahir sekian banyak cabang-cabang sekte lainnya. Ada juga yang mengatakan Syiah sebagai rafidhah (golongan penolak) karena penolakannya terhadap Abu Bakar dan Umar. Rafidhah pasti Syiah, sedangkan Syiah belum tentu Rafidhah. Karena sejatinya tidak semua Syiah membenci Abu Bakr dan ‘Umar sebagaimana keadaan Syiah Zaidiyyah, sekte syiah yang yang berbai’at kepada Zaid bin Ali bin Husain dan setuju dengan pendapatnya.

Adapun Syiah yang ada di Indonesia adalah Syiah Itsna Asyariah, yaitu Syiah yang percaya 12 imam atau disebut juga Syiah Imamiyah. Golongan Syiah ini juga yang mayoritas ada di dunia, dan termasuk rezim yang berkuasa di Iran. Di awal disebutkan bahwa Syiah berbeda dengan Islam dalam masalah ushul (Syiah Imamiyah atau rafidhah). Misalnya saja, paham yang termasyhur,  orang-orang rafidhah mencaci dan mengkafirkan para sahabat radhiyallahu ‘anhum ajma’iin. Al-Majlisi (seorang Syi’i) dalam risalahnya yang berjudul al-‘Aqa’id mengatakan: “Di antara perkara yang termasuk fundamental agama Imamiyah ini adalah menghalalkan nikah Mut’ah, haji tamattu’ dan berlepas diri dari tiga orang (Abu Bakar, Umar dan Utsman, Mu’awiyah, Yazid bin Mu’awiyah dan setiap orang yang memerangi amirul mu’miniin (Ali bin Abi Thalib). Padahal Rasulullah menyeru kita untuk mengikuti sunnah khulafaurrasyidin al-mahdiyin. Lantas bagaimana mungkin seseorang bisa mengikuti sunnah para sahabat jikalau keberadaannya saja tidak diakui bahkan dikafirkan?

Rafidhah juga menganggap bahwa al-Qur’an yang ada sekarang ini\ tidaklah asli dan sudah mengalami perubahan, baik itu penambahan maupun pengurangan. Dalam ‘Ushul al-Kaafi’, disebutkan bahwa para sahabat Nabi Muhammad shalallaahu 'alaihi wasallam telah banyak menghapus isi Al Qur’an, sehingga kitab suci terakhir tersebut tidak utuh lagi, 2/3 bagian hilang dan tersisa 1/3 bagian saja. Padahal dalam aqidah ahlus sunnah dijelaskan bahwa al-Qur’an adalah kalamullah yang sempurna dan terjaga keontetikannya dari sejak pertama kali diturunkan hingga hari kiamat. 

Dalam konsep Ilahiah juga berbeda. Rafidhah mengkultuskan imamah dan memiliki konsep ke-Esa-an yang berbeda dengan ahlus sunnah. Kalau ahlus sunnah meyakini bahwa Allah satu-satunya rabb yang haq diibadahi. Seseorang dikategorikan sebagai musyrik adalah mereka yang menyekutukan Allah. Tapi tidak dengan Syiah Imammiyah. Bagi mereka orang musyrik adalah yang menyekutukan imam Ali dengan imam yang lain. Mereka juga mengkafirkan orang-orang yang tidak percaya Ali adalah imam pertama.

Bagi rafidhah, imam-imam mereka yang berjumlah 12 adalah ma’shum, dijaga dari kesalahan, mengetahui yang ghaib, mengetahui segala ilmu yang datang kepada para malaikat, para Nabi dan Rasul, mengetahui sesuatu yang sudah berlalu juga yang akan datang, tak ada sedikitpun yang samar dan tidak mereka ketahui. Sedangkan, bagi kita ahlus sunnah orang yang ma’shum adalah para Nabi dan Rasul.

Adz-Dzahabi rahimahullah mengatakan bahwa Syiah adalah penyebab timbulnya kerusakan dalam Islam. Mereka terkenal sebagai pembuat hadits palsu. Hadits-haditsnya dapat ditemukan dalam kitabnya Ushul al-Kaafi karangan Abu Ja’far al-Kulaini. Salah satu contohnya adalah : ‘Barangsiapa menangis atau menangis-tangiskan dirinya atas kematian Husein, maka Allah akan mengampuni segala dosanya, baik yang sudah dilakukan maupun yang akan dilakukan.

Syiah adalah musuh dalam selimut. Imam Ibnu Katsir dalam kitab al-Bidayah wa an-Nihayah menyebutkan pengkhianatan mereka terhadap Khalifah al-Musta’shim billaah yang dilakoni oleh Muhammad bin al-Alqami dan Nashiruddiin ath-Thuusi, yang anehnya kedua orang ini dianggap pahlawan oleh orang-orang Syi’ah.

Keruntuhan kota Baghdad yang kala itu merupakan ibukota Daulah Abbasiyah di tangan pasukan Tatar tak lepas dari konspirasi yang dilakukan oleh Ibnul Alqami dan ath-Thuusi. Hal ini didorong dendam kesumat Ibnul Alqami ini terhadap ahlu sunnah. Pasalnya, pada tahun 656 H terjadi peperangan hebat antara ahlu sunnah dan Syiah yang berujung dengan takluknya kota Karkh yang merupakan pusat kegiatan kaum Syiah dan beberapa rumah sanak keluarga Ibnul Alqami menjadi korban penjarahan. Ia sangat berambisi meruntuhkan kekuatan ahlu sunnah dan menggunakan segala cara untuk mencapai tujuannya, walaupun harus bersekutu dengan pasukan musuh dan berkhianat terhadap khalifah. Hal itu ia lampiaskan ketika ia memegang jabatan kementrian bagi Khalifah al-Musta’shim billaah. Ibnul Alqami memberi jalan bagi pasukan Tatar untuk masuk Baghdad.

Peristiwa itu terjadi pada tahun 656 H. Ketika Hulago Khan dan pasukannya yang berjumlah dua ratus ribu personil mengepung Baghdad dan menghujani istana khalifah dengan anak panah. Pengamanan sekitar istana saat itu lemah karena sebelum terjadinya peristiwa ini, Ibnul Alqami secara diam-diam telah mengurangi jumlah personil tentara khalifah dengan cara memecat sejumlah besar perwira dan mencoret nama mereka dari dinas ketentaraan. Pada masa kekhalifahan sebelumnya, yaitu Khalifah al-Mustanshir, jumlah pasukan mencapai 100.000 personil. Sementara pada masa al-Musta’shim billaah jumlahnya menyusut menjadi 10.000 personil saja. Kemudian Ibnul Alqami ini mengirim surat rahasia kepada bangsa Tatar dan memprovokasi mereka untuk menyerang Baghdad. Ia sebutkan dalam surat rahasia itu kelemahan angkatan bersenjata Daulah Abbasiyah di Baghdad. Itulah sebabnya bangsa Tatar dengan sangat mudah dapat merebutnya. Ketika pasukan Tatar mulai mengepung Baghdad sejak tanggal 12 Muharram 656 H, saat itulah Ibnul Alqami melakukan pengkhianatannya untuk kesekian kali. Dialah orang pertama yang menemui pasukan Tatar. Lalu ia keluar bersama keluarganya, pembantu serta pengikutnya pada saat-saat kritis itu untuk menemui Hulago Khan dan mendapat perlindungan darinya. Kemudian ia membujuk Khalifah agar ikut keluar bersamanya menemui Hulago Khan untuk mengadakan perdamaian, yaitu memberikan separuh hasil devisa negara kepada bangsa Tatar.

Maka berangkatlah Khalifah bersama para qadhi, fuqaha’, tokoh-tokoh negara dan masyarakat serta para pejabat tinggi negara lainnya dengan 700 kendaraan. Ketika sudah mendekati markas Hulago Khan, mereka ditahan oleh pasukan Tatar dan tidak diizinkan menemui Hulago Khan, kecuali hanya Khalifah bersama 17 orang saja. Permintaan ini dipenuhi oleh Khalifah. Ia berangkat bersama 17 orang sementara yang lain menunggu. Sepeninggal Khalifah, sisa rombongan itu dirampok dan dibunuh oleh pasukan Tatar. Selanjutnya Khalifah dibawa ke hadapan Hulago Khan seperti seorang pesakitan yang tak berdaya Kemudian atas permintaan Hulago Khan, Khalifah kembali ke Baghdad ditemani oleh Ibnul Alqami dan Nashiruddiin ath-Thuusi.

Di bawah rasa takut dan tekanan yang hebat, Khalifah mengeluarkan emas, perhiasan dan permata dalam jumlah yang sangat banyak. Namun tanpa disadari oleh Khalifah, para pengkhianat dari Syiah ini telah membisiki Hulago Khan agar menampik tawaran damai dari Khalifah. Ibnul Alqami ini berhasil meyakinkan Hulago Khan dan membujuknya untuk membunuh Khalifah. Dan tatkala Khalifah kembali dengan membawa perbendaharaan negara yang banyak untuk diserahkan, Hulago Khan memerintahkan agar Khalifah dieksekusi. Dan yang mengisyaratkan untuk membunuh Khalifah adalah Ibnul Alqami dan ath-Thuusi.

Dengan terbunuhnya Khalifah pasukan Tatar leluasa menyerbu Baghdad tanpa perlawanan berarti. Maka jatuhlah Baghdad ke tangan musuh. Dilaporkan bahwa jumlah orang yang tewas saat itu lebih kurang dua juta orang. Tidak ada yang selamat kecuali Yahudi, Nashrani dan orang-orang yang meminta perlindungan kepada pasukan Tatar, atau berlindung di rumah Ibnul Alqami dan orang-orang kaya yang menebus jiwa mereka dengan menyerahkan harta kepada pasukan Tatar.

Nah kalau ada yang bilang kita tidak boleh mengkafirkan sesama Muslim (maksudnya Syiah), harusnya mereka menelaah kitab-kitab Syiah. Justru sejatinya merekalah yang mengkafirkan ahlussunnah. Orang-orang Syiah menggelari ahlus sunnah dengan sebutan an-naashibah, halal darah dan hartanya. Syaikh Husain bin Ali ‘Ushfur al-Darari al-Bahrani dalam kitabnya, al-Mahasin al-Nafsaniyyah fii Ajwibah al-Masaa-il al-Khurasaaniyyah, menyebutkan “Orang-orang Syi’ah menggelari orang-orang Sunni atau ahlus sunnah wal jama’ah dengan an-Naashibah. Menurut keyakinan Syi’ah, mereka lebih najis daripada anjing dan lebih kufur daripada Yahudi dan Nashrani.

Dia mengatakan,
بَلْ أَخْبَارُهُمْ عَلَيْهِمُ السَّلامُ تُنَادِي بِأَنَّ النَّاصِبَ هُوِ مَا يُقَالُ لَهُ عِنْدَهُمْ سُنِّياًّ
“Bahkan kabar-kabar dari mereka (para imam) 'alaihis salam menyerukan bahwa yang dimaksud an-Naashib adalah yang dikenal dikalangan mereka dengan Sunni.”

Di Mesir, Syiah dilarang. Di Malaysia, membuat Yayasan Syiah pun tidak boleh. Di Brunei, sejak awal Syiah diharamkan. Di Bahrain, Syiah memberontak. Di Saudi, jangan tanya, lebih-lebih lagi. Lantas bagaimana dengan Indonesia? Di Indonesia Syiah dianggap sebagai kaum minoritas yang wajib dilindungi dan harus dihargai.

Ada benarnya kalau Syiah memang harus dilindungi dan dihargai. Namun kalau Syiah terus mengintimidasi atau bahkan mengkafirkan ahlus sunnah, masih pantaskah untuk dilindungi dan dihargai? Benar adanya bahwa Rasulullah tidak pernah membalas keburukan yang dilakukan kepada umat Islam. Rasulullah diutus sebagai rahmatan lil ‘alamin. Dan dalam mendakwahkan millah ibrahim yang suci ini memang harus dilakukan dengan hikmah dan mauizhah hasanah.  Tapi dalam masalah aqidah, Rasulullah tegas. Rasulullah juga memerintahkan untuk membakar rumah orang-orang yang tidak mau melaksanakan sholat berjamaah. Rasulullah memang diutus sebagai rahmatan lil ‘alamin, tapi banyak yang hanya melihat dari sebelah sisi. Padahal segala aspek dan hal yang dilakukan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam masuk ke dalam rahmatan lil ‘alamin. Perang yang dilakukan Rasulullah juga termasuk ke dalam misi rahmatan lil ‘alamin diutusnya beliau shalallahu ‘alaihi wa sallam. Namun banyak yang kurang menggubris masalah ini. (Insya Allah akan dibahasa pada postingan lain, takut keluar tema J)

Syiah sendiri baru muncul setelah Rasulullah wafat. Sungguh indah tatkala Rasulullah hidup. Perbedaan dapat teratasi, karena Rasulullah satu-satunya sumber ilmu ketika itu. Semua pemikiran dan ilmu berpusat pada Rasulullah yang langsung mendapat wahyu dari Allah.

Melihat kasus Syiah Sampang maupun Cikeusik, banyak yang menjadi pengikut Syiah karena ketidaktahuannya atau hanya sekedar mengikuti nenek moyang. Untuk masalah ini bisa dimafhumi dan menjadi PR bagi aktivis dakwah untuk lebih melebarkan sayapnya dan memahamkan jati diri Syiah sebenarnya. Mereka tidak mengerti apa-apa tapi kena imbas intimidasi kaum minoritas.  Jika mereka dikerasi, justru mereka bukan mendekat malah makin menjauh. Tapi tidak untuk Syiah yang secara sadar dan benar-benar mengakui dirinya sebagai Syiah yang memusuhi ahlus sunnah. Syiah juga terkenal sebagai pendusta, mungkin ini aplikasi dari aqidah taqiyyah mereka. Muhammad Jawad Mughniyah, seorang tokoh kontemporer Syiah, mendefinisikan taqiyyah dengan : “Suatu ucapan atau perbuatan yang Anda lakukan tidak sesuai dengan keyakinan untuk menghindari bahaya yang mengancam jiwa, harta atau untuk menjaga kehormatan Anda.

Ada yang beranggapan sungguh kejam ahlus sunnah mengintimidasi Syiah yang minoritas di Indonesia. Lantas bagaimana dengan ribuan sunni yang dibantai oleh rezim Syiah Nusairiyah di Suriah. Belum lagi orang-orang Sunni bernama Aisyah, Abu Bakar, Umar maupun Utsman di Iran dan Libanon yang dihabisi dan dibantai tanpa ampun karena kebencian mereka pada para sahabat radhiyallahu ‘anhum ajma’iin.

Kalau ada yang bilang perdamaian antara Sunni dan Syiah itu tidak mungkin, menurut saya itu tak benar. Sangat mungkin sekali terjadi perdamaian antara Sunni dan Syiah. Dengan catatan orang-orang Syiah bertobat dan menjadi ahlus sunnah :D

Untuk masalah perdamaian ini, saya akan mengutipkan perkataan Dr. Nashir al-Qiffari dalam bukunya Mas’alatut Taqrib.  Beliau mengatakan, “Bagaimana mungkin menyamakan orang Syiah dengan ahlus sunnah, di mana mereka (Syiah) mencela kitab Allah, menafsirkannya dengan penafsiran yang tidak benar dan beranggapan bahwa Allah subhanahu wa ta’ala menurunkan kitab-kitab-Nya kepada para imam mereka selain al-Qur’an al-Kariim, dan berpendapat derajat keimaman sama dengan derajat kenabian, dan para imam menurut mereka seperti halnya Nabi atau lebih utama, dan menafsirkan ibadah kepada Allah subhanahu wa ta’ala yang mana ini merupakan inti risalah setiap Rasul tidak dengan makna yang sebenarnya. Ibadah menurut mereka adalah taat kepada para imam, dan penyukutuan Allah menurut mereka adalah menyertakan ketaatan kepada selain imam mereka dengan ketaatan kepada imam mereka.”

Ini hanyalah sekelumit catatan dari saya yang bodoh dan minim ilmu ini. Mengingat makin maraknya paham Syiah di antara masyarakat karena ketidakpahaman. Maaf kebiasaan buruk lupa menyertakan catatan kaki masih nempel. Insya Allah sumber-sumber akan disertakan, tapi untuk halamannya lupa…hehe. Semoga sekelumit ini bisa bermanfaat bagi pembaca. Dan maafkan apabila ada yang kurang berkenan dalam catatan ini. Ada unek-unek monggo disampaikan dan jangan sungkan-sungkan untuk coment :D

Wallahu ta’ala a’lam

Sumber :
-          Al-Milal wa an-Nihal, asy-Syahrastani
-          Kesesatan Aqidah Syiah, Syaikh Abdullah bin Muhammad as-Salafi
-          Ushul al-Kaafi, Abu Ja’far al-Kulaini
-          Dirasatul Firoq, Tim Ulinnuha Ma’had ‘Aly an-Nuur
-          Al-Bidayah wa an-Nihayah, Ibnu Katsir

-          Bihar al-Anwar, al-Majlisi       

1 comments:

  1. Maasya Allah, semoga tulisan ini bisa memberi informasi kepada saudara-saudara kita yg belum tahu apa dan bagaimana bahayanya tipudaya syiah di sekitar kita :)

    ReplyDelete

 

Ich bin Muslime ^^ Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template