Friday 31 May 2013

Bye.. Bye.. Stratifikasi :)

Salah satu hal yang membanggakan sebagai seorang Muslim adalah, tidak adanya stratifikasi sosial dalam Islam. Masa? Nggak percaya? Kita lihat dulu deh definisi stratifikasi sosial.

Kata eyang Pitirim A. Sorokin, stratifikasi sosial adalah perbedaan penduduk atau masyarakat ke dalam lapisan-lapisan kelas-kelas secara bertingkat (hierarkis) yang diwujudkan dalam kelas tinggi, kelas sedang dan kelas rendah. Kalau kata Pakde Soerjono Soekanto stratifikasi sosial adalah  pembedaan posisi seseorang atau kelompok dalam kedudukan berbeda-beda secara vertikal. Ada yang mengatakan bahwa salah satu faktor yang sangat berpengaruh sebagai biang stratifikasi sosial adalah agama. Katanya, keberadaan agama di suatu tempat mempengaruhi keadaan sosial dan budaya yang ada di lingkungan itu, juga termasuk mempengaruhi adanya sistem pelapisan sosial (stratifikasi sosial). 

Model stratifikasi sosial yang populer di Indonesia dan sering muncul dalam pembahasan stratifikasi sosial adalah model trikotomiknya Om Clifford Geertz. Uncle Geertz menggolongkan masyarakat Mojokunto menjadi tiga kelas: santri, abangan dan priyayi.
Golongan santri adalah mereka yang berusaha mengamalkan ajaran Islam tanpa memasukkan unsur-unsur kepercayaan lainnya. Adapun abangan adalah mereka yang pengalaman keagamaan mereka merupakan campuran Islam dengan animisme. Sedangkan kaum priyayi adalah mereka yang  pengalaman keagamaan mereka banyak dipengaruhi aspek-aspek Hindu. Uncle Geertz mencampuradukkan agama dengan stratifikasi sosial, makanya ada yang bilang kalau misalkan penyebab stratifikasi sosial adalah agama. Akhirnya ketiga goloongan ini -santri, abangan dan priyayi- dikelas-kelaskan lagi. Uncle Geertz bilang kalau priyayi itu berada di posisi teratas, nah kaum santri di pertengahan, sedangkan abangan di golongan paling bawah.

Dalam Hindu juga kita kenal ada yang namanya stratifikasi sosial. Ada Brahmana, Ksatria, Waisya, dan Sudra. Nah dalam Islam semua orang memiliki kedudukan sama di hadapan Allah. Yang membedakan antara Muslim satu dengan lainnya hanyalah ketaqwaannya. Perlu bukti? Coba deh perhatikan saat seorang Muslim shalat. Muda-tua, kaya-miskin, tinggi-pendek, gemuk-kurus semuanya berdampingan merapatkan shaf. Enggak ada shaf sholat khusu si kaya dan si miskin. Atau shaf sholat khusus orang-orang berkulit putih dan shaf sholat khusus berkulit gelap. Orang China sholat bersebelahan dengan orang Afrika juga nggak masalah. Presiden sholat di sebelah rakyatnya juga boleh.

Itulah indahnya Islam. Buat yang sudah pernah ke haramain, entah umrah atau haji (doain saya ya biar bisa ke sana…aamiin), pasti merasakan bagaimana rasanya bercampur baur dengan jutaan manusia dengan berbagai suku, bahasa, juga budaya. Semua berkumpul baur menjadi satu ketika tersungkur bersujud berkiblatkan Ka’bah. Tak membedakan orang Indonesia, Amerika, Jerman, Somalia semuanya berkiblat Ka’bah. Tidak ada yang membedakan.

Raja sholat wajibnya lima kali sehari. Rakyat juga sama. Presiden zakat fitrahnya 2,5%, menteri dan rakyatnya juga sama. Orang kaya boleh membaca al-Qur’an, orang miskin juga. Yang berbadan gemuk shaum yang diwajibkannya sebulan penuh selama Ramadhan. Yang kurus juga sama. Setiap orang juga berhak dihormati. Yang muda menghormati yang tua, dan golongan tua menyayangi golongan muda. And I’m really proud to be a Muslim. How about you?

Wallahu ta’ala a’lam  

0 comments:

Post a Comment

 

Ich bin Muslime ^^ Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template